Hayoloh! siapa yang penasaran sama kayak Diva nih? Ayo abisin sarapannya dulu, entar baru kita lanjut lagi. wkwkwk ... sayang kalian banyak2 ... 😘😘
“Ibuuuu~~~!” Diva tidak terima saat orang tuanya mengatakan hal itu, apalagi ibunya yang sangat jarang menggodanya seperti ini. “Nah, benar seperti yang dikatakan oleh Ibu, kamu habiskan dulu hidangannya, nanti baru ayah beritahu.” Lukman mendukung ucapan istrinya sambil tertawa. “Ih, puas banget deh bikin orang penasaran! Lagian apa susahnya tinggal bilang aja,” rengek Diva sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. “Ini Div, dikit lagi loh.” Indah lalu memberikan sepiring kue ke depan Diva. “Ibu! Ini gulanya terlalu banyak, kalau Diva gendut gimana? Nanti Elvan malah gak suka sama Diva lagi!” Diva bersungut kesal. “Kata siapa? Lagian jangan berpikir tentang hal begitu, orang gendut memangnya tidak boleh jatuh cinta? Ibu yakin apapun kondisi fisik kita, jaga hati kita agar aura dari dalam tubuh kita tetap keluar.” Indah berkata dengan tenang pada anaknya. “Yee … itukan kata ibu yang gak pernah gemuk. Beda pendapat kalo–” “Udah habisin aja, Div, itu dikit kok.” Lukma
Hal ini jelas membuat Diva tertegun. “Apa yang ayah katakan itu benar?” tanya Diva. Lukman hanya mengangguk. “Ah, apa kalau aku bilang aku mau sekarang dia juga bersedia?” Diva berkata asal dengan santai sembari mengunyah kue keju yang ada di atas meja dengan sedikit terpaksa. “Menurutmu?” Lukman bertanya balik. “Iya, aku tahu, bahkan kalau aku bilang detik ini juga, dia pasti mau, begitu, kan maksud ayah.” Diva berkata dengan penuh penekanan. Lukman tersenyum lalu mengeleng-gelengkan kepalanya. “Apa kamu benar-benar mau sekarang juga?” “Ck! Mana mungkin aku menikah dengan cara dadakan tanpa persiapan. Ayah sendiri yang mengatakan kalau pernikahan itu adalah hal yang sakral dan tidak boleh asal jadi, mentang-mentang dia bisa melakukan banyak hal.” Diva berkata dengan bibir manyun. “Jadi, kamu mau kapan?” tanya Indah pada Diva dengan penasaran. “Cieee … sekarang ayah dan ibu kan yang penasaran kalo gitu … gimana kalo ayah dan ibu cerita dulu tentang kisah romantis kali
Lukman hanya tersenyum melihat anaknya itu, lalu detik berikutnya, Diva mangambil ponsel milik ayahnya tersebut dengan sedikit memaksa. “Van, ini tuh gak begitu kok, aku gak minta macem-macem.” Diva berkata dengan sedikit panik, lagipula dia tidak mau membuat Elvan makin banyak beban karena urusan ini. Memang, pernikahan di tepi pantai dengan pemandangan laut yang luas adalah impiannya, tapi saat tahu Elvan tidak bisa melakukan hal itu, setidaknya dia tidak akan memaksakan keinginannya ini. Dia tidak mau menuntut banyak hal dari Elvan. Terdengar suara tertawa renyah di ujung sana. “Tidak masalah, Sayang, aku tidak menyangka kalau ternyata kamu benar-benar menyukai laut.” “Kamu … tahu?” tanya Diva lagi, tetapi pertanyaan yang keluar dari mulutnya ini terasa begitu bodoh! Tidak mungkin Elvan tidak menyelidiki semua tentangnya, kan?! ‘Diva bodoh sekali kamu!’ gumam Diva dalam hati. “Aku tahu dari ayahmu, beliau mengatakan kalau ada kesempatan kamu pasti akan memilih liburan di pan
"Welcome, Kak Diva,” ucap Alisha saat mereka tiba di sebuah rumah dengan gaya minimalis di komplek perumahan elit yang cukup terkenal di kota ini. “Ini …?” “Rumah Kak Elvan,” jawab Alisha singkat. Diva tertegun saat Alisha mengatakan hal itu, bukan apa-apa, karena entah dari mana semuanya terasa mirip seperti apa yang dia inginkan, sebuah hunian minimalis yang cukup lega dengan high ceiling rooms, lalu terdapat konsep terbuka di bagian belakangnya, sehingga pencahayaan yang masuk terasa lebih terang. Setelah puas melakukan room tour singkat di rumah ini, Diva tersenyum singkat. ‘Ini kebetulan yang luar biasa,’ batin Diva. “Kak, mau minum apa?” “Gak perlu repot-repot, nanti aku ambil sendiri aja.” Diva berkata santai. “Ah, benar juga, ngapain aku tanya-tanya, bentar lagi Kak Diva tinggalnya sama Kak Elvan, kan?” Kalimat Alisha ini sontak membuat jantung Diva berdegup kencang, untuk menyamarkan rasa yang membuncah itu, dia dengan cepat mengalihkan pembicaraan, sekalian fokus de
Alisha sangat yakin dengan apa yang dia katakan, dia memastikan sekali lagi pada Diva kalau dia tidak salah bicara, rasa dalam hati Diva berkecamuk hebat sekarang ini. Apalagi mendengar kalau pria itu mau menikah. Apa telinganya tidak salah mendengar?!“Maksudmu … Dia menikah lagi begitu?” tanya Diva berusaha dengan tenang, tetapi suaranya terdengar bergetar.Alisha mengangguk cepat.“Benar, kemarin aku ada tanya juga dengan temanku, kebetulan dia tahu dengan si Dion ini, temanku bilang istrinya sudah lama meninggal, sejak anak keduanya lahir kalo gak salah, dia duda anak dua.” Mendengar hal itu, hati Diva terasa sakit, bagai diremas-remas dengan keras.‘Istrinya meninggal?’‘Duda anak dua?’Pertanyaan itu muncul secara bergantian di kepala Diva dan berulang beberapa kali. Diva langsung terbayang wajah kakaknya, lalu potongan rekaman video pria itu yang menyiksa kakaknya secara brutal, hal ini benar-benar membuat dia menjadi sangat geram. Apalagi dia sudah tahu perlakuan keluarga Suga
Di tempat lain, Elvan masih berkutat dengan pekerjaannya, ditemani oleh Miko. Dirinya masih sibuk di depan komputer. Terlihat jelas wajahnya nampak lelah sekali, lingkaran hitam di matanya makin mempertegas kalau dirinya saat ini kurang istirahat.“Gimana, Mik?” tanya Elvan pada Miko yang duduk berseberangan dengannya.“Gak ada kata lain selain di ikhlaskan.” Miko berkata dengan suara lemah.Rahang Elvan mulai mengetat, tangannya mengepal erat. Dia tidak habis pikir kalau ternyata pekerjaannya saat ini sedang disabotase oleh kompetitor. “Bro, sabar saja, kita ikuti dulu alur permainan mereka.” Miko berkata dengan menepuk pundak Elvan secara perlahan.Elvan tidak menjawab, kepalanya berdenyut hebat karena saat ini dia kehilangan kontrol atas apa yang dia lakukan. Selama ini dirinya tidak pernah melewatkan sedikit pun celah untuk orang lain masuk, mungkin belakangan ini dia sedikit lalai sehingga bisa menyebabkan projek yang dia kerjakan dengan sangat percaya diri ini hilang dalam sekej
Prisya sudah berhasil membawa Clarissa dan dua keponakannya ke apartemen milik Elvan, Clarissa awalnya sangat terkejut dengan beberapa penjelasan yang diberikan oleh Prisya. “Jadi, sebenarnya kalian semua sudah tahu?” Clarissa tidak bisa berkata apa-apa lagi saat mengetahui semuanya diceritakan oleh Prisya secara rinci dengan permasalahan satu-satu yang muncul. “Begitulah, kira-kira, Kak.” Prisya berkata pada kakaknya tanpa keraguan. “Dan semua ini berkat bantuan Elvan?” tanyanya lagi. Prisya mengangguk. “Ah, aku juga mau bilang, sebentar lagi ayah dan ibu datang ke sini.” Saat mendengar hal itu, tak kuasa Clarissa menahan tangisnya. Prisya mendekatkan dirinya pada Clarissa dan memeluk wanita itu, dia tahu kakaknya selama ini sudah menahan semuanya dan itu pasti sangat menyakitkan. “Kak, semuanya akan baik-baik saja sekarang. Kakak bisa fokus untuk mengurus kedua anak kakak saja. Untuk masalah hak asuh, dengan berbagai bukti yang kuat, kita akan berusaha sebaik mungkin akan memb
Melihat Elvan yang saat ini berdiri di hadapannya, jelas Clarissa terkejut. Elvan adalah pria itu, seseorang yang membuatnya dipukul habis-habisan sampai dia tidak sadarkan diri oleh Dion setelah suaminya mendapatkan ucapan tajam dan pedas dari Elvan di acara itu."Namamu Elvan ... bukan Elso?" tanya Clarissa.Elvan hanya tersenyum sekilas.“Apa … kamu yang menolongku waktu itu?” tanya Clarissa dengan suara bergetar, karena saat itu, tidak ada orang lain yang melihat di tempat parkir aksi kejam suaminya yang sedang memukulnya kecuali orang-orang yang ada di dalam mobil mewah dan tidak disadari oleh Dion.Rasa sakit yang diakibatkan oleh pukulan Dion padanya membuat matanya kabur dan pandangannya berkabut, dengan kejam Dion meninggalkannya sendiri di sana. Clarissa berusaha untuk meminta pertolongan, sampai akhirnya beberapa orang dari dalam mobil itu keluar.Samar-samar Clarissa mengingat orang yang bernama Elso yang diajak suaminya bicara sebelumnya ada di sana. Pria itu tidak keluar