Hehm, kira-kira gimana kelanjutannya? Ada yang udah gak sabaran gak nih? hehehe, ditunggu lagi ya! Akan diusahakan secepatnya! ❤️❤️❤️ terima kasih atas dukungan kalian!
Tanpa banyak tanya Diva menyetujui ucapan Reni, “Baiklah.” Diva menjawab singkat pada rekannya itu.Setelah mereka bertukar tempat Reni berbisik pada Diva, “Sorry Div, apa si Vanvanmu itu sedang cemburu?” tanya Reni dengan senyum mengembang.Diva lalu menjawab dengan membalas senyuman, “Iya, dia memang kadang sedikit konyol!” Reni terkekeh ringan mendengar jawaban Diva ini, pun Diva melakukan hal yang sama, perbuatan mereka ini memancing perhatian yang ada di ruangan termasuk Elvan yang melihat ke arah mereka berdua.Sadar akan hal ini, Reni terdiam. Apalagi dia mendapatkan tatapan tajam dari Elvan.“Apa ada yang lucu?” tanya Elvan dengan nada dingin, membuat suhu ruangan di tempat ini makin dingin saja.“I-itu … ti-tidak ada Pak El, maaf saya memancing hal yang tidak perlu.” Reni berkata dengan tidak enak hati lalu mengedarkan pandang ke seluruh yang ada di ruangan ini.Sedangkan Elvan, mendapatkan balasan tatapan tajam dari Diva.“Diva, apa ada yang ingin kamu sampaikan? Sepertinya
Seisi ruangan sedikit terkejut saat Diva mengatakan hal itu. Namun, tidak dengan Elvan. Dia sudah sejak awal tahu kalau Diva pasti akan sangat kaget saat mengetahui sosok Miko yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan apa yang diucapkan Diva barusan, karena Diva menyebutkan nama depannya, tetapi sejak bergabung dengan L Tekno ini, pria itu memang lebih dikenal dengan nama Miko. “Hai, Diva, lama tidak berjumpa, ya, ternyata kamu masih mirip seperti sebelumnya” ucap Miko dengan santai lalu melirik sekilas ke arah Elvan yang memandangnya dengan tatapan was-was. Diva masih tidak bisa berkata-kata, dia masih sangat terkejut dengan kehadiran pria itu, sudah sangat lama sekali! “Eh, kalo kalian mau tahu, Diva ini dulu adalah adik kelas saya waktu sekolah!” Miko menjelaskan pada mereka yang ada di sana, hal ini membuat semuanya menganggukkan kepalanya. Semuanya tampak berpikir hal yang wajar saat Miko tidak terlalu mempermasalahkan urusan pekerjaan Diva kemarin. Berbeda dengan Elvan, Dia
Pikiran Diva berputar mengingat kejadian yang sangat lama itu. Saat dirinya baru pertama kali mendapatkan debaran jantung yang cukup kencang ketika melihat lawan jenisnya! Laki-laki yang beruntung itu adalah Zaydan Mikola, kakak kelas yang terlihat sangat tampan dan menawan, siapapun pasti mengidolakannya kala itu, namun sayangnya laki-laki itu hanya fokus pada sekolahnya saja. Diva sangat percaya diri dan berpikiran naif saat itu, dia beranggapan kalau dia bisa menaklukannya, sayangnya semua cara yang dia lakukan malah berujung kekecewaan! Bahkan saat itu dia sampai tidak berselera makan dan menyebabkan berat badannya turun lumayan jauh! Ya, kira-kira segila itu kisah remaja Diva! “Kak Zaydan, aku menyukaimu! Aku tidak mau lagi jadi adikmu. Apa kamu benar-benar tidak mau jadi pacarku saja?” Diva berkata dengan lantang saat menemui Zaydan di bandara. Saat itu Zaydan akan berangkat ke Amerika, dia mendapatkan beasiswa dari universitas yang terkemuka di dunia. Zaydan tersenyum melihat
Saat membaca pesan Elvan, Diva mengembangkan senyumnya! Kemudian tak berselang lama, kembali pesan masuk dari Elvan. [Dengarkan penjelasan dari atasanmu itu, tapi ingat, jangan berpikir macam-macam tentangnya! Berkonsentrasilah, namun jangan terpaku dengan kisah cinta masa lalumu.] Seketika wajah Diva memerah saat membaca pesan Elvan tersebut. Diva tidak kuasa untuk tidak melihat ke arah Elvan, dan memelototkan matanya, tetapi tindakannya barusan segera mendapatkan reaksi Elvan dengan menggerakkan dagunya ke arah Miko yang saat ini sedang bicara, menyuruhnya untuk memperhatikan penjelasan Miko. [Jangan menyindir tentang masa lalu yang buruk. Menyebalkan!] Setelah mengirimkan pesan tersebut. Diva memasukkan handphonenya ke saku blazernya, tak berselang lama, Miko selesai dengan pemaparannya dan mereka sibuk dengan diskusi. “Saya permisi ke belakang sebentar, Pak,” izin Diva pada Miko, pria itu hanya mengangguk memberikan persetujuan. Dengan cepat Diva keluar dari ruangan itu. Bar
Diva menghela napas saat Elvan mengatakan hal tersebut, benar yang dikatakan Elvan, mana mungkin dia menunggu wanita lain di depan toilet wanita. Masa dia menunggu dua wanita yang baru masuk tadi?“Oh, kamu mau tebar pesona sama wanita yang baru saja masuk ya?!” cibir Diva dengan nada yang terdengar menggemaskan di telinga Elvan.“Kenapa jadi balik ke aku? Harusnya aku yang tanya kamu, apa kamu baik-baik saja setelah bertemu dengan Kak Zaydan Mikola yang dulunya hampir setiap hari masuk ke dalam mimpimu itu?” Elvan melihat ke arah Diva dengan tatapan tajam dan penuh penekanan saat menyebutkan nama lengkap Miko.Hal ini membuat Diva terdiam dan meneguk air liurnya dengan sedikit kasar.“Kamu …!” tunjuk Diva padanya.“Kenapa? Apa aku ada yang salah?” tanya Elvan sembari bersedekap.Wajah Diva memerah, dia bukan marah melainkan sangat malu!“Sejauh apa kamu tahu tentang cerita itu?” tanya Diva penasaran dengan mengerucutkan bibirnya.Elvan menghela napas berat. “Ah, harusnya aku yang kesa
Diva sebenarnya tidak tahu darimana keberaniannya barusan itu tiba-tiba muncul, apa mungkin hal itu berasal dari dirinya yang diprovokasi oleh wanita itu secara tidak langsung? Entahlah, dia juga tidak tahu kenapa dia barusan bersikap nekat.Diva dan Elvan berjalan menuju ruangan mereka, tetapi saat di tangga, Diva langsung melepaskan lengan Elvan dan berkata, “Maaf, tadi itu benar-benar menyebalkan!” Diva berkata datar tanpa melihat lawan bicaranya, jelas saja dia malu, barusan dia bertindak nekat, hal ini tidak pernah dia tunjukkan pada Elvan sebelumnya.Elvan diam, lalu kemudian tersenyum. “Apa kamu memang seberani ini sebenarnya?” tanya Elvan memperhatikan wajah Diva yang mulai merona.“Sudah, jangan melihatku begitu, aku jalan duluan! Kamu masuk dua menit setelah aku masuk ke ruangan itu!” Diva berkata dengan tegas pada Elvan.“Lalu, ini minumanmu kenapa tidak dibawa sekalian?” tanya Elvan dengan mengulas senyum.“Itu aku pesan memang untukmu! Aku tahu kamu suka itu, anggap permin
Mendengar jawaban dari temannya itu, Elvan sadar dia baru saja menyentuh titik sensitif seseorang. “Sorry aku gak maksud untuk membuatmu merasa rendah diri.” Elvan berkata dengan nada sedikit penyesalan atas apa yang baru saja dilontarkan dari mulutnya. “Tidak masalah. Lagipula, kebetulan kamu menyinggungnya, maka aku akan cerita saja. Dia adalah anak cewek yang lucu! Cewek yang dengan berani mengajakku berkenalan terlebih dahulu saat anak-anak cewek lainnya hanya melihatku dari kejauhan.” Miko berkata dengan tersenyum dan pandangannya lurus ke depan. "Agresif dong kalo gitu! Aku sih ya kalo cewek begitu mending mundur aja!" Elvan menimpali. "Haha! Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, El! Dia ini cukup berani dan sangat terus terang, tidak munafik dan apa adanya." Miko berkata dengan mata yang berbinar menceritakannya. “Dia … salah satu yang sangat berbeda dari yang lain, entah darimana dia bisa mendapatkan banyak informasi tentangku. Kamu tahu, bahkan dulu, aku pernah beberapa
Mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Elvan itu membuat Miko terkekeh ringan. Dia benar-benar geli mendengar respon elvan ini. “Jangan terlalu keras, bersikap santailah sedikit, El. Kalau urusanmu selesai di luar, kamu masuk saja! Lagian ngapain sih kamu di luar?” tanya Miko. “Aku hanya menuruti kata calon istriku, dia bilang aku harus masuk setelah dia masuk terlebih dahulu, jadi aku sedang menunggu waktu yang tepat saja! Lagipula aku datang bukan untuk mengamati proyek itu! Aku datang untuk pekerjaan yang lain.” Elvan berkata santai. “Ya aku tahu kamu datang untuk pekerjaan menempel padanya, kan?” Miko berkata merujuk pada Diva. “Ada apa sebenarnya? Katakan saja jangan banyak basa-basi.” Elvan berkata sambil menyedot minumannya itu, dia tahu benar, tidak mungkin Miko hanya sekadar menghubunginya kalau tidak ada alasan dibaliknya. Miko tidak sekurangkerjaan itu. “Semua sudah selesai. Apa kamu tidak mau memberikan arahan pada mereka?" Pertanyaan Miko ini, membuat Elvan me