Setelah Anggala pulang, Lukman mengumpulkan anggota keluarganya di ruang tengah. Diva sudah sangat penasaran sekali apa yang terjadi, pun Prisya juga sangat ingin tahu maksud ucapan Anggala sesaat sebelum dia meninggalkan rumah mereka. “Ayah tahu kalian sangat penasaran dengan apa yang disampaikan oleh Anggala.” Lukman berbicara dengan kalimat pembuka yang dibenarkan oleh Diva dalam hatinya. “Jadi, si Anggala ini memberikan ini pada kita," tunjuk Lukman ke amplop di atas meja. "Isinya sejumlah investasi yang dia punya dan juga sisa tabungannya. Dia mengatakan kalau besok atau lusa kuasa hukumnya akan datang kemari menemui ayah untuk melakukan semua proses pindah tangan atas nama Ratri dan juga Danish.” Hal ini jelas memancing tanya mereka semua. “Ayah memang menolaknya, tapi … dia berkata dengan sungguh-sungguh dan ingin menebusnya, kita sebagai orang luar tidak bisa melakukan apapun, apalagi secara biologis Anggala adalah ayahnya Danish. Jadi, ayah menerimanya.” Lukman berkata p
Pertanyaan Diva yang berhasil membuat wajah Indah berubah ini makin membuat Diva penasaran. 'Aku harus terus memancingnya,' ucap Diva dalam hati. Diva menyadari kalau ibunya saat ini masih diam dan pandangannya mulai kosong, seolah ada di dunianya sendiri “Bu, kenapa Ibu seperti itu?” tanya Diva membuat Indah seolah tersadar akan lamunannya. “Oh, tidak, tidak apa-apa.” Indah segera berusaha untuk tenang, tapi kali ini pergerakannya bisa dengan cepat dibaca oleh Diva. Mumpung ada kesempatan, Diva sangat ingin bertanya tentang hal ini. Bukankah dia tidak bisa diam saja? Ada hal besar yang pasti sedang disembunyikan oleh Ibunya sampai sekarang. Diva harus membuka satu per satu masalah yang menghampirinya belakangan. “Bu,” ucap Diva lalu mendekati Indah. “Apa Diva boleh bertanya sesuatu?” tanya Diva, lalu duduk di sebelah ibunya. “Ten-tentang apa?” tanya Indah dengan sedikit gugup. Kali ini benar-benar pertama untuk Diva melihat ibunya yang menampakkan wajah panik, walaupun dengan
Diva tahu hal ini pasti membuat ibunya sangat terkejut mendapati pertanyaan beruntung yang dia tujukan. Pertanyaan ini menggiring ibunya ke sudut ruangan yang membuatnya terperangkap. Diva yakin kali ini Ibunya tidak bisa menghindar lagi. “Bu … katakan saja, bukankah Ibu sendiri yang mengajarkan tentang kejujuran?” Diva kembali mengingatkan pada Indah, kali ini wanita itu memejamkan matanya. Diva tahu ada banyak hal yang mungkin saat ini sedang berkecamuk hebat dalam diri ibunya, apalagi saat Diva melihat ke arah tangan ibunya yang terkepal tadi mulai sedikit gemetar. “Bu,” ucap Diva lalu menggenggam tangan ibunya membuat wanita itu terkejut dan membuka matanya secara spontan. “Bu, Diva bukan anak kecil lagi, Kalau memang ada yang disembunyikan, bukankah ini saat yang tepat untuk mengungkapkannya?” Diva melihat ke dalam mata Indah yang sekarang nampak beban berat menghimpit di sana. “Ini ….” Indah seolah akan mengatakan sesuatu tetapi kalimatnya masih menggantung dan tertahan,
Mendengarkan hal itu, Diva sangat terkejut. Dalam sekejap dia mengantongi Informasi besar!“Apa yang ibu katakan barusan? Bisa mengulanginya?” tanya Diva lagi, dia hanya memastikan kalau dia tidak salah dengar dan sepertinya itu adalah informasi penting yang cukup luar biasa.Indah diam, dia lalu beranjak dan berjalan mendekati Diva.“Ibu ulang sekali lagi dan Ibu tidak akan mengatakannya lagi.” Indah berkata dengan tatapan tajam melihat ke arah anaknya.“Pendiri Royal Damen Holding yang berpusat di Belanda itu, didirikan oleh Joachim Wennink. Seorang pengusaha sukses yang mendapat tempat di hati kerajaan.” Hal ini jelas membuat Diva terkesima, beberapa kali dia mengerjapkan matanya saking tidak percaya dengan apa yang barusan diucapkan oleh ibunya. Jelas hal ini membuat kejutan besar untuk Diva, walaupun dia tidak tahu apapun tentang Royal Damen Holding dan siapa itu Joachim Wennink yang diucapkan oleh ibunya, karena baru pertama kali mendengarnya, tetapi saat ibunya mengatakan tenta
Diva benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat, hal ini sangat mengejutkannya membuat jantungnya berdetak begitu kencang. “I-ini apa benar ini rilisan resmi?” tanya Diva lagi dengan terbata. “Tentu saja, ini sangat terpercaya, sumber yang jelas dan ini list yang selalu ditunggu oleh pebisnis di dunia ini.” Prisya berkata dengan semangat tinggi. “Sebentar lagi Kak Elvan pasti akan menghubungiku untuk memberikan karangan bunga pada kakeknya itu, karena pencapaian keluarga Wongso yang makin gemilang. Dari peringkat 49 akhir tahun lalu naik menjadi 47, itu benar-benar pencapaian luar biasa di tengah semester tahun ini.” Prisya berkata dengan suara mantap. “Tentang Elvan ….” Diva menggantung kalimatnya karena barusan saja Prisya menyebut nama Elvan. “Kak, aku tidak tahu apa rencananya, jadi jangan tanya aku tentang hal ini. Aku juga belum berani tanya masalah ini dengan Kak Elvan, maaf.” Prisya berkata dengan suara lemah pada Diva. Dia tahu kalau sekarang mungkin Di
Prisya meneguk air liurnya dengan sedikit paksaan. “Kak, apa kita sedang bermimpi?” Diva masih diam, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Ba-baca lagi!” Diva mengatakan dengan terbata pada Prisya. Prisya kembali melihat ke arah layar yang menyajikan informasi tentang latar belakang ibunya dan kembali membacanya. “Arabelle adalah wanita yang sangat pintar dalam mengembangkan bisnis dan saat ini dia sedang memegang kendali atas anak usaha di bidang penjualan makanan ringan, sedangkan Isabelle Wennink ….” Prisya menghentikan ucapannya. “Kenapa? Isabelle kenapa?” tanya Diva penasaran, Prisya tidak melanjutkan ucapannya dan menyuruh Diva untuk membacanya sendiri. “Isabelle adalah saudara kembar Arabelle dan dia menghilang saat peristiwa jatuhnya Helikopter di wilayah pegunungan Alpen ketika sedang berlibur, dia dinyatakan meninggal dunia setelah dilakukan pencarian selama satu bulan?!” Diva terkejut saat membacanya. Diva melihat ke arah Prisya dengan tatap
“Ini daftar apa lagi?” tanya Diva pada Prisya.“Daftar orang berpengaruh di dunia bisnis juga sudah release! Selamat, calon suami kakak berada pada peringkat pertama untuk wilayah Asia dan orang nomor empat di dunia!” Prisya berkata dengan senyuman lebar.“Lihat, di peringkat enam dunia ada saudaranya ibu, Isaac Wennink.” Prisya berkata lagi dengan senyum yang makin melebar. “Bukankah calon suami kakak ini luar biasa? Bahkan Isaac Wennink saja ada di bawahnya!”Diva diam, dia menarik napas dalam, nampak sedang memikirkan sesuatu.“Kakak mikirin apa sih? Harusnya kakak tuh seneng dan bangga atas pencapaian Elvan Sabil Wongso yang terkenal bertangan dingin!” seru Prisya pada Diva.Diva masih belum merespon ucapan Prisya, saat ini kepalanya sedang memikirkan rencana untuk dijalankan.“Kak! Kakak lagi nyusun rencana apa sih?” tanya Prisya lagi dengan memanyunkan bibirnya.“Kakak sedang memikirkan cara bagaimana harusnya kita menghubungi Elvan, kita tidak bisa tinggal diam saja dan hanya me
Reaksi Prisya ini membuat Diva terkekeh ringan.“Kenapa Pris? Kaget? Elvan itu bukan orang biasa, jadi dia harus diperlakukan berbeda dan luar biasa dengan cara yang tidak sama dan mudah ditebak.” Diva berkata dengan sangat santai.Prisya masih kehabisan kata-kata dengan apa yang baru saja dia dengar, pasangan ini baginya sangat di luar jangkauan. Yah, sangat tidak terduga dan sedikit aneh.“Lagian, ya, salah dia sendiri juga, ngapain pake acara tiba-tiba menghilang, jadi dia harus tahu ada akibatnya kalau menghilang begitu saja.” Diva kembali menambahkan, sedangkan saat melihat Prisya, Diva merasakan kalau adiknya ini benar-benar sangat syok dengan apa yang dia lakukan.“Jadi, karena sudah kepalang tanggung, dia harus membayar biaya komunikasinya! Kapan lagi memanfaatkan fasilitas kartu yang diberikan Elvan, kan?” lanjut Diva lagi lalu menyambung tawa renyahnya.“Kakak benar-benar gila!” ungkap Prisya.“Terserah apa katamu, bukannya kamu juga bilang dia gila?! Artinya sama aja dong!”