“Thanks buat semalam, Sar,” ucap Rafka mengecup pucuk kepala Sarah saat melihat Sarah membuka matanya usai tertidur semalaman.Mungkin lelahnya resepsi pernikahan yang berbaur dengan kegiatan panas mereka semalam membuat Sarah langsung tertidur usai menuntaskan gelora gairahanya bersama Rafka.Pipi Sarah memerah dan wajahnya terasa memanas. Sentuhan dan kecupan Rafka di setiap inci tubuhnya kembali memutar di otaknya ketika ia sudah benar–benar terjaga.“Ah … Itu kan memang sudah kewajibanku sebagai istrimu, Raf. Aku hanya memberikan hakmu, jadi tidak perlu berterima kasih untuk itu.”Sarah mencoba menyembunyikan rasa kagumnya kepada lelaki yang telah menjadi suaminya tersebut. Semalam Rafka benar-benar tampil gagah perkasa dan mampu membawanya ke puncak kenikmatan yang belum pernah diraskan olehnya.Meski ini bukan pengalaman pertama untuknya, tetapi jujur saja baru kali ini ia melakukannya dalam keadaan sadar.Dulu sewaktu melakukannya dengan Ervan, Sarah dibawah minuman keras berca
“Sudah siap?” tanya Sarah kepada Leo karena setelah Rafka menjemputnya di kampus ia dan Leo akan pindah ke rumah baru mereka.“Udah siap, Ma,” jawab Leo membawa sekardus besar komik dan buku-buku kesayangannya.Sebenarnya Sarah telah menawarkan untuk mengangkut barang-barang itu di dalam truk yang ia sewa untuk memindahkan semua barang-barang dari rumahnya. Hanya saja, buku-buku itu tampakan terlalu berharga bagi Leo sehingga Leo tak rela buku-bukunya tertumpuk dengan barang-barang yang lain. Barangkali kali Leo takut buku-bukunya rusak kalau sampai tertimpa barang-barang lain.“Hello my son! Come here to daddy,” goda Rafka turun dari dalam mobil untuk membantu Leo menaruh bukunya di bagasi mobilnya.“N*j*s Bang. Sekali lagi ngomong kayak gitu, gue kempesin ban mobil lo!” sungut Leo membelalak kesal ke arah Rafka.Rafka hanya tertawa saja karena gampang sekali memancing emosi kekesalan bocah satu ini sekarang. Hanya dengan bermodalkan memanggil Leo sebagai anak dan menyebut dirinya
“Maaf Sarah datangnya agak telah, Pa. Di jalan macet sekali soalnya,” jelas Sarah sambil menyerah paper bag kepada Papa. “Tadi sebelum ke sini Sarah belikan kue kesukaan Papa.”“Ternyata kamu masih ingat kue kesukaan Papa. Terima kasih, ya,” ucap Gunawan mengintip sedikit ke dalam paper bag berisi kue yang ia terima dari Sarah.Sarah mengangguk dan tersenyum. “Tapi, ada apa Papa menyuruh Sarah datang ke kantor Papa hari ini?”“Kalau kamu tidak keberatan, Papa ingin memintamu untuk membantu Papa mengurus pekerjaan di kantor. Papa tahu kamu lulusan kuliah yang berhubungan dengan bis
“Papa sudah seminggu, Sakit. Aku ingin menjenguknya ke sana, Son. Kamu mau membuat alasan apa lagi supaya aku tidak pergi ke sana. Sebagai dokter aku tahu ligamen kakimu sudah semakin membaik. Hanya butuh diistirahatkan beberapa hari lagi, pasti sudah sembuh total” pungkas Ervan.Sungguh Ervan tak mengerti ada apa dengan istrinya? Mengapa seolah-olah istrinya itu mencoba menghalangi dan tidak ingin ia pergi berkunjung ke Jakarta yang notabene adalah tempat orang tuanya tinggal?Tepat sehari sebelum adiknya menikah, tiba-tiba Sonia terpeleset hingga membuat kakinya membengkak dan terkilir hingga harus digips.Dengan amat terpaksa Ervan tak bisa menghadiri pernikahan adiknya karena tentu saja harus memantau kondisi istrinya yang sedang sakit dan menjaganya.Kini, saat kondisi istrinya itu berangsur-angsur pulih, Ervan mendapatkan kabar kalau Papanya sedang dirawat di rumah sakit.Sebagai seorang anak sudah lah pasti Ervan mengkhawatirkan kesehatan Papanya. Apa pun yang terjadi ia harus
Sepanjang perjalanan menuju Jakarta, Ervan hanya bisa menghela nafas panjang. Saking terburu-burunya pergi, ia sampai tidak membawa pakaian. Beruntung dompet dan hpnya ad di saku jas yang ia kenakan.Sebenarnya ia tak sampai hati meninggalkan Sonia yang tampak tak melepaskannya pergi ke Jakarta. Apalagi kondisi kaki Sonia memang belum pulih betul, meskipun sudah lebih membaik. Namun, apa boleh buat? Toh, selama istrinya itu mengalami patah tulang, ia sudah selalu berusaha merawatnya, hingga terpaksa tak bisa datang ke pernikahan adik satu-satunya.Keadaannya Sonia pun sudah lebih baik. Sehingga, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menengok keadaan Papanya sekaligus memberikan ucapan selamat atas pernikahan adiknya.Sepertinya ia harus mampir ke beberapa toko untuk membelikan hadiah pernikahan adiknya dan juga buah untuk Papanya.*****“Minggu ini kegiatan aku udah enggak terlalu sibuk. Jadi, mending kamu istirahat aja, Sar. Biar aku yang gantian jagain papa. Makasih ya selama ini
“Ini, aku bawakan baju ganti dan makanan untuk kamu, Raf. Maaf aku datangnya agak malam karena harus masak dulu untuk makan malam Leo sama Dea. Mama aku suruh besok pagi saja kemari karena wajahnya masih kelihatan lelah.”Sarah menunduk meletakkan kotak makanan dan baju ganti yang ia bawa untuk Rafka ke atas meja. Ketika memasuki kamar inap Papa mertuanya, ia hanya melirik sekilas ke arah ranjang yang ditiduri oleh Papa mertuanya.Dikiranya lelaki yang sedang duduk membelakanginya dan menghadap ke arah ranjang Papa mertuanya adalah Rafka. Jadi, Sarah dengan santai melakukan kegiatannya.Lain halnya dengan Sarah yang tak sadar kalau lelaki yang duduk itu adalah Ervan dan bukan lah Rafka. Tetapi, Ervan langsung berbalik dan memindahkan padangan begitu merasa pernah mendengar dan seperti mengenali suara lembut Sarah.Seketika mata Ervan tertegun dan tubuhnya mendadak membeku seperti air yang didiamkan dalam lemari es dalam waktu yang lama.Meski sudah belasan tahun berlalu dan hanya bisa
“Cepet habisin makanan lo! Bang Rafka nyuruh gue ajak lo ke rumah sakit!” suruh Leo ketika mendapati pesan masuk di ponselnya yang ternyata dari Rafka.“Sabar, dong! Ini kan aku lagi ngunyah,” kesal Dea saat sedang asyik makan malah diganggu dan disuruh cepat-cepat.Padahal makanan di piringnya saja masih sisa setengah. Tetapi dengan semena-mena cowok di samping ini menyuruhnya secepat mungkin menghabiskan makanannya.Leo tak bisa menahan decakannya saat melihat suapan Dea yang sedikit-sedikit. Direbutnya sendok di tangan Dea dan diambilnya sesendok penuh nasi dan lauk dari piring cewek di sebelahnya ini.“Buruan buka mulut lo!” paksa Leo dengan tak sabarannya mengarahkan sesendok penuh nasi itu ke depan mulut Dea.“Tapi nasinya keban–”Belum selesai berbicara, mulut Dea sudah disumpal sesendok penuh nasi oleh Leo. Mumpung mulut Dea terbuka, jadi Leo yang memang memiliki IQ mumpuni, langsung saja menyuapkannya pada Dea.Saking penuhnya nasi yang disuapkan Leo padanya, Pipi Dea tampak
“Lo tenang aja, Bang. Kebetulan Leo mahasiswa di kampus yang sama kayak Dea kalau anak lo diterima,” ujar Rafka pada Abangnya yang tampak mengkhawatirkan Dea.Ervan yang memang sudah berkenalan dengan Leo beberapa menit lalu, tersenyum ke arah pemuda yang ia yakini sebagai anaknya itu.“Kalau begitu, tolong bantuannya untuk menjaga dan mengawasi putri saya. Terkadang dia terlalu polos dan ceroboh. Oleh karena, saya butuh seseorang untuk memonitrinya,” kata Ervan mengelus lembut surai Dea, tetapi matanya masih memandang lurus ke arah Leo.Entah mengapa ia merasa hatinya seperti bersorak senang dan menghangat ketika bisa berbicara lebih panjang dengan Leo.Leo menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal. Ia sungguh bingung ingin menyahuti seperti apa. Sebetulnya, ia malas sekali harus mempedulikan anak manja yang masih suka bertingkah layaknya bocah seperti Dea itu.Namun, anehnya ia merasa tak bisa menolak atau membantah sedikitpun keinginan dari saudara lelaki Rafka itu.Seperti a