Share

6. White Chocolate

Author: Farasha
last update Last Updated: 2024-02-13 14:34:21

Berulang kali Kia membaca ulang kartu ucapan misterius tersebut. Mencoba mengingat siapa seseorang yang menyebut sebagai pengagum rahasianya. Seingat Kia, setelah patah hati atas pengkhianatan Zyan dulu ia tidak memiliki teman laki-laki yang akrab. Kia sengaja menjaga jarak dengan laki-laki yang bukan dari keluarganya. Bukan karena Kia sombong atau memiliki standard pribadi untuk pertemanannya. Tapi Kia hanya ingin menjaga hatinya agar tidak sampai terjerumus ke dalam kesalahan yang sama, yaitu jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Kia tidak ingin kisah itu terulang kembali. Maka tak heran jika Kia betah menjomlo begitu lama. Kia justru pasrah menunggu jodohnya datang sendiri. Karena Kia menyakini bahwa jodoh dan kematian adalah takdir yang tidak akan bisa berubah. Takdir yang sudah digariskan sejak manusia berusia 4 bulan dalam kandungan ibunya. Saat ruh anak manusia untuk pertama kali ditiupkan.

Tak ingin terlalu memikirkan surat misterius tersebut Kia lantas membuka laptop di hadapannya. Sembari menunggu proses laptop itu on Kia berdiri, melepaskan blazer berwarna cream yang dikenakannya hari ini lalu meletakkan pada punggung kursinya.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Kia dengan jemari lentiknya mulai mencari folder yang berisi tentang keuangan perusahaan.

Akhir bulan seperti ini pekerjaan Kia akan lebih banyak karena ia harus mengecek laporan keuangan dari semua divisi di perusahaan. Mulailah Kia menekuni pekerjaannya dengan serius. Sebelum jam istirahat kantor Kia nanti ingin menemui Arfan pamannya. Dari pamannya itulah Kia banyak belajar tentang perusahaan. Bukan karena ayahnya tak cakap. Tapi ayahnya sekarang lebih fokus mengurus lembaga pendidikan dan lembaga sosial milik Alfarizi Corporation. Ardan sedang mambantu Azka kakaknya sebelum ayahnya tersebut mengambil masa pensiunnya. Ardan, ayahnya memang berniat pensiun di usia 65 tahun dan menyerahkan semua urusan perusahan kepada Kia dan Azka.

Tanpa terasa tiga jam berlalu dengan cepat. Kia mengangkat kedua tangan untuk meregangkan otot-otot di tubuhnya yang terasa kaku. Pun dengan kedua matanya yang terasa pedih karena terpapar sinar laptop yang sejak pagi menjadi titik fokusnya. Kia baru saja beranjak dari kursi saat terdengar ketuk pintu dari luar ruangannya.

“Masuk!” sahut Kia memberikan izin kepada siapapun yang saat ini berada di luar ruangannya.

“Selamat siang!” sapa seorang office boy memasuki ruangan dengan sopan sembari membawa sebuah paper bag di tangannya.

“Ada apa Roy?” ucap Kia menatap paper bag di tangan Roy yang menjadi pusat perhatiannya kemudian kembali duduk.

“Maaf jika saya mengganggu Bu Azkia, saya hanya mengantarkan paket untuk Ibu,” terang Roy lalu meletakkan paper bag tersebut di atas meja Kia.

Alis Kia berkerut dalam. Mencoba menebak siapa yang mengirimkan barang itu untuknya. Mungkinkah Bimo sang suami?. Tapi itu terdengar mustahil meskipun laki-laki itu adalah perayu ulung.

“Paket dari siapa? Apa dari suami saya?” Tanya Kia tanpa ingin melihat kartu nama yang menempel di sana.

“Emmm.” Roy baru saja bergumam sebelum menjawab saat tiba-tiba ponsel milik Kia yang tergeletak di samping laptopnya berdering.

Melihat nama Bimo tertera di layar ponselnya Kia kemudian menyuruh Roy untuk segera pergi setelah mengucapkan terima kasih. Setelah memastikan Roy ke luar barulah Kia menerima telepon dari Bimo sembari menatap penuh penasaran paper bag di hadapannya. Kia ingin memastikan jika Bimo lah pengirim barang tersebut.

“Assalamu’alaikum,” sapa Kia dengan nada yang terdengar enggan.

“Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarakaatuh,” jawab Bimo dengan antusias.

“Aku jemput jam 12 ya? Kita makan siang bersama,” ajak Bimo yang berhasil membuat Kia menghela napas dalam-dalam. Kia kira berada di kantor bisa membuat Kia terbebas dari Bimo sejenak. Tapi tetap saja suaminya itu mencari-cari waktu agar mereka selalu bisa bersama.

“Mas ngirim aku sesuatu nggak?” Tanya Kia yang sudah didesak oleh rasa penasaran.

“Maksudnya Sayang?" terdengar suara Bimo yang berbeda dari seberang sana.

Kia tertegun sejenak lalu meraih papper bag berwarna maroon itu. Diraihnya kartu nama berbentuk hati di sana.

“Semoga cokelat ini mampu menemani waktu lembur kamu. Dari Pengagum Rahasiamu.”

“Sayang kamu masih di sana kan?” panggilan Bimo sukses mengejutkan Kia. “Kamu nggak pingsan kan? Klo iya aku langsung sana ya?” imbuh Bimo semakin membuat Kia kebingungan. Otak dan lisannya mendadak tak bisa sinkron.

“Kia sayang jawab dong!” suara Bimo terdengar mulai panik.

“Eh iya Mas. Terserah Mas Bimo aja,” balas Kia yang jelas-jelas tidak mendengarkan ucapan Bimo sebelumnya.

“Oya Mas, udahan dulu ya aku mau menemui Papi Arfan sebentar?” imbuh Kia sengaja memotong pembicaraan mereka.

“Ok, sampai ketemu jam 12 ya? Love you,” balas Bimo yang hanya ditanggapi Kia dengan jawaban iya. Lalu Kia mengucapkan salam sebelum Bimo kembali berbicara.

Kia langsung meletakkan ponselnya lalu membuka papper bag yang semakin membuatnya  penasaran. Tapi Kia akan berusaha mencari tahu siapa orang tersebut agar keluargnya tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.

“Apa ini?” gumam Kia dikejutkan dengan isi paper bag tersebut.

Deg… Jantung Kia seketika berdebar kencang saat melihat sebuah box berwarna hitam berbentuk kotak persegi dengan pita pink di atasnya. Kia tentu saja mengetahui apa isi dalam box tersebut. Seingatnya hanya keluarga dan para anggota Club Cogan yang mengetahui camilan favoritnya tersebut. Lebih aneh lagi, merk cokelat putih tersebut pun sama yang biasa dibelinya. Dan tidak disembarang tempat cokelat tersebut dijual karena harganya yang lumayan mahal. Kia lebih menyukai cokelat putih ketimbang cokelat pada umumnya karena dalam cokelat putih mengandung gula lebih rendah serta bebas minyak sawit dan bahan Kimia. Cokelat putih juga aman untuk vegan dan orang dengan masalah toleransi laktosa. Lima varian rasa yang tersedia yaitu stroberi, vanilla, matcha, cookies & cream, dan rice crispies Kia paling suka rasa vanilla.

Rasa was-was mulai menyusup dalam hati Kia. Siapa dan apa motif dari si pengagum rahasia tersebut. Haruskah Kia menceritakan kepada suami dan orang tuanya tentang masalah ini atau ia mencari tahu sendiri?. Gegas Kia memasukkan cokelat tersebut kembali ke dalam paper bag tadi.

“Sebaiknya aku menemui Papi Arfan dulu,” gumam Kia sembari membawa buku agenda miliknya berisi catatan penting yang ingin Kia tanyakan kepada Arfan.

Namun Kia harus kecewa karena ternyata Arfan sedang tidak berada di kantor. Sembari kembali melangkah Kia menilik jam di pergelangan tangannya. Masih ada sekitar 50 menit sebelum Bimo datang. Tawaran Bimo yang tadinya tak menarik minatnya kini Kia justru ingin segera bertemu laki-laki itu. Mungkin lebih baik Kia menceritakan kepada sang suami terlebih dahulu untuk meminta solusi karena berbicara dengan Azka abangnya sama saja uji nyali. Abangnya itu memang baik hati tapi jika marah pun cukup menyeramkan. Siapapun itu akan dihajarnya hingg babak belur. Sudah dua kali Azka menghajar dua laki-laki yang pernah dekat dengannya. Dan keduanya sama-sama harus berakhir di meja operasi karena patah tulang yang mereka alami. Paling parah Zyan, mantan kekasihnya itu sampai dua kali menjalani operasi tulang rusuk (iga) dan tangannya yang patah.

Terpaksa Kia kembali ke ruangannya untuk mengambil tas. Sepertinya Kia akan mendatangi Bimo di klinik saja daripada menunggu di kantor sendirian. Mendadak Kia merasa takut saat dalam benaknya mengatakan jika pengagum rahasia itu berada di sekitarnya seperti film-film yang pernah ditontonnya. Kia menunggu lift sembari melamun sampai tak menyadari jika pintu lift telah terbuka.

“Eh ada yang melamun di depan lift!” ucap salah satu laki-laki yang berada di dalam lift tersebut.

Kia terkesiap. “Papi?” sapa Kia dengan tersenyum kaku. “Om Jefri.” Tak lupa Kia juga menyapa asisten pribadi papinya.

“Ingin bertemu dengan Papi?” Tanya Arfan sembari melangkah ke luar dari dalam lift.

“I iya Pi. Tapi kalau Papi masih sibuk Kia bisa nanti aja datang lagi,” jawab Kia merasa sungkan saat melihat pakaian rapi Arfan yang lengkap dengan jas kerjanya. Papinya itu biasa  datang ke perusahaan mengenakan pakaian kasual. Memakai jas hanya disaat bertemu dengan klien atau dalam acara-acara penting saja. Artinya adik kandung dari ayahnya tersebut sedang sibuk sekarang.

Arfan menatap Kia sejenak lalu mulai melangkah dengan diikuti oleh gadis itu. Jefri baru menyusul setelah Kia berjalan lebih dulu. Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam ruangan Arfan.

“Misal Papi nggak datang ke perusahaan Kia bisa langsung nanya kepada Om Jefri. Jadi nggak harus nunggu Papi ada di kantor,” terang Arfan kepada Kia. “Setelah masa hukuman Nathan usai. Tugas kalian berdua yang membimbing bocah nakal itu. Kalau Papi yang turun tangan langsung bisa kacau semuanya,” terang Arfan sembari duduk di kursi kebesarannya. “Oya Kia maaf Papi nggak bisa menemani. Papi udah ada janji mau nganterin Mami ke dokter siang ini,” imbuh Arfan sambil menilik jam di ponselnya.

“Iya Pi, Kia bersama Om Jefri aja nanti. Mas Bimo juga ngajakin makan siang di luar kok siang ini,” jawab Kia dengan mengulas senyuman.

“Ya udah sana pergi! Nikmati masa pengantin baru kamu. Jangan ngurusin kerjaan aja. Jangan kayak Om Jefri dulu. Gara-gara kerja mulu sampai dua kali ditinggal nikah sama pacarnya,” jawab Arfan lalu disusul derai tawa memenuhi ruangan sedangkan Jefri hanya tersenyum hambar. Sejak dulu bos besarnya itu paling hobi mem-bully dirinya.

“Bos ingat uban!” sahut Jefri pada akhirnya karena tawa sang bosa tak juga berhenti.

“Kamu ini nggak asyik!” senyuman Arfan hilang seketika.

Arfan paling tidak suka jika diingatkan tentang usia. Bukan karena Arfan menentang takdir. Tapi karena ia ingin selalu merasa muda jika sedang bersama istrinya. Jadi sudah hampir 3 tahun penyakit kista Layla kambuh. Selama itu pula Layla harus rutin cek kesehatan 6 bulan sekali untuk memastikan jika kista itu tidak lagi tumbuh. Arfan selalu merasa ketakutan jika terjadi apa-apa kepada Layla. Itulah yang membuat Arfan tidak ingin jauh-jauh berada dari Layla. Apalagi setiap kali sakit, Layla selalu membahas tentang usianya yang mungkin tak lagi lama di dunia. Arfan takut jika benar itu terjadi. Bagaimana nasibnya nanti hidup tanpa perempuan yang telah menjadi belahan jiwanya atau sebaliknya. Tentu Arfan pun ingin menemani sang istri hingga tutup usia. Jika diizinkan oleh Sang Pemilik Hidup Arfan ingin pergi bersama setelah kedua buah hati mereka sukses dan bahagia.

“Papi balik dulu!” pamit Arfan dengan segera sebelum mood-nya rusak gara-gara ucapan Jefri yang sebenarnya tidak ada salahnya sama sekali. Hanya perasaan Arfan saja yang sedang sensitif.

“Kia bareng turun Pi,” sahut Kia lalu menggamit lengan Arfan dengan manja. Setelah Arfan dan Kia ke luar barulah Jefri membereskan ruangan bos besarnya.

Sesampainya di lantai dasar mereka dikejutkan dengan kehadiran Bimo yang baru saja masuk ke dalam lobi. Laki-laki berkemaja lengan panjang berwarna putih itu segera mendekat untuk menyapa Arfan. Beberapa pasang mata karyawan perempuan yang berada di sana pun tampak mengagumi penampilan fisik Bimo.

“Selamat bersenang-senang!” ucap Arfan sambil menepuk bahu Bimo lalu bergegas pergi.

“Papi hati-hati di jalan!” sahut Kia tanpa sadar jika tangan Bimo kini telah melingkar di pinggangnya.

Dari kejauhan seseorang yang baru saja ke luar dari lift karyawan seketika membeku. Rahangnya mengeras bersamaan dengan kedua tangan mengepal kuat. “Kamu hanya akan menjadi milikku Azkia.”

Related chapters

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   7. Suami Jahil 1

    “Apa nggak enak makanannya Sayang?” ujar Bimo saat melihat Kia yang tampak tak bersemangat menyantap makanannya.Kia mendengus kesal. Kia merasa tidak nyaman dan tidak terbiasa dengan panggilan sayang dari laki-laki lain kecuali ayahnya. Memang Bimo suaminya, tapi tetap saja Kia tidak menyukai panggilan tersebut.“Atau kita cari tempat makan lain aja? Kamu pasti tidak terbiasa datang ke rumah makan seperti ini,” imbuh Bimo merasa bersalah karena mengajak Kia ke rumah makan sederhana bukannya ke pergi restoran.“Bukan, bukan itu masalahnya Mas,” jawab Kia sembari memegang tangan Bimo yang kini sudah berdiri dari tempat duduknya.Bimo menatap Kia penuh arti lalu kembali menempati tempat duduknya. Mendapatkan tatapan tak biasa dari Bimo barulah Kia berterus terang dengan ketidaknyamanan yang dirasakannya. “Jangan panggil aku sayang lagi ya? Aku malu apalagi di hadapan orang lain,” jujur Kia seraya mencoba tersenyum semanis mungkin. Seketika

    Last Updated : 2024-02-14
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   8. Suami Jahil 2

    “Pantesan kamu betah berada di kantor,” sambung Bimo tanpa menyadari perubahan wajah Kia. Sebenarnya Kia bekerja keras selama ini hanya untuk menyibukkan diri agar tidak lagi memikirkan Zyan. Selain itu agar kedua orang tuanya tidak mendesaknya untuk segera menikah.“Apalah gunanya sebuah kemewahan jika hati merasa sendiri,” lirih Kia sukses mengalihkan perhatian Bimo. “Ayo pulang Mas, udah jam 1, kita juga belum sholat,” imbuh Kia kemudian melangkah menuju pintu ke luar sebelum laki-laki itu kembali melayangkan pertanyaan.Bimo menyusul langkah Kia dengan berbagai pertanyaan di benaknya. Di matanya, Kia adalah perempuan sempurna baik fisik maupun kehidupannya. Keluarga Kia sempurna. Lalu maksud dari perkataan Kia tadi apa? Benarkah Kia merasa sendiri di tengah-tengah limpahan kasih sayang dari keluarga dan harta benda?. Bukan waktu dan suasana yang tepat untuk Bimo berbicara. Nanti saat mereka telah sampai di rumah Bimo akan berbicara dari hati ke hati.

    Last Updated : 2024-02-15
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   9. Laki-laki Penggoda

    “Gimana boleh nggak?” sambung Bimo karena Kia masih saja membeku dalam pelukannya. Bimo bertahan dengan ekspresi serius. Belum saatnya tawanya meledak meskipun Bimo harus menahan mati-matian agar tidak sampai terlepas. Bimo belum puas memandangi wajah cantik Kia dengan jarak sedekat ini.“A apa Mas. Mas barusan ngomong apa?” hanya itu yang dapat Kia ucapkan. Kia yakin indera pendengarannya sedang tidak sehat. Mana mungkin Bimo meminta haknya sebagai suami dalam kondisi seperti ini.Lalu tanpa Kia duga jemari Bimo membelai lembut pipinya. Tatapan laki-laki itu juga terus memaku tanpa jeda. “Apa aku salah jika meminta hakku sebagai suami?” Bimo kembali mengulang permintaannya tadi sembari tangannya bergerak menuju rambut basah Kia. Dengan terus memaku, jemari Bimo mulai memainkan rambut Kia. “Kamu cantik, seksi, smart,” imbuh Bimo lirih. “Perfect!”Kali ini tubuh Kia tidak lagi membeku melainkan lemas seketika. Sendi-sendi di tubuhnya seolah lunglai mendengar kalimat Bimo

    Last Updated : 2024-02-16
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   10. Ketakutan Kia

    Bimo menatap secangkir kopi yang tampak masih mengepul lalu membawanya menuju ruang keluarga. Tentu saja Bimo akan selalu mengikuti ke manapun Kia berada. Bimo tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan bersama perempuan itu. Tapi langkah Bimo terhenti saat melihat Kia merebahkan tubuh di sofa. Lalu Bimo membawa kopinya ke ruang makan. Membiarkan Kia beristirahat dengan tenang di sana.“Kamu tidak akan pernah mampu mengukur rasa sayangku padamu, Kia. Nanti saat waktunya tiba. Bahkan kamu takkan pernah menyadari, kapan hatimu menjadi milikku.” Ditemani secangkir kopi Bimo mencoba mencari akun sosial media milik Kia. Bimo ingin mencari semua informasi tentang istrinya. Ternyata semua akun Kia terkunci. Parahnya, Bimo sudah meminta pertemanan sejak satu tahun yang lalu dan sampai saat ini masih diabaikan oleh perempuan itu. Bimo mulai melihat postingan Kia yang ternyata hanya berisikan informasi-informasi umum. Seperti seputar tentang kesehatan, kecantikan, dan fashion.

    Last Updated : 2024-02-17
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   11. Speechless 1

    Bimo memandangi wajah Kia yang terlelap. Berbagai pertanyaan bersarang di benaknya. Sebenarnya apa yang membuat Kia ketakutan? Seingatnya, Azka tidak pernah bercerita jika Kia memiliki ketakutan berlebih atau phobia pada sesuatu. Bimo yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kia darinya.“Apa yang kamu sembunyikan dari aku Sayang?” lirih Bimo sembari mengusap pipi Kia yang masih terasa panas. Demam Kia memang sudah mulai menurun dari setengah jam yang lalu. Tapi Bimo masih enggan meninggalkan Kia sendirian di kamar. Mendadak Bimo memiliki firasat buruk. Entah apa alasannya. Tapi Bimo mulai merasa gelisah. Besok atau lusa setelah memastikan Kia sembuh barulah Bimo akan menemui Azka untuk mencari informasi. Sebagai kakak seharusnya Azka mengetahui semua tentang adiknya. Mendadak Bimo berpikir lain. Bisa saja Azka juga tidak mengetahuinya mengingat jika selama ini sahabat baiknya tersebut menempuh pendidikan di Jakarta bersamanya.Saat jarum jam dinding menunjukkan hampir puku

    Last Updated : 2024-02-18
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   12. Speechless 2

    Kia sampai heran sendiri. Sebanyak apa kosa kata yang dikuasai oleh laki-laki itu hingga semua yang diucapkannya selalu terdengar manis. Kia jadi penasaran. Sudah berapa banyak perempuan yang menjadi korban dari bibir manisnya. Dan sayangnya dirinyalah yang menjadi target utama Bimo saat ini. Sebenarnya wajar bila seorang suami merayu dan memuji istrinya sendiri. Tapi ini berbeda dengan apa yang mereka jalani. Mau tidak mau Kia harus terbiasa hidup berada dalam satu atap bahkan satu ranjang dengan laki-laki penebar pesona tersebut. Kia segera menghentikan perdebatan dalan hatinya. Lalu mulai fokus untuk beribadah. Karena ragu mampu berdiri dalam waktu yang lama Kia memilih menunaikan salat dengan cara duduk. Selagi Kia salat Bimo merapikan ranjang. Handuk dan baskom berisi air hangat yang kini sudah dingin Bimo bawa ke keluar dari kamar. Tak langsung kembali, Bimo terlebih dulu menyeduh teh panas di dapur. Bimo juga mengambil satu bungkus roti dari dalam lemari set kitchen untuk Kia

    Last Updated : 2024-02-19
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   13. Masa Lalu Kia 1

    Esoknya setelah salat subuh Kia kembali bergelung dalam selimut. Demamnya memang sudah reda tapi efek dari flu yang dideritanya masih menyisakan sakit kepala dan hidung tersumbat. Semalam Kia tidak bisa tidur nyenyak karena kesulitan bernapas. Bimo sendiri selalu berada di sampingnya sepanjang malam. Semua itu juga karena permintaan Kia sendiri. Sejak kecil ia tidak akan bisa tidur sendirian ketika sedang sakit. Kia memang begitu dimanjakan oleh keluargnya. Apalagi semenjak Azka abangnya berkuliah di Jakarta. Perhatian kedua orang tuanya tercurah hanya kepadanya. Sejak kecil Kia memang sedikit pendiam dibandingkan dengan para saudara sepupunya. Kia tumbuh menjadi gadis yang lembut, cerdas, dan tegas seperti bundanya. Jadi tak heran jika Ardan memilih Kia untuk menggantikan posisinya di perusahaan. Bukan karena Azka putra pertama Ardan tidak layak menjadi pemimpin di perusahaan. Tapi dari segi kemauan, pendidikan, dan kemampuan Kia lah yang lebih mumpuni. Azka sendiri menolak d

    Last Updated : 2024-02-20
  • Jerat Cinta Dokter Tampan   14. Masa Lalu Kia 2

    Kia merasakan bagaimana pegangan tangan Bimo di pinggangnya mulai mengendur. Bimo juga mulai memberikan jarak wajah mereka yang hampir saja menempel. “Tentu saja aku akan menunggu sampai kamu siap!” jawab Bimo lalu segera pergi. Namun belum sampai kaki Bimo melangkah sebuah suara menginterupsinya.“Maafkan aku Mas,” ucap Kia seraya mendekat. “Maafkan aku Mas,” ulang Kia dengan kedua tangan menyusup di antara lengan Bimo. “Aku bukan bermaksud menolak kamu Mas. Aku hanya takut untuk jatuh cinta. Aku takut mengecewkanmu,” jujur Kia mengungkapkan isi hatinya. Gegas Bimo mengurai pelukan Kia lalu berbalik badan. Ditatapnya wajah sendu sang istri. Seketika Bimo tertegun. Tersirat luka yang cukup dalam di sana. Netra sebening madu itu menggambarkan sebuah keraguan yang nyata. “Apa kamu masih meragukan cintaku padamu?” Bimo melayangkan pertanyaan itu seraya memaku netra itu tanpa jeda. “Apa kamu tidak pernah peka jika aku mencintaimu dengan tulus? Bahkan cintaku padamu telah l

    Last Updated : 2024-02-21

Latest chapter

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   39. Sweetest Love

    "Terima kasih Mas atas kesabaran dan ketulusan hatimu. Tanpa dirimu mungkin aku tidak akan bisa berada di titik ini. Tidak akan mampu ke luar dari masa laluku,” ucap Kia tanpa mengalihkan perhatiannya dari pemandangan indah di sekelilingnya.Saat ini Bimo dan Kia tengah duduk di sebuah gubuk di tengah sawah. Menikmati Mentari bersama semilir angin. Padi yang mulai menguning di bagai permadani yang terbentang luas. Burung-burung pipit turut menceriakan pagi itu. Sebenarnya bukan hal yang asing bagi Kia berada di area persawahan. Setiap berkunjung ke Kediri Jawa Timur, tempat kelahiran bundanya Kia selalu bermain di sawah bersama para saudaranya. Tapi kali ini jelas berbeda rasa. Kia sedang bersama laki-laki yang dicintainya. Menikmati waktu hanya berdua, tanpa satu pun pengganggu.“Seharusnya aku yang pantas berterima kasih. Seorang putri seperti dirimu mau menikah dengan laki-laki biasa sepertiku. Rela hidup sederhana bersamaku,” sahut Bimo seraya menatap Kia dengan lekat. “

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   38. Kota Kembang 2

    Sembari menunggu Kia mandi Bimo mengobrol bersama ibunya di dapur. Bimo menceritakan semua yang telah menimpa Kia, termasuk ketika Kia mengalami keguguran. Restu tentu saja kaget. Selama ini Bimo selalu memberikan kabar baik kepada keluarganya di Bandung. Bimo bukan sengaja ingin menyembunyikan semua masalah yang dihadapinya. Tapi karena Bimo tidak ingin membuat keluarganya merasa khawatir. Dan itu sudah Bimo lakukan ketika masih menempuh pendidikan kedokteran di Jakarta dulu. Bahkan ketika dirinya mendadak membutuhkan biaya tambahan untuk keperluan praktik. Bimo hanya akan meminta uang ketika masa panen datang. Dulu Bimo lah yang bersikeras ingin menjadi dokter padahal perekonomian keluarganya yang hanya sebagai petani mana cukup untuk biaya pendidikan kedokteran yang sangat mahal. Maka tak heran ketika Bimo lulus tes dan mendapatkan beasiswa ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan itu. Untungnya lagi Bimo bertemu Azka, sahabat yang selalu menemaninya di saat suka maupun duka. Ap

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   37. Kota Kembang

    “Mas ke Bandung yuk, aku pengen lebih kenal dengan keluarga Mas Bimo,” ucap Kia yang kini malah bermanja-manja kepada Bimo.Bukannya bangun Kia justru menarik tubuh Bimo untuk tidur di sebelahnya. Kia memeluk Bimo seraya menghidu aroma khas tubuh laki-laki itu demi mengobati rasa rindunya. Godaan yang tadi dilontarkan oleh laki-laki itu hanya menjadi angin lalu baginya. Bukannya Kia sengaja menolak, tapi karena Kia dalam keadaan belum bersih. Masa nifasnya belum selesai. Kemungkinan 2 sampai 3 hari lagi ajakan Bimo akan segera terealisasi.“Kamu serius Sayang?” sahut Bimo dengan mata berbinar. Bimo sendiri sangat merindukan keluarganya di Bandung. Terakhir kali berkumpul bersama keluarganya saat acara pernikahan mereka lebih dari dua bulan lalu. Permintaan Kia tentu saja akan Bimo kabulkan dengan senang hati. “Seriuslah Mas, nanti aku aja yang ngomong sama Ayah,” jawab Kia dengan antusias. “Aku pengen kenal dekat dengan Ibu dan Ayah. Dengan si kembar Emran dan Ema juga,” papar Kia la

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   36. Aku dan Rintik Hujan

    Kia merenung di balkon kamarnya. Memikirkan semua yang telah dilalui selama 25 tahun usianya. Kehidupannya begitu sempurna. Terlahir dalam keluarga yang selalu harmonis dan berlimpah kasih sayang. Orang tua yang selalu mencukupi semua kebutuhannya. Baik secara moral maupun materiil. Lalu menikah dari sebuah perjodohan tanpa adanya perasaan cinta. Namun begitu laki-laki yang menikahinya sekalipun tidak pernah memberikan luka. Laki-laki pemilik kesabaran seluas samudera itu nyatanya selalu ada untuknya. Lalu, mengapa hanya karena Zyan dirinya harus mengorbankan semua kebahagiaan yang telah digenggamnya. Seharusnya mata dan hati Kia terbuka lebar demi orang-orang yang peduli dan mencintainya dengan tulus. Bukan malah tenggelam dalam masa lalu mengerikan yang telah diciptakan oleh mantan kekasihnya. Zyan hanyalah sisa kepingan masa lalu yang harus ia musnahkan dalam kehidupannya. Jangan sampai hanya karena laki-laki psikopat itu dirinya mengorbankan hati semua orang. Entah sudah be

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   35. Kejujuran Bimo 2

    Mata Bimo mendelik ke arah Azka seketika. Bisa-bisanya Azka berbicara seperti itu di hadapan Bunda mereka. Dulu Azka memang selalu acuh ketika ada perempuan yang mendekati. Tapi dirinya sebaliknya. Jangan sampai Azka membuka masa lalunya di hadapan semua orang.“Nggak usah dengerin ucapan Bang Azka,” bisik Bimo di telinga Kia tanpa memutus tatapannya dari Azka.Bukannya menutup mulut Azka justru sengaja menggoda sahabat baiknya yang sejak beberapa bulan lalu menjadi adik iparnya tersebut. “Kamu nggak tahu aja Dek. Suami mu itu playboy cap jempol.”“Sayang nggak sudah dengerin dia,” bujuk Bimo seraya memperhatikan perubahan mimik wajah Kia.“Azka, udah! Nggak usah jahil. Bunda jewer kamu nanti klo terus aja godain adik kamu,” peringat Aisyah dengan serius.“Bun, kami ke kamar dulu ya,” pamit Bimo seraya berdiri tanpa melepaskan tangan Kia dari genggamannya.“Ya udah. Kalian istirahat dulu sana! Oya bawa satu piring kue itu, biar bisa d

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   34. Kejujuran Bimo

    “Mas Bim kok diem aja sih. Jawab dong!” tegur Kia seraya melepaskan pelukannya dari tubuh Bimo.Bimo mengulas senyuman dengan sedikit menunduk untuk menatap Kia yang saat ini mendongak ke arahnya. “Kamu kan lagi sakit dan stress. Jadi wajar klo mempengaruhi menstruasi kamu,” terang Bimo lalu kembali memeluk tubuh Kia. “Sekarang bebaskan diri kamu. Nggak usah mikir yang macam-macam lagi,” imbuh Bimo dengan mengecup puncak kepala Kia.“Iya Mas, aku akan coba. Tapi Mas perutku yang terkena meja waktu itu kenapa kadang masih terasa nyeri ya?” ujar Kia lagi, menyampaikan keluhannya. “Trus kenapa aku nggak boleh tahu hasil pemeriksaan dari rumah sakit tempat aku dirawat?” cecar Kia mulai merasakan keanehan terhadap sikap semua orang yang selalu mengelak jika ditanya masalah sakit yang dialaminya. Seolah ada sesuatu yang sengaja ditutup-tutupi darinya oleh semua orang.Mata Bimo memejam. Berusaha meredam debaran jantungnya agar tetap bekerja dengan normal. Jangan sampai Kia bis

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   33. Kehilangan 2

    Setelah 4 hari dirawat di rumah sakit Kia diperbolehkan untuk rawat jalan di rumah. Bimo setuju saat semua orang menyarankan untuk tinggal di rumah mertuanya sementara waktu demi kesembuhan Kia. Seandainya pulang ke rumah mereka Bimo justru akan selalu merasa khawatir sedangkan dirinya juga harus kembali bekerja. Mana mungkin bisa Bimo meninggalkan Kia sendirian di rumah tanpa pengawasan orang lain. Apalagi selain sakit secara fisik Kia juga mengalami guncangan hebat terhadap psikisnya. Dari luar Kia memang terlihat baik-baik saja tapi semua orang mengerti perempuan itu sedang berpura-pura demi keluarganya. Empat hari di rumah sakit Kia sering mengigau karena mimpi buruk yang terus mengganggu istirahatnya. Kia juga tidak mau ditinggal sendirian. Jadi harus ada seseorang yang menjaga di sisinya selama dirawat. Selanjutnya Kia juga harus mendapatkan penanganan dokter psikiater selama masa pemulihan.Baru satu jam yang lalu Kia terlelap. Bimo yang sedang ingin berbicara serius bers

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   32. Kehilangan

    “Masuklah Bim. Kia mencari kamu,” ujar Azka yang baru saja ke luar dari ruang perawatan Kia.Bimo menatap Azka seraya menggelengkan kepala. Bimo belum mampu untuk bertemu Kia dalam kondisi seperti ini. Mana mungkin dirinya bisa menahan kepedihan yang saat ini dirasakannya.“Masuklah Bim. Temui istrinmu. Kia membutuhkan kehadiran kamu,” sahut Arfan yang duduk di sebelahnya. Arfan sendiri merasa sangat sedih dengan kondisi keponakannya yang kini sedang terkulai lemas di dalam sana.Bimo menelan saliva dengan keras. Lalu meraup wajahnya dengan kasar. Bagaimana bisa dirinya mampu menghibur Kia sedangkan dirinya sendiri merasa hancur. Tapi istrinya tentu saja lebih hancur dari pada dirinya. Perlahan Bimo berdiri seraya menenangkan diri. Namun sebelum Bimo melangkah Ardan ke luar dari kamar rawat Kia dengan wajah tertekuk.“Sebaiknya Kia tidak perlu tahu dulu tentang apa yang menimpa dirinya. Dia sudah cukup terpukul dengan peristiwa ini. Jadi aku berharap tidak ada yang m

  • Jerat Cinta Dokter Tampan   31. Terulang Kembali 3

    Selama 15 menit lamanya mereka semua terdiam. Memikirkan satu hal yang sama, yaitu keselamatan Kia. Bimo sendiri dari tadi mondar-mandir sembari menggaruk kepala. Otaknya mendadak tumpul untuk berpikir apapun kecuali istrinya. Azka mendadak berdiri kemudian masuk ke dalam rumah, ingin memeriksa setiap sudut rumah Zyan yang kecil tersebut. Pertama tentu saja Azka menyasar ke kamar laki-laki itu. Tubuh Azka membeku seketika saat melihat foto-foto adiknya yang tergantung di tembok kamar itu. Bahkan foto-foto lama Zyan bersama Kia.“Bajingan!” teriak Azka sembari mengambil sapu lalu memukuli bingkai foto-foto hingga pecar, hancur, dan berserakan ke mana-mana. Semua orang langsung berlari masuk kecuali Delon dan Deanova. Kembali tubuh Ardan terasa lemas. Arfan langsung memegangi Ardan yang hambir roboh.“Sebaiknya Mas Ardan istirahat di rumah saja. Biar ini kita yang urus,” ucap Arfan mencoba tetap waras padahal sebenarnya emosi Arfan pun ingin meledak. Delon dan Deanova tam

DMCA.com Protection Status