“Berhenti memikirkan orang lain dan pikirkanlah dirimu sendiri. Kamu pikir kamu sudah baik-baik saja?”Omongan Kalandra terus menari dikepalanya. Ia tahu, hatinya memang tak baik-baik saja, namun bukan berarti dirinya menjadi egois diatas penderitaan orang lain.“Jika kamu bersikap seperti ini terus, Kalandra akan meninggalkanmu, Run.” Hasna memandang tak percaya pada Arunika yang baru saja menceritakan masalahnya dengan Kalandra.Hasna merasa gemas dengan Arunika yang justru memikirkan orang lain, sementara jodohnya ada di depan matanya.“Aku hanya—““Kamu itu sok baik. Devina sudah menyakitimu. Kalandra sudah jelas-jelas menolak keras Devina dan memilihmu. Kenapa kamu malah bersikap seperti ini?” “Hasna, kamu tak mengerti jika ada di posisiku.”“Kamu yang tak mengerti bagaimana perasaan Kalandra.” Hasna sedikit menaikkan nada bicaranya. “Kamu yakin untuk kehilangan Kalandra untuk yang kedua kalinya?”Arunika gamang. Hatinya benar-benar kacau saat ini. Bercerita kepada Hasna agar me
Arunika menatap Kalandra yang memaksa mengikutinya menjenguk Ratri—Ibu Mahesa. Mengembuskan napas lelah, akhirnya Arunika mengalah. Tak ada gunanya juga membantah ucapan lelaki itu. Terlalu banyak kekhawatiran pada diri Kalandra. “Baiklah,” kata Arunika mengalah.“Bagus.”“Jangan berbuat apa pun di sana. Ingat itu, Mas.”Kalandra tak menanggapi ucapan Arunika. Justru dirinya ikut karena terlalu khawatir dengan Arunika. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi miliknya itu terlalu polos dan mudah terpengaruhi. Lihat saja apa yang terjadi dengan Devina, Arunika bahkan tanpa berpikir panjang memilih mengalah.“Kamu terlalu lemah,” ucap Kalandra. Arunika hanya melirik Kalandra yang sedang menyetir. “Mudah dirayu, dan hatimu terlalu mudah terpengaruh dengan ucapan orang lain. Itulah gunanya aku mengikutimu.”“Aku tak selemah itu, Mas.”“Bagaimana dengan Devina?” Tanya Kalandra. “Kamu bahkan begitu mudah mengalah.”“Tidak seperti itu, aku hanya menawarkan hingga dia benar-benar sehat. Toh,
“Apa kesalahan Mahesa begitu berat untuk kamu maafkan?” tanya Ratri.Arunika masih tak habis pikir, mengapa Ratri masih menanyakan hal ini. Jelas saja, bahkan Mahesa telah tanda tangan dengan surat perjanjian mereka saat akan menikah dulu. Bahkan, dengan menyertakan materai dan kuasa hukum. Lelaki itu mengingkari ucapannya sendiri.“Kami sudah sepakat dulu, Ma, dan Mahesa telah mengingkarinya.”“Mahesa hanya khilaf.”“Itu tak akan terjadi jika Mahesa takut kepada Allah,” tegas Arunika.“Apa maksudmu, Run?”“Mahesa melakukan janji di hadapan Allah dengan sadar, dan juga berkhianat dengan sesadar-sadarnya. Jelas itu tak bisa disebut khilaf,” papar Arunika.“Allah saja memaafkan hamba-Nya dan memberikan kesempatan kedua. Mengapa kamu tak bisa melakukannya?”“Arunika bukan Tuhan, Ma.” Arunika masih mencoba menegaskan Ratri. “Seperti yang Arunika pernah katakan, Runi telah memaafkan Mahesa, tapi tidak untuk kembali.”“Apa kamu tak menyayangi Mama, Run?” tanya Ratri.“Runi menyayangi Mama,
Arunika merasa kasihan dengan Dania. Namun, dirinya juga merasa beruntung karena telah lepas dari keluarga ini. 5 tahun, Dania tak diterima di keluarga suaminya. Walaupun Arunika tak paham apa yang terjadi, tapi sungguh ia merasa bersalah pada Dania.Dulu, keluarga Mahesa sangat antusias ketika bertemu dengannya. Bahkan, Arunika sudah dianggap seperti anak sendiri. Tapi, kenyataan berbalik dengan yang dialami Dania. Masuk ke dalam keluarga yang tak mengharapkannya, wajar jika Dania sempat membencinya. Sangat wajar jika Dania merasa iri terhadapnya.“Kamu tak berhak ikut campur urusanku dengan Dania,” kelakar Mahesa mengeraskan rahangnya.“Kalau begitu, jangan membawa aku masuk ke dalam kehidupan kalian.”“Run—““Apa kamu tuli?”Arunika dan Mahesa mengalihkan pandangannya pada Kalandra yang sudah berdiri tak jauh dari tempat mereka berisi.Kalandra menggaruk pelipisnya, “Mengemis cinta pada mantan?” sinis Kalandra. “Sayang sekali, tapi kamu terlambat. Aku telah melamarnya dan kami akan
“Kamu takut dia ma ti?” tanya Kalandra.“Ya,” jawab Arunika sambil menatap manik Kalandra. “Aku takut kalau dia ma ti nanti kamu yang akan disalahkan, Mas.”Kalandra tertegun. Senyum tipis timbul dari bibirnya.“Aku akan baik-baik saja. Percayalah,” tutur Kalandra menenangkan.Apa pun nanti yang akan terjadi, dirinya tak akan goyah untuk memperjuangkan perasaannya, dan ia berharap Arunika juga melakukan hal yang sama untuknya.“Run.” Panggilan itu membuat Arunika dan Kalandra memalingkan wajah ke sumber suara. Mayra datang bersama Dania dengan tergopoh-gopoh. Kekhawatiran tercetak jelas di wajah keduanya.“Kak May?” Arunika melirik pada Dania. Dirinya tak menyangka jika Dania akan ikut datang ke rumah sakit. Sungguh, ia jadi merasa tak enak hati. Mahesa masih berstatus suami Dania, tapi lelaki itu justru meributkannya hingga babak belur.“Apa yang terjadi?” tanya Mayra.Arunika melirik Kalandra sebentar, lalu kembali menatap Mayra.“Biar aku yang jelaskan,” ucap Kalandra membuat tig
Dania mengembuskan napas saat melihat kondisi Mahesa. Meskipun ia benar-benar sakit hati dengan perlakuan lelaki yang masih berstatus suaminya itu, Dania tetap merasa iba. Mungkin hanya Mahesa yang melakukan ini, berjuang mendapatkan cinta perempuan lain sampai babak belur. Padahal, ia masih berstatus suami.Mahesa membuka matanya, dan mendapati Dania yang menatapnya. Andai saja Arunika yang ada di depannya, ia akan lebih semangat untuk sembuh. Ah, apa yang telah ia perbuat pada Arunika diluar kendalinya. Mahesa emosi dengan penolakan Arunika. Bahkan, terang-terangan Arunika memperkenalkan Kalandra sebagai calon suaminya.“Kamu sudah bangun?” tanya Dania.Mahesa bergeming tak ingin menanggapi. Sampai kapan Dania akan berpura-pura peduli padanya? Mahesa tahu, sudah sejak lama Dania mempunya hubungan yang cukup intim dengan Rama. Ia diam dan mengalah, karena hatinya juga telah mati rasa untuk wanita itu.Kedatangan Arunika kembali ke kota ini membuatnya melupakan perselingkuhan Dania. P
Mahesa yang tampak terkejut. “Kenapa? Kamu akan mengelak dengan yang baru saja aku katakan?” tanya Mayra membuat Mahesa bungkam.“Berhenti membuat masalah. Arunika akan semakin muak denganmu jika kamu makin banyak bertingkah.” Mayra mencoba menyadarkan adiknya walaupun akan sia-sia.“Tapi lelaki itu telah membuatku babak belur,” sangkal Mahesa.“Itu karena perbuatanmu sendiri. Apa kamu lupa atas apa yang kamu perbuat terhadap Arunika? Ingat. Di rumah kita ada kamera pengawas.”Mahesa tampak pias. Tak lagi dapat mengelak dengan ucapan Mayra. Dirinya memang bersalah, itu tak dapat mangkir. Tapi, tetap saja perbuatan Kalandra yang membuatnya sampai masuk ke rumah sakit. “Tapi lelaki itu keterlaluan telah membuatku seperti ini,” elak Mahesa.Mayra memukul kepala Mahesa hingga terdengar suara mahesa mengaduh.“Berhenti keras kepala!” seru Mayra. Ia tak habis pikir, mengapa adiknya begitu keras kepala. Bukannya merasa bersalah malah terus membela diri.“Sangat wajar jika Kalandra memukulm
Kalandra memasuki ruang rawat Dania. Sudah lebih dari dua minggu wanita itu mendiami ruang itu. Bukan hanya fisik yang Devina obati, ia juga sedang menjalani terapi kejiwaan dengan Dokter Psikolog. Devina tampak berbinar dengan kedatangan lelaki yang sudah mengisi hatinya cukup lama.“Kamu datang?” tanya Devina dengan senyum yang terbit dari bibirnya.Kalandra tak merespons, hanya menatap Devina tanpa ekspresi.“Semoga setelah ini tidak ada drama yang kamu buat lagi,” ucap Kalandra membuat senyum Devina menghilang.“Aku tak akan melakukan ini jika saja kamu memedulikanku,” lirih Devina menatap sendu Kalandra. Cukup lama perasaan yang ia simpan untuk lelaki itu. Devina terbiasa mendapatkan apa yang dia mau dengan begitu mudah. Sejak kecil. Namun, Kalandra terasa berbeda. Lelaki itu tak tersentuh olehnya, dan membuat Devina merasa terhina.“Tak semua apa yang kamu inginkan akan terpenuhi, termasuk perasaanku.” Kalandra tetap menjaga jarak dengan Devina yang terlihat sudah lebih segar.