Tiga bulan berlalu sejak Rafka kembali masuk kuliah dan kini pemuda itu tengah disibukkan dengan kegiatan KKN karena ia sudah memasuki semester 7. Meskipun, pikirannya tengah ruwet dengan aktivitas KKN, tetapi Rafka tetap senang karena dosen pembimbing lapangan KKNnya adalah Sarah. Memang ia tak bisa tiap hari ia bertemu dengan Sarah dan tak bisa setiap hari juga ia berbalas pesan ria dengan Sarah karena di desa tempatnya KKN sinyal internetnya terkadang sering mengalami masalah gangguan.Sarah juga hanya seminggu sekali datang kemari untuk melakukan monitoring dan memantau sejauh mana perkembangan programa kerja yang telah disusun oleh mahasiswanya selama melaksanakan KKN.“Karena kegiatan KKN yang dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi sekalian akan segera usai, saya selaku Dosen Pembimbing Lapangan kalian berharap beberapa program kerja yang kalian lakukan segera di selesaikan dengan baik. Jangan lupa untuk mulai menyusun proposal hasil kegiatan KKN kalian selama 3 bulan ini.”Be
Usai menjalankan KKN dan menyelesaikan semester 7-nya dengan baik karena dorongan Sarah yang selalu memotivasinya agar memberikan performa yang lebih baik dari semester lalu.Indeks Prestasi Komulatifnya pun jelas lebih lebih menanjak daripada semester-semester sebelumnya. Rafka sedari awal memang berambisi untuk mengacau dengan membuat nilai IPKnya menjadi apa adanya, demi membalas orang tuanya yang hanya menjadikannya sebagai bidak untuk menunjukan prestasi keberhasilan mereka sebagai orang tua yang berhasil mendidik anak di hadapan banyak orang.Namun, semenjak mengenal Sarah dan menjalin hubungan dengan wanita itu, Sarah selalu saja bisa memacu dirinya untuk mendapatkan nilai yang bagus. Kali ini, Rafka memaksa pada Sarah untuk mengabulkan permintaannya jika IPKnya menanjak pesat. Karena Sarah menyetujuinya, maka Rafka begitu bersemangat untuk bisa memperoleh IPK tinggi.Dengan kecerdasan otaknya yang mumpuni, tentu saja Rafka tak perlu bersusah payah dan ia hanya perlu menambah
“Akhirnya kita lulus dan bisa ngerasain wisuda juga, Bro!” seru Kevin mengeluarkan suara 5 oktafnya yang cetar membahana setelah ia dan teman-temannya selesai mengikuti serangkaian acara wisuda yang diselenggarakan oleh kampus mereka.“Enggak usah teriak-teriak segala, Kevin buduk. Lagi banyak orang kayak gini, jangan bikin malu kita lo ogeb,” protes Tyo menjitak kepala Kevin sambil menggeram menahan jengah.“Ribut mulu lo berdua. Jadi foto enggak? Susah-susah kita kabur dari orang tua kita, masa cuma buat ribut doang,” gerutu Rafka memegangi kepalanya yang pusing mendengarkan keriwehan dua temannya.Tadinya, setelah wisuda ia ingin menyiapkan diri agar terlihat setampan mungkin saat bertemu dengan Sarah nanti sore. Sialnya, teman-temannya malah mengajaknya berfoto, padahal ia sudah susah payah kabur dari jangkau orang tuanya yang ingin memamerkan dirinya karena mendapatkan IPK yang cukup bagus untuk di banggakan.“Udah lulus juga masih galak kayak cewek PMS aja lo, Raf. Lagian lo ke
“Selamat untuk kelulusanmu dan wisudamu,” ucap Sarah sambil menyerahkan kotak merah yang ia bungkus dengan rapi kepada Rafka.Sesuai perkataan Sarah yang akan memberikan hadiah setelah selesai makan, Sarah pun benar-benar memenuhi janjinya itu dengan memanggil pelayan untuk membawakan hadiah yang sudah ia titipkan sedari kemarin.“Boleh dibuka sekarang?” tanya Rafka dengan tidak sebaran ketika kotak merah yang dibungkus rapi oleh Sarah itu telah berada di tangannya. Sarah tersenyum sambil mengangguk.” Tentu. Buka lah karena hadiah itu memang untukmu dan sekarang sudah menjadi milikmu.”Kalau saja di hadapannya tidak ada Sarah, sudah lah tentu, Rafka akan membuka pemungkus hadiahnya ini dengan brutal. Hanya saja karena ada Sarah, jadi ia pun terpaksa membuka bungkus hadiah di tangannya ini dengan pelan dan penuh kehati-hatian agar tetap terlihat rapi.Setelah bungkus yang menyelubungi kotak hadiah telah terbuka sepenuhnya, Rafka pun membuka kotak itu dan menemukan sebuah jersey olahr
“Selamat sore, Ibu dosen. Izinkan pengawal tampan ia untuk mengantarkan Anda pulang,” ucap Rafka langsung menuntun Sarah masuk ke dalam mobilnya.“Sudah tiga hari ini kamu mengantarkanku pulang terus, Raf. Memangnya pekerjaanmu tidak terganggu kalau kamu terus-menerus mengantarku pulang seperti ini?” tanya Sarah mengerutkan dahinya seolah ia benar-benar mencemaskan pekerjaan pemuda itu.Penantian Rafka yang menunggu Sarah mau beraku-kamu dengannya pun berhasil juga. Meskipun butuh waktu dua tahun untuk membuat wanita itu menghilangkan kata ganti saya ketika berbicara berdua saja dengannya.“Bosen di kantor terus, Sar. Kepala aku kayak mau meledak kalau kelamaan di depan laptop. Makanya aku butuh buat melihat kamu supaya sumpek yang aku rasain bisa hilang,” jawab Rafka dengan gaya santainya yang tak hilang meski kini sudah berusia 24 tahun.Dua tahun memang sudah berlalu semenjak Rafka resmi lulus dan menjalani wisuda. Kini lelaki muda itu telah bekerja di perusahaan Papanya sebagai Ch
“Woi, bocah! gue anterin nyokap lo pulang dengan selamat tanpa kekurangan satu apa pun,” teriak Rafak ketika sampai mengantarkan Sarah sampai dalam rumahnya.Dua tahun berlalu, begitu pula kemarahan Leo kepada Rafka pun sudah menguar seperti api yang kobaran dan asapnya telah hilang. Mulanya memang sulit untuk membuat Leo mau berhenti kesal padanya. Tetapi dengan berbagai pembuktian bahwa ia tidak pernah mempermainkan Sarah dan malah memperlakukan Sarah dengan baik, akhirnya ia bisa mencabut akar ke gondokan Leo padanya.Alasan Leo lambat laun kemarahan Leo pada Rafka mereda tentu saja karena Mamanya. Awalnya, ia tak menyangka kalau Mamanya itu masih sudi menjalin hubungan dengan lelaki yang sudah jelas-jelas mempermainkannya.Namun, saat ia tahu kalau Mamanya dan Rafka kembali bersama dan Rafka juga terlihat begitu menunjukan perhatiaan yang tampak tulus pada Mamanya, tak pelak dinding kemarahannya perlahan roboh.Apalagi, wajah Mamaya jauh lebih berseri dan terasa lebih hidup ketik
“Cantik banget kamu malam ini!” puji Rafka tak bohong ketika ia menjemput Sarah malam ini dan melihat wanita itu mengenakan gaun marun menutupi lutut. Area bahunya terbuka, tetapi untung saja terdapat lengan gaun yang mampu menutupi bagian lengan atas dan juga area dada Sarah, sehingga tetap terlihat sopan dan anggun. “Artinya hanya malam ini saja aku terlihat cantik dimatamu, Raf? Biasanya aku biasa saja begitu?” tanya Sarah dengan bibir yang dibuat mengerucut seperti mengundang ingin dicium saja.Meski memasang wajah seperti orang sebal, tetapi ucapan Sarah tentunya hanya gurauan semata. Mungkin selama 2 tahun lebih menjalin cinta, ia mulai tertular virus Rafka yang suka menggoda dan bergurau.“Ya, cantik juga, Sar. Di mata aku mau bentukan kamu kaya gimana juga, tetap aja cantik menurutku. Mau dandan enggak dandan, mau pakai atau enggak pakai baju, kamu always cantik in my eyes, Sar.”Lagi-lagi bukannya memberikan kata-kata yang benar, lelaki muda itu malah mengeluarkan kata-kata
“Dengar, Sar. Aku membawa kamu kesini bukan untuk meminta mereka menerimamu atau memohon pada mereka merestui kita. Aku hanya ingin menunjukan pada mereka kalau kamu lah wanita yang aku cintai. Jadi, tanpa atau dengan persetujuan mereka, enggak akan mengubah apa pun tentang hubungan kita.”Diturunkan tangannya dari wajah Sarah setelah ia menyeka air mata yang menetes membasahi pipi wanita itu. Tangannya beralih menggenggam tangan Sarah dengan begitu erat dan hangat.Hangatnya sentuhan tangan Rafka berbaur dengan batapa penuh keyakinannya kalimat demi kalimat yang ditegaskan olehnya, tanpa sadar mampu menembus relung hatinya. Keraguannya perlahan terasa mulai menghilang dan jiwanya pun jauh lebih tenang.“Maafkan kegelisahanku yang menyusahkanmu tadi, Raf. Tak seharusnya aku bersikap begitu saat kam