Wajah Dara memerah atas pertanyaan Bima. Dia tak sengaja mengatakan isi hatinya. Memang benar dia sangat iri pada wanita yang menggandengan lengan tangan Bima."Diam saja berarti cemburu," ucap Bima kemudian."Iya, aku memang cemburu!" seru Dara mengakui semuanya."Eh," ucapnya lalu menunduk."Tidak apa-apa katakan saja semua isi hatimu biar aku tahu," ucap Bima.Dara menumpahkan isi hatinya kali ini dia benar-benar mengakui semuanya. Dia cemburu saat Sela menghubunginya kembali, dia cemburu saat Sela datang memintanya untuk menjahui Bima. Dia sangat tidak suka saat Irma merangkul lengan tangannya."Apa kamu tahu semua itu membuatku terluka," ucap Dara sambil berlinang air mata."Cukup, jangan menangis lagi. Kalau tak bicara mana aku tahu, Dara," balas Bima lalu dia memeluk Dara.Dara masih menangis dalam pelukan Bima. Tapi lelaki itu malah senang karena Dara sudah mengeluarkan uneg uneg yang tersimpan di hatinta selama ini. Menjadikan Bima bisa tahu melakukan apa kedepannya."Terima
Lelaki itu menyunggingkan senyuman. Dia kini tahu kalau Bima punya kelemahan. Artinya dia bisa mendekati wanita di samping Bima demi mengalahkannya."Sela, kamu jangan khawatir. Hanya seorang wanita aku bisa membereskannya," ucap Orang itu."Bagus kalau begitu. Kamu harus menyingkirkan wanita itu dari sisi Bima," balaa Sela.Lalu mereka sepakat dan pergi meninggalkan rumah Dara. Bima yang mengendarai mobil tak sengaja melihat bayangan mobil Sela dari kaca spionnya."Sela?" gumam Bima."Apa dia mengawasi kami tadi?" tanya Bima dalam hatinya."Mungkin aku salah lihat, tapi aku harus menambah keamanan untuk Dara," gumam Bima dalam hatinya lalu dia melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.***"Anak nakal, jam berapa ini kamu baru masuk rumah?" tanya Nyonya Handoko."Jam sepuluh malam," jawab Bima."Satu lagi aku bukan lagi anak-anak," imbuh Bima lalu duduk di sofa."Tapi kamu tetap anak mama," jawab Nyonya Handoko.Bima menyunggingkan senyuman, sudah sebesar ini juga sudah pernah menikah d
Dara melihat paper bagnya, lalu dia menenteng ke atas agar terlihat jelas. Tas itu berisi kain flannel dan peralatan kerajinan tangan.“Untuk apa semua itu?” tanya Nyonya Handoko.“Ah ini untuk mengisi waktu sengganggku. Aku membuat kerajinan tangan dan aku jual online,” jawab Dara.“Memangnya gaji kamu tak cukup?” tanya Nyonya Handoko lalu menoleh ke Bima.Nyonya Handoko melotot ke Bima, “Kamu naikkan gajinya, sudah capek menjaga anakmu kenapa kamu kasih gaji kecil,” ucapnya kemudian.Nyonya Handoko marah sekali sama Bima, dia ini kenapa tidak peka dengan apa yang dilakukan oleh Dara. Dia bertindak seperti itu karena kekurangan uang. Dara menjadi tidak enak karena Bima menjadi kena marah oleh Nyonya Handoko. Lalu dia duduk di samping orang tua itu untuk menjelaskan.“Aku sudah menawarkan naik gaji,” ucap Bima.“Tapi dia tetap tidak mau,” imbuh Bima.“Tante, aku tidak kekurangan gaji. Sebagai wanita aku harus produktif dan tidak sekedar mengandalkan uang suami kelak. Aku harus menyiap
Pria itu tersenyum, menatap kecantikan Dara ia terpana pantas saja Bima tergila-gila padanya.Tapi mendekati wanita Bima adalah tantangan buatnya."Bisa kita mengobrol sebentar?" tanya Pria itu."Aku tak ada waktu, maaf," jawab Dara."Oh, sayang sekali padahal aku ingin mengobrol denganmu," ucap Pria itu."Aku ada urusan yang penting jadi tak bisa mengobrol denganmu," balas Dara.Pria itu memberikan kartu nama untuk Dara. Dia bernama Sandi dengan jabatan direktur di sebuah perusahaan make up.Dara menerimanya dan menyimpannya di tas."Kalau ada waktu silahkan hubungi aku," ucap Sandi."Baik," jawab Dara singkat lalu pergi.Sandi memandangi Dara dengan senyuman yang menawan. Lalu Sela datang dan menepuk pundaknya."Kamu tak boleh jatuh cinta padanya," tegur Sela."Kenapa tidak boleh. Dia cantik dan punya pesona," ucap Sandi."Ingat tugasmu hanya menghancurkan hidup wanita itu. Buat dia menjauh dari Bima," balas Sela."Aku rasa aku tahu kenapa Bima tak mau lagi berurusan denganmu," ucap
Brian sempat menengok kebelakang dari dalam mobil saat baru saja mobil berjalan dan menemukan sosok Sandi. "Apa lelaki itu yang dimaksud Tante, Dara," gumam Brian."Kamu kenapa. Tidak seperti biasanya kamu menoleh ke belakang seperti itu," ucap Dara sambil menepuk punggung Brian."Ah tidak apa-apa, ada orang aneh di sekolah," jawab Brian.Dara mengerutkan kening. Ada orang aneh apaan sih maksud Brian ini. Dara mengelus rambut anak itu dan merangkulnya. "Kamu itu tidak boleh berkata seperti itu pada orang, ya. Emang mau kamu dikatain aneh?" tanya Dara."Tidak mau," jawab Brian."Lain kali tak boleh seperti itu," balas Dara.Brian hanya mengangguk, dia hanya memikirkan cara untuk memanas-manasi ayahnya nanti saat pulang kerja. Hal ini untuk mempercepat sang ayah untuk melakukan lamaran pada Dara."Kenapa senyum-senyum seperti itu?" tanya Dara."Tidak, aku hanya sedang memikirkan cara untuk mendapat perhatian lebih dari Tante Dara," jawab Brian."Kamu ini, nggak usah pakai trik. Sudah
Brian mengingat bagaimana ciri-ciri pria yang dilihatnya tadi pagi. Dia lalu mendeskripsikan bagaimana perawakan, warna rambut juga postur tubuhnya pada sang ayah.“Seperti itulah kira-kira,” jawab Brian.“Ah sepertinya orang itu,” balas Bima.“Sepertinya kalian punya cerita yang menyenangkan,” ucap Dara lalu menyodorkan satu porsi ayam saus mentega untuk Bima.Brian melihat makanan itu dan tampak ingin memakannya, tapi sayang sekali itu jatah makan ayahnya. Dia sudah makan tadi bersama nenek dan Dara.“Hanya obrolan biasa antara ayah dan anak,” ucap Bima lalu menyendok nasinya.“Tante, apa boleh aku makan lagi?” tanya Brian.“Kamu tanya saja pada ayahmu,” jawab Dara.Bima menggelengkan kepalanya, malam ini Brian pasti sudah menambah porsi makan saat Dara memasakkan makan malam untuknya, biasanya bocah itu juga sudah makan cemilan selesai belajar. Bima tidak mengijinkannya makan lagi karena takut Brian akan mengalami obesitas.“Kamu tidak boleh makan lagi, ayah lihat tadi di dekat tem
Bima menatap Dara dengan tatapan tidak suka, apa dia tidak menyadari kalau Bima sangat terluka dan sakit hati kalau Dara didekati pria lain.“Sungguh tidak berperasaan,” ucap Bima.“Kenapa jadi tidak berperasaan, tidak nyambung sekali,” gumam Dara.“Kamu yang tidak berperasaan,” balas Bima.Brian tertawa melihat keduanya, dia lalu mendekat ke arah Dara, “Tante, Ayah itu cemburu. Dia tidak suka ada lelaki yang mendekati Tante,” ucap Brian lalu tersenyum.Dara dan Bima menjadi salah tingkah sendiri, wajah Dara memerah karena mendengar ucapan ini dari anak kecil. Jantung kembali berdetak lebih cepat dari biasanya. Dara berlari ke kamar mandi agar wajahnya yang sedang malu itu tidak terlihat jelas oleh Bima.***“Ya Tuhan, kenapa jantungku harus berdetak sekencang ini,” gumam Dara dari balik pintu kamar mandi.Dara berjalan ke depan cermin, dia menatap wajahnya yang merah seperti kepiting rebus. Lalu dia membasuh wajahnya menggunakan air di wastafel kamar mandi.“Pria itu masih saja sama
Dara menunjuk tubuh Bima yang tidak tertutup dengan kain itu. Bima melirik tubuhnya ternyata dia hanya memakai boxer dalaman saja saat membuka pintu untuk Dara.“Ya ampun, tunggu sebentar,” ucap Bima seraya menutup pintu.Dari balik pintu Bima menutupi wajahnya karena malu, lalu dia segera memaki baju apa saja karena buru-buru.“Memalukan sekali,” umpatnya.“Bima kalau sudah selesai ganti baju, datang ke meja makan dan habiskan makananmu sebelum berangkat,” teriak Dara dari luar kamar Bima.Bima tidak menjawab, dia kesal karena malu pada dirinya sendiri. Ingin terlihat tampan di depan Dara tapi malah terlihat memalukan karena membuka pintu dalam keadaan memakai pakaian dalam saja.***“Ayah, kamu terlihat agak muda sedikit pagi ini,” ucap Brian.“Aku memang masih muda,” balas Bima sambil menggigit rotinya.“Hmm biasnya ayah terlihat payah karena memakai setelan jas setiap hari. Macam orang tua kolot,” ledek Brian.Bima membatu mendengar ucapan anaknya, apakah benar selama ini dia terl
Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua
“Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta
Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab
Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat
Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi
Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o
Sekretaris Lina sangat kaget dengan suara seseorang yang membisikkan hal buruk padanya. Gadis itu menoleh dan ternyata orang itu sangat dia kenal, wanita itu menyungingkan senyuman dan melambaikan tangan."Kamu?" ucap Sekretaris Lina."Kenapa kaget begitu melihatku. Aku ini mantan nyonya bosmu, 'kan," jawab Sela."Hanya mantan saja, Anda ada perlu apa ke sini," balas Sekretaris Lina."Lina sepertinya kamu menganggap dirimu tinggi. Aku akan bilang pada Bima kalau kamu mendambakan Bima untuk menjadi suamimu," ancam Sela.Sekretaris Lina agak gugup tapi kalau sampai mulut Sela ember dia akan mendapatkan mala petaka. Bima sangat tidak suka dengan wanita genit yang mendekatinya."Silahkan saja. Semua wanita mendambakan Pak Bima untuk menjadi suaminya. Itu hal yang wajar termasuk Anda," balas Sekretaris Lina."Kurang ajar kamu, Lina," bentak Sela seraya melayangkan tamparan pada Lina.Saat Sela menampar Lina kebetulan pintu kantoe Bima terbuka. Romi dan Bima sedang ingin keluar dari ruangan
Brian sangat senang ternyata dari keluarga Dara sangat memperhatikannya. Berarti kehadirannya juga akan diterima di keluarga ibu sambungnya itu.“Aku sangat menyukai semua masakan Ibu,” jawab Brian.“Memangnya ibumu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto.“Bisalah, dan masakannya sangat enak,” jawab Brian.Tuan Subroto memeluk Brian, dia mengecup pipi Brian sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah menerima putri semata wayangnya sebagai ibu.“Terima kasih telah menyayangi Dara,” ucap Tuan Subroto.“Aku harus menyayanginya, karena Dara adalah ibuku,” jawab Brian bersemangat.Tuan Subroto iku senang dan tertawa bersama Brian. Beliau mengelus rambut Brian dengan lembut, mempunyai cucu sambung tidak masalah baginya yang penting Dara dan anak sambungnya saling menyayangi.“Apa kakek boleh minta sesuatu padamu?” tanya Tuan Subroto.“Apa itu, Kek,” jawab Brian.“Kelak kamu sudah tumbuh dewasa, kamu harus mencintai ibumu, juga adikmu kalau memiliki adik,” balas Tuan Subroto.“Kalau ibu p
Romi mengangguk yang menandakan kalau apa yang akan dia sampaikan adalah hal yang sangat penting.Tuan Subroto langsung mengajaknya ke kantornya."Masuklah, Romi," ajak Tuan Subroto."Terima kasih," balas Romi."Duduklah, jadi hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Tuan Subroto."Ini mengenai Dara," jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail apa yang dia dengar. Romi hanya ingin menyampaikan fakta agar Tuan Subroto berjaga-jaga supaya hal yang tidak diinginkan menjelang pernikahan Bima dan Dara tidak terjadi."Kurang ajar lelaki itu. Beraninya berpikir kotor tentang putriku," gumam Tuan Subroto."Aku hanya menyampaikan apa yang terdengar saja," ucap Romi seraya memberikan rekaman untuk Tuan Subroto.Tuan Subroto semakin geram mendengar bukti rekaman itu. Beliau memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk mengamankan putrinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dara selama Tuan Subroto masih hidup."Romi, terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memberimu imbalan," uc