Bik tum kasih tahu Asha agar kalau mau masak untuk Papi dan Mami Marchel, harus tanya dulu dimasakin apa,
"Non jangan sekali-kali masak sesuatu gak di tanya dulu, soalnya nyonya sangat cerewet soal makanan," ujar bik Tum
"Iya bik, aku baru tahu soalnya, kalau soal kebersihan gimana bik?" Tanya Asha
"Nanti kalau non tinggal di paviliun, barang-barang yang sudah di sana, jangan di pindahin ya, harus rapih setiap hari," nasehat bik Tum
"Oo gitu ya bik? Suka di kontrol ya?"
"Setiap hari pasti di kontrol non, kalau berantakan bisa ngamuk nyonya, dan itu sepanjang hari akan terus ngoceh."
Mendengar penuturan bik
"Yang paling saya cemaskan soal Brama, karena biar bagaimana pun Brama bukan darah daging kamu, jadi tidak ada ikatan batin sama Papi dan Mami kamu," jelas Bram"Saya selalu berusaha membuat Papi dan Mami dekat dengan Brama pak,""Gak bisa Cel, itu soal ikatan darah, hubungan darah, anak bayi itu sangat sensitif." Jelas Bram lagi"Saya sendiri sangat dilematis pak, kalau saya tidak tinggal di sana, Papi dan Mami ngambek, dan sedih.""Kamu tinggal di satu rumah atau terpisah di paviliun? Kan disana ada paviliunnya ya kalau gak salah?""Nantinya saya akan tinggal di paviliun, Papi kasih saran begitu."Bram b
Sekarang Asha baru terasa, kalau persoalan ini akan menjadi masalah besar di belakang hari. Sementara dia aendiri tidak tahu bagaimana menghadapinya, jika itu benar-benar terjadi.Asha melamunkan masa lalunya, saat dia berkenalan dengan Bram,FlashbackAsha sedang memilih-milih gaun di sebuah mall, tiba-tiba Bram mendatanginya dengan penuh percaya diri, karena Bram sudah kenal karakter anak-anak se usuia Asha,"Kamu suka ya gaunnya? Kalau suka ambil aja, kalau mau yang lain juga ambil aja, ntar yang bayar," ujar Bram"Maaf, om siapa? Kok baik banget?" Tanya Asha"Udah, kamu gak perlu tahu saya, nanti juga kamu akan tahu." Lanjut BramSaat itu Asha hanya mengambil yang dia suka, dia tidak manfaatkan Bram, untuk memenuhinya semua keinginannya. Bram jadi simpati sama Asha, karena Asha tidak porotin dia, Bram terus tempel Asha, dan menawarkan untuk membeli yang lainnya, namun Asha menolak.Sejak itu, Asha sering jalan
"Saat smester 6 mas, itu pertama kali, dan aku sampai ML sama dia, habis aku belum ngerti sih." Jawab Petty"Terus cowoknya kemana sekarang? Emang kamu di tinggal gitu aja setelah ML sama kamu?"Petty menjawab pertanyaan Marchel dengan tangisan, dia tidak bisa membendung airmatanya, karena pertanyaan Marchel itu mengingatkan dia pada peristiwa yang sangat menyakitkan."Udah mas ah!! mas bikin aku sakit hati lagi, padahal aku sudah lupakan peristiwa itu." Ucap Petty"Ok Pet, kita sudah sampai, airmatanya dihapus dulu deh, make up-nya juga di rapikan ya." Ujar Marchel.Marchel memperlihatkan pada Petty, bagaimana menghargai sekuriti, dan berhadapan dengan resepsionis. Sikap Marchel itu untuk mengajarkan Petty agar bisa memanusiakan manuisia, tidak mentang-menatang.Bahkan Marchel mengajarkan langsung pada Petty, bagaimana memposisikan diri di hadapan klien, di saat kita butuh pekerjaan darinya. Melihat semua yang di lakukan Marchel, Petty mera
"Persoalan ini kalau di bahas terus Pi, akan jadi meruncing nantinya, membuat Marchel tidak nyaman di rumah ini." Ucap Marchel"Papi percaya semua ini bagian dari Takdir Tuhan Cel. Tapi, pertanyaan Papi itu bukanlah manifestasi ketidakpercayaan, itu sebetulnya pertanyaan yang biasa, Papi mengajak kamu bicara ini karena menganggap kamu sudah dewasa.""Dari awal Marchel sudah bilang, kalau Marchel ceritakan gak cukup waktunya Pi, karena Marchel baru pulang kerja, belum sempat ngapa-ngapain, Papi ajak Marchel ngobrol cuma untuk menanyakan hal itu.""Ya udah.. kamu istirahat deh, Papi juga mau ke kamar." Ujar Papi Marchel menutup pembicaraan.Marchel kembali ke kamar, ternyata Asha dari tadi berusaha untuk menguping pembicaraan Marchel dan Papinya dari jendela kamar,"Ada apa mas? Kok kedengarannya Papi dan Kamu tegang gitu pembicaraannya?" Tanya Asha"Gak ada apa-apa sha, biasa aja.. aku kalau bicara sama Papi suka gitu, kami suka berdebat berdua
Dalam remang temaram lampu kamar, ditengah gulita malam, Asha membunuh api cemburu dengan cumbuan demi cumbuan. Marchel yang menahan gairah yang tak tertahankan saat terogada oleh Petty, di lampiaskannya pada Asha yang memang halal dia gauli.Keduanya terkulai setelah puncak pelepasan, mereka sudah menikmati apa yang memang halal mereka nikmati."Mas.. terima kasih ya aku lepas dan puas banget malam ini, aku kalau kesal gitu," Ucap Asha penuh kepuasan."Kalau gitu, lain kali aku harus bikin kamu kesal dulu deh, biar kamu bisa seperti malam ini ya." canda Marchel"Kalau aku kesal benaran, terus gak mood gimana? Mas mau aku kayak gitu?"Marchel tidak menjawab pertanyaan Asha, dia kembali mencumbu Asha, namun Asha tidak meresponnya. Marchel sepertnya tidak memahami apa yang di katakan Asha, bahwa dia sudah lepas dan puas.Asha memang biasanya tidak cukup satu kali, dia selalu ingin mengulangnya, tapi kali ini semua gairah dan hasrat
Brama bayi kecil itu tidak pernah tahu kalau kehadirannya di dunia ini terus menjadi pembicaraan. Mungkin nasib Brama tidak segetir nasib ibunya saat seusia dia yang di tinggal kedua orang tuanya karena berpisah.Brama masih beruntung, karena diasuh oleh ibu kandung nya dan di sayang bapak sambungnya. Tidak adanya ikatan batin dengan sosok orang yang dianggap sebagai eyangnya, membuat dia tidak dianggap sebagai cucu.Marchel sudah berangkat kerja. Philip Papi Marchel pergi main Golf bersama Bram, ayah kandung Brama. Di rumah, Asha kembali berhadapan dengan ibu mertuanya yang terus mencecar Asha menanyakan Brama anak siapa sebenarnya.Brama sedang di gendong Narti untuk di kasih makan, saat Asha diajak Mami Marchel berbicara,"Asha ... kamu jangan tersinggung dengan pertanyaan Mami ya," ucap Mami Marchel"Soal apa ini Mi kira-kira?" Tanya Asha"Kemarin Papi dan Mami ngobrol soal Brama, kok Papi dan Mami itu gak merasa ada ikatan bat
"Pak Bram pernah bertemu Brama?" Tanya Philip"Pernah pak, saat saya mengunjungi apartemen Marchel saya gendong dia, karena anaknya lucu, ganteng seperti Marchel." Jawab Bram."Saya malah belum pernah gendong Brama pak, padahal tiap hari ketemu, aneh ya pak?""Sekali-kali gendong aja pak buat menghibur Marchel, anggap aja cucunya.""Susah pak ini soal rasa, soal hubungan batin itu tidak bisa dipaksakan.""Ya setidaknya atas nama belas kasihan dan rasa kemanusiaan pak, pak Karno aja dulu setiap ketemu anak-anak selalu beliau gendong kok, padahal anak rakyat jelata." Ujar BramMendengar ucapan Bram itu, Philip baru tergugah, dia merasa selama ini terlalu membeda-bedakan kasih sayang, hanya atas dasar hubungan darah dan ikatan batin. Sehingga lupa pada nilai-nilai hakiki dalam hubungan kemanusiaan.Memang beda cara pandang Philip dengan Bram, dalam melihat dan menilai hubungan kemanusiaan. Philip lebih men
Di kantor, Marchel menceritakan kabar dari Asha kepada Bram di ruang kerja Bram,"Semoga itu jadi kabar baik buat Asha ya Cel." Ucap Bram"Ya pak, ternyata Allah mendengar doa-doa Asha selama ini." Jawab Marchel"Kasihan sama Asha, sejak bayi tidak mengenal orang tuanya, syukur-syukur kalau hidup orang tuanya lebih baik ya.""Itu yang ingin di ketahui Asha dari Bibinya, karena Bibinya belum cerita banyak dengan Asha soal rencana kedatangan Mamanya pak." Jelas Marchel"Ya kamu ajak Asha ketemu dan ngobrol sama Bibinya..""Asha ngajak saya hari ini pak, cuma saya gak bisa, lagi sibuk banget hari ini pak.""Besok aja, kamu beresin semua kerjaan hari ini, supaya besok kamu longgar, dan bisa temani Asha."Bram sangat senang mendengar Asha akan ketemu dengan Mamanya, karena Bram sangat tahu seperti apa penderitaan Asha selama ini, itulah yang membuat Bram sampai dekat dengan Asha, karena dia kasihan sama Asha.
"Papa sudah senang kita bisa berkumpul kembali seperti sekarang ini, Papa gak mau nanti, gara-gara pekerjaan itu kita kembali terpecah." Jawab Yanuar"Papa kamu benar Sha, kadang-kadang apa yang Papa kamu bilang itu bisa terjadi, karena Papa kamu itu sangat tahu karakter Mama." Ujar Melissa."Tapi kan udah pada tua pastinya sudah banyak berubah Ma, masak sih mau ribut melulu, Asha sih cuma ingin Papa dan akur." Ujar Asha.Asha mencoba untuk menengahi, dia merasa kalau Melissa dan Yanuar sama-sama keras, makanya dia jadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya."Kita tetap seperti sekarang ini saja, Papa sih tidak ada persoalan dengan pekerjaan, Papa sangat senang melihat kita bisa kumpul seperti ini, Papa sama Mama akan baik-baik saja Sha." Ucap Yanuar"Tapi kan sekarang ini Papa dari Nol lagi, mulai dari bawah lagi, Asha ingin Papa juga punya kedudukan yang cukup penting." Jelas Asha"Soal keinginan kamu itu gampang Sha, Papa akan pi
"Sebajingannya Papa, gak sampai hati lah Papa berperilaku seperti itu, Mama kamu itu sangat kenal Papa." Ujar Yanuar.Melissa yang mendengarkan penjelasan Yanuar, tidak bisa menahan diri untuk ikut menimpali, "Aku sih awalnya sempat percaya dengan isu itu Yan, aku tahu walau pun kamu tidak baik-baik amat, tapi tidak mungkin sampai melakukan itu, apa lagi kamu tahu kalau kamu punya anak perempuan." Timpal Melissa."Itu dia Mel, aku sangat tahu itu.. aku juga gak mau anak perempuan aku diperlakukan seperti itu." Jawab Yanuar.Marchel dan Asha saling pandang mendengar penjelasan Yanuar, yang sangat takut kalau anak perempuan satu-satunya, mengalami hal seperti itu. Pada kenyataannya, anaknya sudah menerima nasib seperti itu."Terus sekarang gimana Yan? setelah kamu terbebas dari fitnah itu? Kan harusnya kamu kembali rukun sama isteri dan anak-anak kamu?" Tanya Melissa."Biarlah.. aku lebih senang ada di antara kalian, aku ingin men
Usaha Asha untuk mempertemukan kedua orang tuanya tidak sia-sia. Melissa mau menerima kedatangan Yanuar, setelah di desak Asha. Yanuar mendatangi Melissa di Mells Residents, dalam pertemuan itu juga ada bi Hana.Seharusnya ini adalah sebuah pertemuan yang dramatis, antara Melissa dan Yanuar, setelah selama dua puluh tahun tidak pernah bertemu. Namun pertemuan itu di respon dengan dingin oleh Melissa, tangannya terbuka, tapi hatinya tetap tertutup.Asha menyambut Papanya dengan pelukan hangat, dan Yanuar pun membalas pelukan Asha dengan penuh kasih sayang,"Alhamdulillah.. akhirnya Papa datang juga." Ucap Asha sambil cium tangannya dan memeluk Yanuar."Kalau kamu yang minta, Papa pasti datang sayang.. Papa gak mau kamu kecewa." Ucap Yanuar penuh kehangatan.Asha mengajak Yanuar duduk di ruangan tamu, dan disambut oleh Marchel yang ada di ruang tamu dengan Brama. Marchel pun cium tangan Yanuar, dan mengajak Brama untuk cium tangan pada
Marchel menceritakan panjang lebar soal Yanuar, berdasarkan penjelasan Bram, yang merupakan kakak dari isteri Yanuar. Marchel menjelaskan juga, kalau Yanuar hanya kena fitnah. Yanuar sama sekali tidak terlihat hubungan asmara dengan Petty, semua hanya kesalah fahaman.Marchel menjelaskan apa yang dikatakan Bram padanya, "Pak Bram bilang, tidak terjadi apa-apa antara Petty sama Papa, menurutnya Papa tetap memperlakukan Petty sebagai keponakan, itu yang diceritakan Petty pada pak Bram dan pak Bram mempercayai cerita Petty." Ujar Marchel."Masih menurut pak Bram, beliau sudah kasih tahu tante Ratih.. dan Papa akan kembali ke keluarga Papa." lanjut Marchel.Mellisa mendengarkan apa yang dikatakan Marchel. Marchel terus cerita tentang apa yang diketahuinya tentang Yanuar, baik dari Bram atau pun dari Yanuar sendiri."Kalau penjelasan Papa juga sama Ma, Papa cuma kena fitnah, Papa menganggap Petty sebagai keponakan, sehingga Petty juga diperlakuka
Sampai di kamar Melissa, Marchel dan Asha menceritakan tentang kabar baik untuk Yanuar. Melissa tanggapannya biasa datar saja, tidak ada respon yang berarti. Melissa seakan-akan tidak peduli dengan masalah Yanuar, sehingga Asha bingung dengan sikap Melissa,"Ma.. kan Papa sudah dinyatakan pak Bram tidak bersalah, jadi gak usah negatif terus dong sama Papa." Ujar Asha."Mama tidak berpikiran negatif Sha sama Papa kamu, Mama cuma tidak terlalu peduli aja, karena Mama sudah sangat kenal karakter Papa kamu." Jelas Melissa."Tapi kan orang gak selamanya jelek Ma, coba deh Mama bisa lentur sedikit sama Papa, Asha cuma ingin Mama mau ketemu Papa.. pliiis deh Ma, untuk memperbaiki silaturahmi aja." Pinta Asha."Okey.. bisa saja Mama mau ketemu Papa kamu, tapi ingat! Jangan kamu paksa Mama untuk bersatu kembali sama Papa kamu!!" Tegas Melissa.Marchel dan Asha saling berpandangan,l mendengar jawaban Melissa, seakan-akan Mellisa sudah menutup p
"Iya Sha.. syukurlah kalau kamu merasa seperti itu, setidaknya mengurangi rasa bersalah saya terhadap kamu." Ujar Bram"Pak Bram sudah cukup bijak dalam hal ini, saya dan Asha sangat memaklumi posisi bapak, tapi ya.. seperti inilah jalan yang Tuhan berikan." Tambah Marchel"Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian, saya hampir frustasi menghadapi masalah Petty, saya memang harus selesaikan masalahnya.""Pak Bram sudah amanahkan pada saya untuk menjaga Brama, In Sha Allah saya akan jaga amanah itu pak.""Terima kasih cel.., terima kasih Asha, atas pengertian kalian, kalau gitu saya moon pamit ya." Ucap BramSetelah Bram pulang, Marchel dan Asha tidak buru-buru naik ke kamar, mereka masih ngobrol soal deposito untuk Brama."Deposito itu biarkan saja utuh seperti itu, tidak usaha dicairkan." Saran Marchel"Kenapa mas? Kan bisa dimanfaatkan untuk Brama?" Tanya Asha"Gak usaha.. biarlah kebutuhan Brama tanggungan aku Sha, itu bisa dia
Ada perasaan bersalah dalam diri Bram terhadap status Brama. Dia merasa perlu untuk menegaskan tanggung jawabnya terhadap Brama, yang selama ini tidak terlalu dipersoalkan Asha dan Marchel. Namun, semakin besar Brama, maka akan semakin besar kebutuhan hidupnya.Bram mengajak Asha dan Marchel untuk bertemu, Marchel mengatur pertemuan tersebut di Mells Residents, karena kebetulan Marchel dan Asha sedang berada disana. Asha yang selama ini sebetulnya tidak terlalu mempermasalahkan, akhirnya menghargai niat baik Bram.Seperti biasanya, mereka bertemu di Lounge yang ada di Mells Residents. Bram membuka pembicaraan lebih dulu, "Asha.. sebetulnya ini sudah saya siapkan sejak lama, cuma baru hari ini saya sampaikan pada kalian." Ujar Bram"Tentang apa ini Om? kalau boleh saya tahu?" Tanya Asha"Ini soal tanggung jawab saya pada Brama, yang selama ini menjadi tanggung jawab kalian." Ujar Bram. "Saya mempersiapkan deposito untuk Brama, senilai 3 milliar." Lanjut Bram
"Justeru karena aku percaya kamu mas, makanya aku minta kamu jujur sama aku."Marchel mendekati Asha dan memeluknya dari belakang, "Terima kasih ya sayang.. kamu sangat mengerti aku, aku cuma ada kamu Sha, tidak ingin ada yang lain." Rayu MarchelMarchel merasa lega menceritakan semua masalahnya dengan Alexa pada Asha, dan sudah tahu seperti apa Asha akan menyikapi masalah tersebut."Kalau ada masalah apa pun mas, segera kasih tahu aku mas.. aku tidak ingin ada yang disembunyikan." Ujar AshaMarchel mengajak Asha ke dalam, karena hari sudah menjelang maghrib. Marchel memeluk pingga Asha sambil berjalan menuju kedalam rumah. Marchel mengatakan pada Asha kalau dia sangat bahagia dengan sikap yang diperlihatkan Asha."Aku tuh udah gak mau meributkan hal yang gak penting mas.. aku mau bahagia bersama kamu." Ucap Asha"Aku juga gitu Sha, masa depan kita masih panjang, gak mau dirusak oleh masalah sepele."Marchel dan Asha nimbrung deng
Naluri seorang isteri kadang begitu tajam, bisa merasakan apa yang sedang di derita suaminya. Asha mengajak Marchel bicara berdua di taman belakang rumah Pondok Indah.Asha bisa melihat dari raut wajah Marchel yang menyimpan persoalan, dia membuka pembicaraan dengan sebuah pertanyaan, "Sejak kemarin aku merasakan ada yang mas sembunyikan.. bisa gak mas cerita?" Pinta Asha dengan lembut.Marchel yang duduk di sebelah Asha mencoba merangkul Asha, "Gak ada yang aku tutupi Sha, aku gak ada persoalan kok." Rayu Marchel"Mas.. aku ini sudah banyak berubah lho, aku ingin tidak ada yang kamu sembunyikan, dan aku tidak akan marah kalau kamu ceritakan, sekalipun pahit ceritanya." Pancing AshaLama Marchel terdiam mendengar kebesaran jiwa Asha, yang ingin Marchel terbiasa dengan keterus terangan, " Memang tadinya ada masalah Sha, tapi hari ini sudah aku selesaikan.. semoga saja tidak ada lagi masalah baru." Jawab Marchel."Kan lebih bagus mas ceritaka