Georgie menunjukkan ekspresi tidak peduli dan berkata, "Dia tidak lebih dari seekor anjing keluarga Aryani. Dia bisa duduk di posisi komandan Pasukan Aryani Perbatasan Barat karena dukungan keluarga saja. Jika keluarga ingin menurunkannya, hanya butuh waktu sebentar saja." Chandra tidak berkomentar. Dari ucapan itu, Chandra memahami posisi Arya di dalam keluarga Aryani.Chandra memandang ke arah halaman rumah di depannya dan tanpa berpikir panjang, dia masuk ke dalam. Di dalam halaman, ada sebuah area istirahat dengan sebuah meja kayu. Seorang pria dan wanita duduk bersama, sedang asyik berbincang dan tertawa. Wanita itu berusia sekitar 17 atau 18 tahun, dengan rambut panjang dan poni, wajahnya putih dan masih tampak kekanak-kanakan.Pria itu berusia awal 20-an, mengenakan jubah putih lebar, dengan rambut sebahu. Chandra mengenali wanita tersebut. Itu adalah Devita. Chandra sedikit terkejut, dia lalu mendekat dan duduk di samping mereka kemudian tersenyum pada Devita, "Non Devita,
Chandra belum sempat melihat orang yang menyerangnya, titik akupunkturnya sudah terkena. Dia duduk di kursi, tidak bisa bergerak. Chandra melihat ke arah Ronny yang wajahnya penuh kemarahan, kemudian berkata dengan suara dingin, "Ronny, apa yang ingin kamu lakukan?"Ronny mendengus dingin, "Bawa dia ke Perbatasan Barat, suruh Ronald membawa Sonia ke keluarga Aryani di Perbatasan Barat untuk meminta maaf." Chandra merasakan penutup kepala hitam menutupi pandangannya. Sesaat kemudian, Chandra tidak bisa melihat apa-apa lagi. Dia dibawa pergi.Devita yang duduk di sisi melihat ke arah Ronny dan mencoba menenangkannya, "Ronny, jangan marah, nggak layak." "Kamu tahu apa?" jawab Ronny sambil duduk. Ronny berkata dengan suara dingin, "Dunia seni bela diri kuno Someria sudah seratus tahun tidak punya pemimpin. Dalam beberapa bulan ke depan, akan ada pertemuan untuk memilih pemimpin baru. Keluarga Aryani selama ini sangat rendah hati, sekarang berencana untuk muncul. Pernikahan dengan kelua
"Minggir!" Ronny keluar dari mobil dan dengan satu gerakan tangannya, dia melepaskan beberapa pukulan. Energi yang tercipta dari pukulannya seketika menjatuhkan para penjaga keluarga Atmaja. Dia mendekati pintu gerbang dan menendangnya.Bam! Pintu gerbang keluarga Atmaja seketika terbuka dengan keras. "Ronald, keluar kamu!" seru Ronny setelah memasuki halaman.Teriakannya menarik perhatian banyak orang dan segera saja, belasan anggota inti keluarga Atmaja bergegas keluar. Tak lama kemudian, Ronald muncul. Ronald melihat Ronny dan para prajurit bersenjata lengkap di belakangnya."Ayah.""Kakek."...Sejumlah orang menyapanya dengan hormat. Ronald mendekati Ronny, wajah tuanya menunjukkan senyum.Ronald bertanya, "Ronny, apa yang terjadi, kenapa kamu marah sekali?"Ronny menjawab dengan suara dingin, "Ronald, jangan pura-pura tidak tahu. Foto-foto Sonia dan Chandra sudah tersebar luas, sekarang semua orang tahu. Saya datang untuk memberitahumu bahwa Chandra sudah saya tangkap dan bawa
Ronald sekali lagi mengangkat kakinya, dan dengan keras menendang Sonia. Tubuhnya terlempar seperti bola, berguling keluar dan menabrak dinding hingga hancur. Tubuh Sonia terkubur di reruntuhan. Sebagai seorang praktisi seni bela dini, cedera seperti itu tidak membahayakan nyawanya. Sonia merangkak keluar dari reruntuhan di sudut dinding. Saat itu, rambutnya berantakan, mulutnya penuh darah, dan penampilannya sangat menyedihkan. Sonia merangkak dan berlutut di lantai, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Ronald menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Chandra sudah dibawa orang keluarga Aryani ke Perbatasan Barat. Kesalahan yang kamu buat, kamu yang harus memperbaikinya. Jangan libatkan keluarga Atmaja," katanya dengan dingin. Ronald kemudian berbalik dan pergi. Setelah dia pergi, Sonia pun jatuh terkulai di lantai.Sonia mengusap darah di sudut mulutnya, darah merah mewarnai telapak tangannya. Air mata mulai menggenang di mata Sonia. Dia mulai menangis, ter
Sonia duduk termenung sembari menggigit bibir. Di dalam hatinya, Sonia sangat ingin memohon Ronald untuk menyelamatkan Chandra. Akan tetapi, Sonia tak sanggup mengucapkan permintaan itu. Sikap Ronald terlalu kukuh. Demi menjaga kehormatan Keluarga Atmaja yang telah terbina ribuan tahun, Ronald bahkan bertekad tidak akan menunduk kepada Keluarga Aryani di Perbatasan Barat. Keluarga Aryani yang telah menantang, membuat Ronald memilih jalan untuk berdiri sebagai musuh mereka. Dengan tekad itu, Ronald memilih untuk menyepi dan bermeditasi, dan berencana tampil dominan di pertemuan besar nanti, menunjukkan kekuatannya.Sonia diam sendirian di halaman. Dia menenangkan diri cukup lama sebelum akhirnya berdiri dan meninggalkan belakang rumah. Baru saja sampai di halaman depan, tiba-tiba Sonia terhenti oleh suara seruan, "Berhenti!" Brandon dan beberapa pemuda Keluarga Atmaja menghadang jalan Sonia. Dengan kepala tertunduk, ia memanggil, "Brandon." Namun, reaksi Brandon begitu dingin d
Sonia masih berada di bandara, menunggu penerbangannya. Dia menghubungi Nova lebih awal untuk menceritakan secara detail tentang masalah Chandra yang diculik oleh Keluarga Aryani.Sonia tidak menyembunyikan apa pun. Mulai dari perjalanan Chandra ke Gunung Radan hingga insiden fitnah oleh Devita, semuanya diungkapkannya dengan terus terang.Nova tampak sangat serius mendengar seluruh cerita tersebut. "Aku lagi di bandara, sebentar lagi akan berangkat ke Rivera. Kita bicara lagi setelah aku sampai untuk merencanakan penyelamatan Kak Chandra," kata Sonia. Nova hanya mengangguk sebelum menutup teleponnya. Ia kemudian duduk termenung, mengingat bahwa Arya pernah mengatakan tentang rencana pernikahan antara Keluarga Atmaja dan Keluarga Aryani dan betapa kuatnya Keluarga Aryani sehingga membuat Keluarga Atmaja harus berhati-hati.Beberapa saat kemudian, Nova mencoba menghubungi Robi. Akan tetapi ternyata nomor Robi sudah tidak aktif. Nova ingat bahwa Robi sudah memintanya untuk tidak mengh
“Berapa banyak orang dengan Alam Dua dan Alam Satu?” tanya Sonia dengan tidak sabar.Nova menjawab, “Tiga puluh enam Alam Dua dan tujuh puluh dua Alam Satu.”Dengan keadaan Chandra yang kritis, Nova tidak menyembunyikan kekuatan Istana Raja Langit dan menceritakannya secara detail kepada Sonia. Nova mengakui kemampuan perencanaan Sonia lebih unggul darinya.Nova merasa kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa. Untuk menyelamatkan Chandra, ia harus mengandalkan Sonia.“Hmm,” desah Sonia dalam-dalam. “Cukup, itu sudah cukup.”Meski Sonia tidak tahu seberapa kuat keluarga Aryani, dari kekhawatiran kakeknya, ia bisa menebak bahwa keluarga Aryani tidak kalah kuat dari keluarga Atmaja.Dan keluarga Aryani juga memiliki orang yang setara dengan kakek Ronald.“Tapi, kamu bilang bahkan Ronald khawatir sama kekuatan keluarga Aryani? Ronald setidaknya berada di tingkat Alam Tujuh, ‘kan? Kalau pesilat keluarga Aryani bertindak, praktisi seni bela diri di Alam Empat nggak akan cukup,” kata Nova de
Penampilan semata tidak cukup untuk menakut-nakuti. Masih perlu ilmu andalan keluarga Atmaja, Rahasia 13 Pedang. Sonia belum pernah melihat metode inti atau buku pedangnya. Namun, sejak kecil Sonia sering mengikuti Ronald berlatih pedang dan diam-diam menghafal gerakannya. Sekarang, mereka hanya perlu meniru dan mempelajari teknik pedang itu. Jika tepat saatnya, mereka bisa mengecoh musuh. Saat ini, waktu mereka tidak banyak, hanya dua hari. Mereka harus mempelajari ilmu pedang itu dengan baik dalam waktu dua hari.Nova memikirkannya dan menyadari bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Chandra. Sonia rela mengorbankan nyawanya demi Chandra. Nova juga tidak akan menyerah begitu saja. Nova mengangguk tegas dan berkata, “Aku akan berusaha.”“Oke, kamu sebaiknya segera mengumpulkan pesilat Istana Raja Langit. Takutnya terlambat nanti,” kata Sonia.“Iya, akan kukerjakan,” jawab Nova....Sonia pergi ke Rivera untuk berdiskusi dengan Nova. Sementara itu, Chandra dibawa
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal
Chandra yakin dirinya bisa membunuh Anak Dewa. Oleh karena itu, Basita tidak berusaha menghentikannya. “Chandra, aku tidak akan menghentikanmu jika kamu sudah bertekad untuk membunuh Anak Dewa. Tapi, Anak Dewa bukanlah makhluk terkuat dari dunia lain. Sosok yang terkuat adalah Dusky yang sudah mencapai tingkat enam Alam Trasenden. Ada enam tingkatan di Alam Trasenden dan orang yang sudah melampaui tingkat enam akan masuk ke dalam Alam Suci.”“Kamu tidak boleh bertindak gegabah ketika kamu pergi ke Kota Dusky lagi. Kamu harus berbicara dengan baik agar Dusky mengizinkanmu untuk menghadapi Anak Dewa. Kamu juga harus membuat Dusky berjanji, masalah ini selesai jika Anak Dewa berhasil kamu bunuh.”“Apa kamu mengerti?”Chandra berkata dengan santai, “Ya, aku mengerti. Lagi pula, aku punya caraku sendiri.”Chandra pergi setelah selesai berdiskusi dengan Basita tentang niatnya untuk menantang Anak Dewa. Setengah hari kemudian, Chandra sudah muncul kembali di Gunung Bushu lalu bergegas pergi
Bagaimana mungkin Chandra bisa menanggapi dengan santai apa yang terjadi di Kota Dusky? Chandra menatap prajurit yang menghadangnya dengan tenang. Kemudian dia berkata, “Kedatanganku ke sini karena ingin menemui Basita. Aku akan pergi ke Kota Dusky setelah bertemu dengan Basita.”“Oke, kamu tunggu di sini. Aku akan melapor dulu.”Salah satu dari beberapa prajurit itu berbalik dan pergi, sedangkan prajurit lainnya menatap Chandra dengan waspada. Namun, Chandra tidak terlalu memikirkan sikap dingin para prajurit ini. Lagi pula, prajurit dari dunia lain memang sangat kuat, jadi wajar saja kalau prajurit bumi takut untuk menyinggung mereka. Chandra pasti akan melakukan hal yang sama kalau saja dia berada di posisi para prajurit bumi. Bagaimanapun juga, para prajurit dunia lain sudah banyak memakan korban manusia bumi. Tidak lama kemudian, prajurit yang melapor kembali lalu berkata, “Ketua bersedia bertemu denganmu. Ketua ada di gunung belakang.”Chandra melangkah maju dan mulai menaiki
Sasa melirik Chandra lalu menghilang dari pandangan dalam sekejap mata. Anehnya, Chandra tidak bisa merasakan kekuatan Sasa, sekalipun dia sudah menjadi pemilik Istana Abadi. Hal ini tentu saja membuatnya cukup terkejut. Perempuan yang luar biasa. “Leluhur, aku keluar dulu,” ujar Chandra sambil menatap Pak Tua Noa. “Tuanku, jangan panggil saya seperti itu. Panggil saja saya Noa,” balas Noa.Sekarang, Chandra adalah pemilik baru dari Istana Abadi. Itu artinya Chandra adalah penguasa Pak Tua Noa, jadi tidak pantas jika Chandra masih memanggilnya dengan sebutan leluhur. Namun, Chandra tidak mengatakan apa pun dan sebuah pemikiran muncul di benaknya lalu seketika dia sudah muncul di luar istana. Di luar istana, ada banyak prajurit yang berkumpul dengan raut wajah bingung. Mereka semua berasal dari dunia lain. Chandra muncul di tempat yang tidak ada orang di sekitarnya. Dia langsung tersenyum ketika melihat kerumunan orang-orang dari kejauhan. “Jadi kecil.”Sebuah pemikiran muncul di b
Sosok bayangan itu menghilang setelah dia tertawa terbahak-bahak. Si bayangan dan perempuan bergaun putih melihat peristiwa itu dari kejauhan dalam diam. Mereka sadar, Tuan mereka sekarang sudah benar-benar pergi dari bumi dan tidak akan pernah kembali lagi. Chandra tampak sangat gembira. Dia berjalan menghampiri peri dan mengambilnya. Tidak lama kemudian, si bayangan muncul di hadapan Chandra. Dia sedikit membungkuk lalu berkata dengan hormat, “Tuanku, memurnikah peri sangatlah mudah. Tuanku hanya perlu menyuntikkan energi sejati ke dalamnya.”“Terima kasih sudah memberitahuku,” ujar Chandra. Dia mengerahkan energi sejatinya lalu menyuntikkannya ke dalam batu kristal yang ada di tangannya. Batu kristal itu seketika berubah cerah lalu merasuk ke dalam alis Chandra dan menghilang. Saat ini, Chandra sudah terhubung dengan Rumah Abadi dan seluruh isinya. Dia juga tahu kalau ternyata nama Rumah Abadi ini adalah Istana Abadi Ceptra yang merupakan peninggalan Kaisar Ceptra di zaman kuno.
Pedang di tangan Chandra tiba-tiba saja terlempar dari tangannya. Kemudian perempuan bergaun putih bergegas menyerang Chandra kembali. Pedang di tangannya berhasil menyentuh dada Chandra, tapi dia tidak menusuk Chandra. Dia menatap Chandra lalu tersenyum kecil seraya berkata, “Kamu kalah.”“Aku kalah?” Chandra tercengang. Dia tidak pernah menyangka kalau dirinya akan kalah seperti ini. Bagaimana mungkin dia kalah begitu saja setelah berlatih dua tahun lamanya?“Belum tentu.”Chandra memanfaatkan kesempatan itu untuk melayangkan serangan balik kepada si perempuan bergaun putih. Dia mengangkat tangannya dan dua jenis energi sejati muncul dari kedua tangannya. Kedua energi itu bersatu dalam sekejap mata dan membentuk kekuatan yang sangat dahsyat. Si perempuan bergaun putih tidak menyangka kalau Chandra akan melakukan serangan balik di saat terpojok seperti ini. Sebenarnya, dia bisa dengan cepat menghindari serangan Chandra, tapi tiba-tiba saja dia mendapat pesan dari si bayangan. Dia
Perempuan bergaun putih itu tampak sangat antusias. Akhirnya, dia menemukan lawan yang setara setelah bertahun-tahun. Sekarang, dia tidak lagi menahan diri untuk mengeluarkan kekuatan maksimalnya di puncak segel kedelapan. Gaunnya berkibar dengan rambut yang menari-nari. Ditambah lagi, dengan aura yang mengerikan terpancar dari tubuhnya. Tubuhnya melesat dengan sangat cepat menuju Chandra. Dia mengangkat tangannya dan berusaha memukul Chandra dengan kekuatan telapak tangan yang berhasil mendistorsi udara di sekitarnya. Kekuatan telapak tangan ini mampu melukai prajurit yang sudah masuk ke Alam Trasenden. Namun, Chandra sama sekali tidak takut untuk menghadapi kekuatan telapak tangan itu. Dia justru bergerak maju dan menghadapi serangan perempuan itu.Duar!Energi sejati mereka saling beradu dan mengguncang kehampaan. Keduanya terus bertarung di area terbuka. Perempuan itu bergerak dengan sangat cepat, aneh dan sulit ditebak. Walaupun Chandra tidaklah lemah, semua serangannya bisa dit
Chandra berdiri di puncak gunung sambil menatap sebuah kota menakjubkan di kejauhan. Keinginannya untuk mendapatkan Rumah Abadi terasa semakin kuat. Chandra mengabaikan orang-orang yang berkumpul cukup banyak di puncak gunung dan memilih untuk langsung berjalan menuruni gunung. Tidak lama kemudian, dia sudah tiba di level pertama. Namun, manusia batu itu sama sekali tidak menyerangnya. Itu artinya dia tidak perlu lagi melewati level demi level untuk mencapai level sembilan. Hal ini membuat Chandra cukup senang karena dia bisa menghemat waktu lebih banyak. Dia terus berjalan tanpa hambatan menuruni gunung dan muncul di luar gerbang kota. Tubuhnya tiba-tiba melayang dan langsung mendarat di dalam kota ketika dia berada di luar gerbang kota. Dia melihat altar yang ada di depannya saat ini dengan kristal-kristal yang mengambang di udara. Ini adalah level sembilan dan tidak ada siapa pun di sana. Siapa pun yang bisa mencapai level ini pastinya sangat kuat, sedangkan orang-orang yang tida
Mereka menganggap manusia bumi sebagai pengkhianat yang pantas mati dan selalu memandang manusia bumi sebelah mata, tapi sejauh ini mereka belum pernah melakukan pembantaian. Karena masih ada manusia bumi yang sangat kuat, yaitu Basita. Walaupun kekuatan Basita sedikit di bawah Dusky, bukan berarti Basita adalah lawan yang mudah dikalahkan. Chandra langsung naik pitam ketika mendengar kata pembantaian. Dia menatap ke arah Anak Dewa sambil mengepalkan tinjunya. “Lihat saja nanti, apa kamu benar-benar berani melakukan pembantaian. Lagi pula, kamu pasti sudah mati di tanganku sebelum kamu berhasil melakukannya,” ujar Chandra tanpa bercanda sedikit pun. “Ayo,” ujar Chandra yang tidak ingin berlama-lama di Kota Dusky. Dia pergi meninggalkan Kota Dusky bersama tiga mahasiswi itu. Chandra mengawal mereka sampai keluar dari area Gunung Bushu dan muncul di sebuah pinggiran kota manusia bumi. Di sebuah pinggiran kota. Chandra menatap ketiga mahasiswi yang tampak kotor itu lalu berkata, “Ke