Hayoloh Elvan .... ehm ... Siapa yang penasaran sama hubungan Miko dan Diva sejak awal? udah kejawab, kan kenapa? 😂😂😂 ayoooo menyala readernya chinta.. 🔥🔥🔥
Saat membaca pesan Elvan, Diva mengembangkan senyumnya! Kemudian tak berselang lama, kembali pesan masuk dari Elvan. [Dengarkan penjelasan dari atasanmu itu, tapi ingat, jangan berpikir macam-macam tentangnya! Berkonsentrasilah, namun jangan terpaku dengan kisah cinta masa lalumu.] Seketika wajah Diva memerah saat membaca pesan Elvan tersebut. Diva tidak kuasa untuk tidak melihat ke arah Elvan, dan memelototkan matanya, tetapi tindakannya barusan segera mendapatkan reaksi Elvan dengan menggerakkan dagunya ke arah Miko yang saat ini sedang bicara, menyuruhnya untuk memperhatikan penjelasan Miko. [Jangan menyindir tentang masa lalu yang buruk. Menyebalkan!] Setelah mengirimkan pesan tersebut. Diva memasukkan handphonenya ke saku blazernya, tak berselang lama, Miko selesai dengan pemaparannya dan mereka sibuk dengan diskusi. “Saya permisi ke belakang sebentar, Pak,” izin Diva pada Miko, pria itu hanya mengangguk memberikan persetujuan. Dengan cepat Diva keluar dari ruangan itu. Bar
Diva menghela napas saat Elvan mengatakan hal tersebut, benar yang dikatakan Elvan, mana mungkin dia menunggu wanita lain di depan toilet wanita. Masa dia menunggu dua wanita yang baru masuk tadi?“Oh, kamu mau tebar pesona sama wanita yang baru saja masuk ya?!” cibir Diva dengan nada yang terdengar menggemaskan di telinga Elvan.“Kenapa jadi balik ke aku? Harusnya aku yang tanya kamu, apa kamu baik-baik saja setelah bertemu dengan Kak Zaydan Mikola yang dulunya hampir setiap hari masuk ke dalam mimpimu itu?” Elvan melihat ke arah Diva dengan tatapan tajam dan penuh penekanan saat menyebutkan nama lengkap Miko.Hal ini membuat Diva terdiam dan meneguk air liurnya dengan sedikit kasar.“Kamu …!” tunjuk Diva padanya.“Kenapa? Apa aku ada yang salah?” tanya Elvan sembari bersedekap.Wajah Diva memerah, dia bukan marah melainkan sangat malu!“Sejauh apa kamu tahu tentang cerita itu?” tanya Diva penasaran dengan mengerucutkan bibirnya.Elvan menghela napas berat. “Ah, harusnya aku yang kesa
Diva sebenarnya tidak tahu darimana keberaniannya barusan itu tiba-tiba muncul, apa mungkin hal itu berasal dari dirinya yang diprovokasi oleh wanita itu secara tidak langsung? Entahlah, dia juga tidak tahu kenapa dia barusan bersikap nekat.Diva dan Elvan berjalan menuju ruangan mereka, tetapi saat di tangga, Diva langsung melepaskan lengan Elvan dan berkata, “Maaf, tadi itu benar-benar menyebalkan!” Diva berkata datar tanpa melihat lawan bicaranya, jelas saja dia malu, barusan dia bertindak nekat, hal ini tidak pernah dia tunjukkan pada Elvan sebelumnya.Elvan diam, lalu kemudian tersenyum. “Apa kamu memang seberani ini sebenarnya?” tanya Elvan memperhatikan wajah Diva yang mulai merona.“Sudah, jangan melihatku begitu, aku jalan duluan! Kamu masuk dua menit setelah aku masuk ke ruangan itu!” Diva berkata dengan tegas pada Elvan.“Lalu, ini minumanmu kenapa tidak dibawa sekalian?” tanya Elvan dengan mengulas senyum.“Itu aku pesan memang untukmu! Aku tahu kamu suka itu, anggap permin
Mendengar jawaban dari temannya itu, Elvan sadar dia baru saja menyentuh titik sensitif seseorang. “Sorry aku gak maksud untuk membuatmu merasa rendah diri.” Elvan berkata dengan nada sedikit penyesalan atas apa yang baru saja dilontarkan dari mulutnya. “Tidak masalah. Lagipula, kebetulan kamu menyinggungnya, maka aku akan cerita saja. Dia adalah anak cewek yang lucu! Cewek yang dengan berani mengajakku berkenalan terlebih dahulu saat anak-anak cewek lainnya hanya melihatku dari kejauhan.” Miko berkata dengan tersenyum dan pandangannya lurus ke depan. "Agresif dong kalo gitu! Aku sih ya kalo cewek begitu mending mundur aja!" Elvan menimpali. "Haha! Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, El! Dia ini cukup berani dan sangat terus terang, tidak munafik dan apa adanya." Miko berkata dengan mata yang berbinar menceritakannya. “Dia … salah satu yang sangat berbeda dari yang lain, entah darimana dia bisa mendapatkan banyak informasi tentangku. Kamu tahu, bahkan dulu, aku pernah beberapa
Mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Elvan itu membuat Miko terkekeh ringan. Dia benar-benar geli mendengar respon elvan ini. “Jangan terlalu keras, bersikap santailah sedikit, El. Kalau urusanmu selesai di luar, kamu masuk saja! Lagian ngapain sih kamu di luar?” tanya Miko. “Aku hanya menuruti kata calon istriku, dia bilang aku harus masuk setelah dia masuk terlebih dahulu, jadi aku sedang menunggu waktu yang tepat saja! Lagipula aku datang bukan untuk mengamati proyek itu! Aku datang untuk pekerjaan yang lain.” Elvan berkata santai. “Ya aku tahu kamu datang untuk pekerjaan menempel padanya, kan?” Miko berkata merujuk pada Diva. “Ada apa sebenarnya? Katakan saja jangan banyak basa-basi.” Elvan berkata sambil menyedot minumannya itu, dia tahu benar, tidak mungkin Miko hanya sekadar menghubunginya kalau tidak ada alasan dibaliknya. Miko tidak sekurangkerjaan itu. “Semua sudah selesai. Apa kamu tidak mau memberikan arahan pada mereka?" Pertanyaan Miko ini, membuat Elvan me
Ucapan Elvan membuat suasana di ruangan ini menjadi dingin, apalagi Diva melihat kilatan tegas dari mata Elvan terhadap Miko. Diva tidak menyangka kalau kisah roman picisan tentang kecemburuan seorang pasangan malah terjadi padanya! Diva berusaha tenang, 'Diva cepat pakai otakmu untuk memisahkan dua orang ini!' teriak dirinya yang lain dari dalam. “Van, kamu jangan begitu dong ….” Diva berusaha untuk mencairkan suasana. “Kamu kenapa? Kamu mau bicara dengan Kak Zaydanmu ini?” Elvan berkata dengan nada tidak suka dan tatapan tajam ke arah Diva. “Itu aku ….” Diva makin merasa serba salah, dia sebenarnya juga tidak tahu perasaan gila yang sekarang ada dalam hatinya ini. “Iya-iya aku mengerti, jangan memarahi Diva, dia tidak mungkin melenceng dari garis yang dia buat!” Miko berkata dengan serius, Miko tahu sifat Elvan yang satu ini. Elvan tidak akan melunak dengan apapun yang sudah dia putuskan. “Bagus kalau kamu tahu,” ucap Elvan masih dengan menatap tajam ke arah Miko. Diva menghe
Jelas sekali hal ini membuat Elvan sangat terkejut, sedangkan Miko hanya menganggukan kepalanya. “Maaf, aku tidak bermaksud untuk tidak menjaga perasaan calon suamimu ini tapi–” “Aku juga ingin mengatakan padamu, kalau aku tidak tertarik dengan cerita masa lalu dan hal yang berkaitan dengan itu. Aku tidak ada minat untuk mengenang, bagiku hal yang terlewat adalah sesuatu yang berjalan menjauh, sedangkan hal sekarang yang sedang dijalani harus dihargai dengan sebaik mungkin.” Diva memotong ucapan Miko. Elvan masih diam dia masih sedikit terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Diva ini. “Aku hanya tidak ingin ada kesalahpahaman dengan hubungan kami yang belum lama ini. Jadi, kuharap kamu mengerti.” Diva melanjutkan dengan tegas dan menatap Miko dengan lekat. Diva menghela napas dalam lalu mengalihkan pandangnua ke arah Elvan. "Kamu ke sini dengan siapa?” tanyanya pada Elvan. “Ah?!” Elvan terkesiap, tersadar dari pikirannya sendiri. “Kami diantar Andi ke sini. Mungkin sebenta
Diva benar-benar pasrah kali ini, dia sukses menahan laju air matanya untuk tidak keluar, dia menarik napas dalam untuk menciptakan ruang besar agar dadanya tidak terasa sesak. Sekujur tubuhnya terasa membeku. Dia juga tidak bisa menyalahkan Elvan atas apa yang dia perbuat, kalaupun tidak sekarang, Elvan lambat laun juga pasti akan tahu tingkahnya ini. Ternyata, sikapnya yang seperti inilah yang membuat pria tidak menginginkannya, terlalu terang-terangan bahkan sangat terkesan agresif. pria lebih menyukai wanita anggun yang pemalu dan lemah lembut, sedangkan dirinya? Ah! Mungkin kemarin Elvan belum menyadarinya. “Dengarkan aku,” Elvan kembali mendekatkan wajahnya ke arah Diva lalu menyelipkan rambut Diva ke belakang telinganya, dan berbisik, “Aku menyesal karena tidak bertemu denganmu sejak lama. Jadi, sekarang jangan pernah berpikir untuk kabur dariku!” Setelah mengatakan hal itu, Elvan membawa Diva dalam dekapnya. Diva yang awalnya sudah berpikiran buruk ini kembali tidak bisa