Kisah Gandha dan Lisa sebenarnya lebih dulu ada, tapi masih masuk revisi di tempat lain.. mau tau lebih banyak ikuti l6 Chinta ya! Nychintaa. terima kasih atas kesetiaan kalian yang masih terus menantikan part lain dari cerita ini.
Kehadiran Gandha di pesta pernikahan Elvan membuat semua orang terkejut, terutama Hartono Wongso. Diva memang benar-benar membuat kehadiran Gandha menjadi dramatis, apalagi dia datang dengan yacht khusus dan sedikit tersembunyi. Sebelum bertemu dengan Elvan, maka dia akan menghindari orang-orang yang mungkin mengenalnya.Banyak hal yang ingin diungkapkan oleh Elvan pada pamannya ini, tetapi dia masih harus menahannya, karena masih ada serangkaian acara yang dia siapkan untuk memberikan kejutan untuk istrinya tercinta.“Aku akan menunggumu, lanjutkan saja acaramu keponakan tersayang.” Gandha berkata dengan tegas pada Elvan.“Baiklah, aku harus bicara padamu setelah ini dan tolong jangan kabur!” Elvan mengatakan dengan penuh penekanan dan disambut anggukan kepastian.Sementara Elvan masih sibuk dengan acaranya, Gandha menghampiri Hartono yang tidak bisa berkata apa-apa saat melihat sang putra yang saat ini berdiri di hadapannya.“Ayah, Ibu, apa kabar?” Gandha mendekati kedua orang tuany
Terlebih lagi Hartono yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Elvan. “Kamu tidak bisa meninggalkan Lux Tech Group, El. Semua orang yang menjadi saksi kalau kamu yang membesarkan Lux Tech Group dan merk L Tekno jauh lebih maju di saat kamu memimpin sebagai CEO-nya.” Hartono berkata dengan penuh penekanan. “Betul itu, El, kamu tidak bisa meninggalkan Lux Tech Group ini,” timpal Darma. “Pa, ini sudah menjadi keputusanku, tolong hargai ini. Kuharap kalian juga bisa menerimanya, karena aku sudah membangun perusahaanku sendiri, kuharap kalian bisa mendukungku.” Elvan berkata dengan tegas. “Pas sekali, ternyata Paman Gandha sudah kembali, pamanku yang keren ini jelas bisa membuat L Tekno makin berjaya.” Elvan melihat ke arah Gandha dengan tatapan tajam. “Tidak El, aku sudah nyaman dengan hidupku yang sekarang ini,” ungkap Gandha. “Bibi,” ucap Elvan sambil melihat ke arah Lisa. “Kumohon bujuklah pamanku ini untuk kembali ke Lux Tech Group. Cukup baginya bersembunyi selama ini,
“Dasar wanita murahan.” Makian itu membuat Diva yang sedang berada di tengah kerumunan pesta pernikahan terkejut. Dia menoleh ke sumber suara, lalu melihat sejumlah pasang mata menatapnya dengan pandangan merendahkan. “Hari ini adalah hari pernikahan Nico dan Nadya, bisa-bisanya dia dengan tidak tahu malu datang ke sini? Apa dia masih mau berusaha merebut kekasih sahabatnya sendiri?” sahut seorang tamu lainnya. “Namanya juga wanita kelas bawah, mana tahu malu, sih?” Walau mendengar jelas berbagai komentar mengenai dirinya, Diva hanya terdiam. Dia mengabaikan cacian tersebut dan mengalihkan pandangan ke arah pelaminan. Sepasang pengantin tampak tersenyum bahagia selagi menyalami satu persatu tamu yang menghampiri mereka. Di saat ini, Diva mendengus. Wanita murahan? Berusaha merebut kekasih sahabatnya? Omong kosong! Orang-orang yang tadi mencacinya sama sekali tidak tahu apa-apa. Kenyataannya, pasangan pengantin bernama Nadya dan Nico yang ada di pelaminan itu adalah sahabat ba
“Tangkap wanita jalang itu!” Perintah Farha membuat sejumlah petugas keamanan menoleh ke arah Diva, lalu mereka gegas berusaha menangkapnya. Diva tahu ini akan terjadi, jadi dia langsung berlari kencang keluar dari ballroom. Mata Diva langsung berkeliaran saat berlari, mencari-cari letak tempat yang telah dia rencanakan menjadi tempat persembunyiannya. Akan tetapi, jauh berlari, Diva menyadari satu hal. Diva keluar dari pintu ballroom yang salah! “Sial! Harus sembunyi di mana ini?!” gumam Diva pada dirinya sendiri sambil celingak-celinguk mencari tempat untuk bersembunyi. Saat dirinya melihat tanda petunjuk ke arah toilet, Diva langsung berbelok cepat. Dalam pikirannya, ruang paling aman dari kejaran para pria adalah toilet. Para tamu wanita di dalam pasti akan ribut kalau petugas keamanan itu asal menerobos ke dalam! Alhasil, Diva pun mendorong pintu toilet dan– “AAHH!” Diva setengah berteriak sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Apa yang kamu lakukan di sini!?” Dia
Menyadari bahwa dirinya sedang berhadapan dengan pewaris keluarga Wongso yang ternama, orang suruhan Farha pun langsung membungkuk hormat. “T-Tuan Elvan, m-maafkan kelancangan kami. K-kami tidak tahu Anda sedang–” “Cepat pergi!” Geraman penuh amarah dari sosok Elvan membuat orang suruhan Farha langsung berkata, “B-baik, Tuan Elvan. Sekali lagi … kami minta maaf!” Pria itu pun gegas lari keluar dari toilet bersama kawan-kawannya yang lain dengan terbirit-birit. Sesampainya mereka di hadapan Farha yang sedang menunggu kabar bersama Nadya di ruang tunggu pengantin, wanita itu menggeram dengan wajah yang tidak puas, “Kenapa kalian kembali dengan tangan kosong!? Mana wanita jalang itu!?” Pesta pernikahan memang telah kembali tenang, tapi rasa malu akibat kekacauan yang terjadi masih mengakar dalam diri. Demikian, Farha dan Nadya butuh pelampiasan dan pertanggungjawaban dari Diva! Dengan wajah pucat, tiga orang suruhannya itu menggeleng. “Maaf, Nyonya, Nona. Akan tetapi, kami tidak bi
“Tunangan!? Apa kamu gila!?” Pertanyaan itu terlontar dari mulut Diva secara refleks ketika mendengar ucapan Elvan. Hal itu membuat Elvan menautkan alis dan menatapnya dingin. “Sesuai perjanjian tadi, kamu berutang budi padaku atas bantuan yang kuberikan tadi. Sekarang, waktunya bagimu untuk menebus utang tersebut,” ucap Elvan. “Kenapa? Kamu berniat untuk mengingkari janji yang kamu buat sendiri? Haruskah aku mengembalikanmu ke hadapan orang-orang tadi?” “Kamu,” tunjuk Diva pada Elvan, “mengancamku?” Elvan hanya menatap Diva datar selagi berkata, “Terserah padamu ingin menggunakan istilah apa, tapi intinya … aku ingin kamu memenuhi janjimu.” “Tapi tidak dengan bertunangan!” balas Diva dengan agak kesal. Tidak habis pikir bagaimana pria di hadapannya ini berpikir. Pertunangan adalah awal dari sebuah pernikahan, bagaimana pria ini bisa sembarangan menyuruhnya menjalani hal tersebut!? Melihat wajah Diva menampakkan ekspresi khawatir, Elvan menambahkan, “Jangan berpikir berlebihan
Mendengar ucapan Elvan, sontak semua orang yang duduk di meja itu terperangah, terutama Marissa beserta bibi Elvan, Nara. “Kekasih yang baru kamu lamar?” ulang Nara dengan suara tidak suka. “Apa maksud omong kosongmu ini?” Elvan mengabaikan pertanyaan Nara, lalu beralih pada seorang pelayan, mengisyaratkan agar segera mengambilkan kursi tambahan untuk dirinya. Setelah itu, dia menarik satu kursi kosong yang berada di sebelah sang ibu, lalu berkata pada Diva, “Duduklah di sini.” Perlakuannya begitu lembut dan perhatian, sampai-sampai semua orang yang melihatnya kembali terbelalak tak percaya. Bahkan Marissa berujung meremas gaunnya erat dengan tidak suka. Di sisi lain, Diva merasa canggung. Kentara dirinya tidak diterima oleh sebagian besar orang di meja tersebut, bagaimana dia bisa duduk dengan tenang!? Namun, di saat itu sebuah tangan meraih tangan Diva. “Duduklah, Diva.” Ternyata, itu adalah ibunda Elvan, Anita! “Jangan begitu gugup,” ucap Anita dengan lembut seraya menarik
Ciuman hangat mendarat di bibir Diva, membuat mata wanita itu membola. Logikanya mendorong agar tangannya mendorong Elvan menjauh. Akan tetapi, instingnya mengatakan kalau dia melakukan hal itu, maka situasi akan menjadi kacau dan runyam. Alhasil, Diva hanya bisa pasrah di bawah kendali Elvan. Melihat kejadian itu di depan mata, semua orang seolah membeku! Bagaimana tidak? Semua anggota keluarga paham, Elvan adalah orang yang berjabat tangan dengan klien saja sebisa mungkin dihindari. Pria itu adalah seorang clean freak! Akan tetapi, sekarang, pria yang paling menghindari bersentuhan dengan orang lain itu … berujung mencium seorang wanita?! Bukan kecupan, tapi ciuman! Untuk waktu yang cukup lama pula! Demikian, ini adalah hal yang sangat menggemparkan! SREET! Di tengah keterkejutan itu, suara kursi yang bergesekkan dengan lantai terdengar. Para senior menoleh dan mendapati Marissa berdiri dari kursinya. Mata wanita muda itu berkaca-kaca, tampak sakit hati dan ingin menangis melih