Romi terdiam sejenak, pikirannya melayang ke dua orang yang pernah singgah di hidup Bima dan yang saat ini sedang berada di kehidupan Bima."Bisa tulus bisa tidak, kita tidak tahu hati manusia jadi ya, lebih baik berhati-hati," ucap Romi."Aku setuju padamu. Dia pernah jahat dan selalu jahat jadi lebih baik waspada terhadap sekitar," balas Bima."Saudara saja kadang ada yang menusuk dari belakang apalagi orang lain," ucap Romi.Bima mengangguk saat ini yang perlu ia lakukan adalah waspada. Jangan sampai lengah saat berhadapan dengan musuh. Melindungi diri dan mencari aman adalah jalan satu-satunya yang bisa dilakukan."Aku harus segera pulang," ucap Bima."Buru-buru sekali," balas Romi."Aku tak akan membiarkan orang lain menyakiti anak dan calon istriku," jawab Bima."Cinta memang membuat orang buta dan berubah kepribadiannya," gumam Romi.Bima tak mempedulikan itu, ini memang masih jam makan siang. Bima bisa beralasan untuk ingin makan masakan Dara sehingga memisahkan Sela dan Dara
Irma mengepalkan tangannya kesal. Kenapa orang di dunia tak ada yang tulus berada di pihaknya. Kenapa pula lelaki yang katanya akan menemani Irma sampai tua nanti malah berada di rumah mewah milik wanita yang dibencinya.Irma segera turun dari mobilnya dan melihat lebih dekat apa yang ingin di lakukan Rizal di rumah Dara."Ijinkan aku masuk," ucap Rizal."Orang asing tidak dijinkan masuk," balas Pengawal."Apa kalian sudah melupakan wajahku. Aku tunangan Dara," bentak Rizal."Nona kami sudah akan menikah dengan orang kaya. Bukan orang kaya tanggung sepertimu," ucap Penjaga rumah."Orang kaya tanggung katamu. Aku lebih tinggi dari pada kamu yang hanya penjaga rumah," bentak rizal.Dara kebetulan sudah selesai dengan urusannya. dia memang hanya mampir sebentar di rumah orang tuanya sebelum pulang ke rumah Bima masak makan siang. Apa Rizal tak memperhatikan kalau mobil yang mengantarnya adalah milik Bima dan orang berserta anaknya ada di dalam mobil tak ikut ke dalam rumah."Dara," pangg
Bima melingkarkan tangan di pinggang Dara. Dia tersenyum.ke arah Dara dengan lembut."Karena aku akan menjadi pahlawan buat kamu yang lemah dan ceroboh ini," jawab Bima."Aku tak suka dilindungi," ucap Dara."Mulai sekarang kamu harus mau dilindungi oleh aku," balas Bima.Brian berdehem karena melihat kemesraan ayah dan Dara di depan matanya. Seolah mereka tak menganggap Brian ada di tempat itu. "Orang tua yang tidak peka," ucap Brian."Kenapa?" tanya Bima."Kenapa bermesraan di depan anak kecil," jawab Brian.Dara langsung melepaskan pelukan pada Bima. Dia sampai lupa kalau ada Brian di tengah mereka. Dara menjadi gugup sendiri karena bisa bermesraan bersama Bima."Maafkan ibu," ucap Dara."Aku sudah memaafkan ibu, tapI tidak untuk ayah," balas Brian.Brian jadi melengos dan melipat kedua tangannya. Dia ngambek karena orang tuanya bermesraan tanpa menghiraukan ada Brian di tengah-tengah mereka."Kalau tak mau memaafkan ayah maka uang jajan dipotong," ucap Bima."Ayah yang jahat," ba
Brian membuka pintu, dia menatap Dara yang sudah berada di depan kamarnya. Dia terlihat sedih seperti habis menangis di dalam kamar.“Dari tadi ibu selalu membela ayah,” ucap Brian.“Jadi kamu berpikir ibu seharian bersama ayah?” tanya Dara.“Iya,” jawab Brian sambil mengangguk.Dara berlutut agar sama tinggi dengan Brian dia memeluk Brian agar tidak bersedih lagi. Dara juga mengelap air mata Brian agar tidak meleleh di pipi.“Kenapa cucu nenek?” tanya Nyonya Handoko panik lalu langsung menghampiri Dara.“Aku pikir ibu sudah tidak sayang sama aku lagi,” jawab Brian.“Memangnya kenapa?” tanya Nyonya Handoko.“Aku mencoba untuk netral dan tidak membela Brian dan Bima. Tapi Brian salah sangka aku sudah tidak menyayanginya lagi,” jawab Dara.Nyonya Handoko tertawa kecil, ternyata Brian sedang cemburu dengan sang ayah. Wajah Brian sampai sedih seperti orang yang sedang putus cinta.“Cucu nenek. Jangan menangis lagi, ya, ayo kita ke meja makan. Ibumu sudah memasak yang enak,” ajak Nyonya Ha
“Aku melamar ke berbagai perusahaan waktu itu,” jawab Dara. Dara juga menceritakan bagaiaman dia mendapatkan perlakuan buruk dari Rizal dan Irma saat pertama kali mencari kerja. Saat dia tengah duduk di kursi yang ada dipinggir karena kelelahan berkeliling beberapa perusahaan untuk mencari kerja, kedua orang itu sengaja menghentikan mobil untuk mencemooh Dara. “Kurang ajar, ibu ingin mencekik mereka berdua,” ucap Nyonya Subroto. “Tak hanya itu, mereka juga sengaja mencipratkan kubangan air ke arahku dengan mengendarai mobil dengan kencang,” balas Dara. “Rasanya ibu sudah tidak sabar untuk menampar kedua orang yang tidak tahu malu itu,” umpat Nyonya Subroto. Dara tersenyum kecil melihat ekpresi ibunya. Padahal Dara yang mendapatkan penghinaan itu kenapa Nyonya Subroto kesal sendiri mendapatkan cerita yang seperti ini. “Ibu jangan marah,” ucap Dara. “Anak ibu mendapatkan penghinaan seperti ini kenapa ibu tidak boleh marah?” tanya Nyonya Subroto. “Karena masalahnya sudah kelar, a
"Aku tak suka berjudi," jawab Bima.Rizal semakin kesal saja, siapa juga yang berjudi ini hanya taruhan saja. Bukan judi di tempat perjudian."Cih, kita tidak benar berjudi," balas Rizal."Tapi aku tak mau menjadikan wanita sebagai taruhan," ucap Bima.Orang seperi Rizal ini memang orang yang tak tahu malu bagaimana bisa dia menjadikan seseorang sebagai taruhan. Benar-benar membuat Bima muak melihatnya. Dia hanya menginginkan sesuatu dan akan membuangnya saat dia sudah tidak membutuhkannya."Dasar tak tahu malu," ucap Bima."Kamu takut kalau aku akan mendapatkan Dara kembali, 'kan?" tanya Rizal."Aku tidak takut padamu. Banyak wanita yang mengantre untuk menjadi istri seorang Bima. Untuk apa takut padamu," jawab Bima sinis."Kalau begitu serahkan Dara padaku," pinta Rizal."Enggak akan terjadi. Karena aku mencintai Bima sejak kecil," balas Bima.Rizal kaget karena Bima ternyata mengenal Dara sejak kecil dan mereka tumbuh bersama. Pantas saja Bima mempertahankan Dara sampai seperti it
“Tentu saja beda, aku belum pernah melahirkan anak sama sekali, sedangkan kamu sudah melahirkan anak,” jawab Irma.Sela menahan senyuman, dia ingin tertawa kencan tapi takut Irma semakin mengamuk. Padahal mereka berdua sama-sama adalah seorang wanita kotor untuk apa saling menghina.“Irma, aku sarankan kamu untuk segera menikah,” ucap Sela.“Memangnya kenapa?” tanya Irma.“Aku takut para bos yang suaminya kamu nikahi akan mengamuk,” jawab Sela lalu pergi dari hadapan Irma.Wanita itu tampak tidak suka dengan Sela yang merendahkan dia begitu saja. Irma masih berada di pinggir jembatan untuk meratapi nasibnya. Dia tidak ingin menyerah karena ada wanita jalang yang mendekati Rizal saat ini.“Itu adalah sebuah karma untukmu, dahulu kamu merebut Rizal dari Dara. Sekarang giliran Rizal memperhatikan perempuan lain,” ucap Nyonya Subroto.“Aku tidak butuh ceramahmu,” balas Irma.“Karma itu nyata, kamu harus paham itu,” ucap Nyonya Subroto.“Aku tidak percaya karma,” balas Irma.“Percaya atau
Bima mengelus rambut Brian dengan lembut. Dia merangkulnya dan mencium kening Brian lembut."Kita akan bahagia selamanya," ucap Bima."Ibu tidak bisa janji tapi akan ibu usahakan kalau kita akan bahagia selamanya," imbuh Dara.Brian sepertinya sangat senang dengan ucapan kedua orang tuanya. Dia jadi lebih percaya diri sekarang."Asyik, aku jadi punya orang tua lengkap sekarang," ucap Brian."Doakan kami sampai tua bisa menjagamu," ucap Bima.Brian mengangguk senang. Setelah mengantar Brian ke kamarnya Dara berpamitan pulang. ***"Ayah," sapa Dara lalu merangkul ayahnya yang sedang duduk di sofa ruang tamu."Ternyata anak gadis ayah sudah pulang," balas Tuan Subroto."Ayah sudah makan malam?" tanya Dara."Ayah menunggumu," jawab Tuan SubrotoDara menemani ayahnya makan malam. Dia sudah makan tadi bersama Bima tapi dia tak ingin membuat ayahnya kecewa jadi menemani sang ayah makan."Makanan ibu memang yang terbaik," ucap Dara."Anakmu juga nanti akan berkata seperti itu," balas Nyonya