Tubuh Chandra seperti tersengat listrik, tetapi rasanya tidak sakit. Seluruh tubuhnya seperti terasa sangat ringan.“Selanjutnya bagian kening.”Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia mengambil jarum pertama dan menggerakkan energi sejati untuk masuk ke dalam jarum. Setelah itu dia menusukkan jarum tersebut, energi sejati dalam dirinya berkurang cukup banyak. Dia mengambil jarum ke dua dan menghabiskan sebagian energi sejatinya lagi.Jarum tersebut sangat aneh, seperti bisa mengambil energi sejati miliknya.“Jarum ketiga, kening bagian kanan.”Sonia terus melakukan kegiatannya. Setelah jarum ke sebelas, seluruh energi sejatinya sudah habis diambil. Wajahnya terlihat pucat pasi sambil berkata, “Nggak bisa, energi sejatinya habis terlalu banyak. Aku sudah nggak bisa menggunakan energi sejati lagi.”Chandra mengangguk karena dia tahu kalau menggunakan Jarum 81 Langit akan menghabiskan banyak sekali energi sejati. Selain itu, semakin banyak jarum yang digunakan, maka energi yang diambil juga
Ketika makan, Sonia bertanya pada Chandra bahwa apa yang sedang lelaki itu cari dan lihat. Akan tetapi Chandra hanya menggelengkan kepalanya. Setelah Chandra selesai makan, dia langsung pergi.Halaman belakang kediaman keluarga Atmaja.Sonia keluar dengan membawa piring dan alat makannya. Dia melihat sosok Ronald yang duduk tidak jauh di gazebo halaman. Melihat Ronald yang berada tidak jauh di gazebo, perempuan itu mendekat dan menyapa, “Kakek.”Ronald mengangguk kepala dan bertanya, “Bagaimana keadaan Chandra?”Sonia terlihat ragu dan berpikir sejenak sebelum akhirnya dia menggeleng dan berkata, “Nggak ada apa-apa, Lukisan Gunung Merabu sangat ajaib sekali. Gambar Meridian juga sangat aneh. Energi sejati mengalami kemunduran, begitu kekuatannya digerakkan maka energi dalam darah akan mengalir cepat. Untuk sementara masih belum ada informasi lebih lanjut.”“Terus pantau Chandra dan awasi dia. Kalau dia menyadari sesuatu, langsung kabari Kakek.”“Baik, Sonia mengerti.”Detik itu juga So
“Apa yang sudah kamu pahami?”Sonia menatap Chandra dengan terkejut. Lelaki itu menunjuk orang pertama dan menunjuk orang ke sepuluh lagi sambil berkata, “Lihat.”Perempuan itu melirik ke arah Gulungan Naskah Kuno dan langsung tersenyum sumringah sambil berkata, “Benar-benar harus dilakukan oleh dua orang baru bisa?”“Iya, seharusnya begitu. Mau coba?” jawab dan tanya Chandra.“Baik,” ujar Sonia sambil mengangguk. Wajah putihnya terlihat sangat antusias sekali.Gambar pertama orang tersebut sedang duduk bersila dengan kedua tangan diangkat ke atas kepala. Chandra mengikutinya. Sedangkan gambar kesepuluh, orang tersebut posisi kepalanya ke arah bawah dengan kedua tangan menyentuh tanah. Jika digabungkan seharusnya posisinya satu di atas dan satu lagi di bawah.Sonia melompat setinggi dua meter dan langsung menempelkan kedua telapak tangannya di atas telapak tangan lelaki itu. Gerakan pertama dan kedua berhasil digabungkan dengan sempurna. Dengan begitu, gambar meridian juga berhasil dis
Berdasarkan tebakan dari Sonia, kemungkinan karena sekarang Chandra belum ada energi sejati sehingga tidak bisa latihan. Setelah kondisi tubuhnya sudah pulih baru mereka akan coba lagi.Pagi harinya Sonia pergi, sedangkan Chandra memilih tetap tinggal di ruang rahasia bawah tanah. Tubuhnya sudah lumayan membaik dan bisa berlatih meditasi. Dengan begitu kondisi tubuhnya akan lebih cepat pulih.Sonia membawa piring dan mangkuknya keluar lagi dari ruang rahasia bawah tanah. Dia menemukan Ronald yang sedang duduk tidak jauh dari sana.“Kakek,” panggil perempuan itu mendekat.Ronald berdeham dan bertanya, “Bagaimana?”Sonia menggelengkan kepala dan berkata, “Nggak ada kemajuan apa-apa. Lukisan Gunung Merabu sungguh misterius sekali. Sekarang Chandra masih belum bisa memecahkan rahasia dari lukisan itu dan nggak bisa mendapatkan apa pun.”Ronald menghela napas berat.“Kakek, kenapa?” tanya Sonia.“Keluarga Nantaboga sudah mulai beraksi. Mereka bekerja sama dengan dua keluarga lainnya untuk m
Keluarga Atmaja sedang menghadapi bahaya dan Sonia juga menangkap maksud Ronald yang ingin menyerahkan Chandra. Dia memberikan ide untuk mengeluarkan Lukisan Gunung Merabu serta gambar meridian untuk menunjukkannya pada ketiga keluarga yang lain.Di waktu yang sama, Ronald bisa meminta mereka untuk mengeluarkan lukisan mereka juga dan menggabungkan keempat lukisan tersebut. Dengan begitu maka tidak hanya menghapus kecurigaan mereka pada keluarga Atmaja, tetapi yang paling penting Sonia juga bisa melihat lukisan yang lainnya. Mungkin saja dia bisa membuka rahasia keempat gambar tersebut.Ronald menggelengkan kepalanya tidak setuju. Jika lukisan keluarga Nantaboga tidak dicuri, mereka tidak akan yang bersedia mengeluarkan lukisannya. Mereka sudah menyimpan lukisan tersebut selama ribuan tahun lamanya, kalau mau ditunjukkan maka sudah sedari dulu menunjukkannya pada mereka. Untuk apa menunggu hingga saat ini?Yang namanya manusia sudah pasti egois dan mementingkan diri sendiri, sama halny
Chandra tersenyum masam dan berkata, “Kalau mencurinya bisa-bisa keluarga Atmaja juga akan menghabisiku.”“Kalau begitu kamu hanya akan menerima pembalasan dari keluarga Atmaja saja. Tapi kalau nggak kamu akan dikejar oleh tiga keluarga yang lain. Sedangkan kamu itu keturunannya keluarga Atmaja. Sebelum Kakek nggak menanyakan tentang lukisan, nggak akan ada yang membunuhmu. Selanjutnya kamu putuskan apa yang harus kamu lakukan.”Chandra menggelengkan kepalanya tidak setuju. Dia masih terlalu lemah dan dia lebih memilih untuk menghadapi pertempuran ini. Kalau dia tidak membunuh Teuku, mungkin dia bisa lolos. Chandra menenggelamkan kepalanya dan melanjutkan makannya.Setelah selesai, Sonia bangkit berdiri sambil membawa piring kosong dan berkata, “Masih ada dua hari, sebaiknya kamu pikirkan baik-baik.”Sonia pergi dan Chandra duduk bersila di tempat. Dia merasa cara yang disarankan oleh Sonia tidak bisa dia ikuti. Akan tetapi cara pertama masih bisa, hanya saja terlalu sulit. Hanya tersi
Chandra berencana memaksakan diri menyelesaikan semua gambar meridian itu hingga aliran darahnya mengalir deras dan organnya hancur. Seluruh isi tubuhnya terluka hebat hingga akhirnya Chandra terbaring di lantai dengan darah yang mengucur deras.Banyaknya darah tersebut mengalir membasahi Gulungan Naskah Kuno dan juga Lukisan Gunung Merabu. Detik selanjutnya, Lukisan Gunung Merabu mengalami perubahan yang aneh. Sebelum Chandra tidak sadarkan diri, dia melihat bahwa gambar bulan di lukisan itu menghilang dan bunga putih tersebut layu. Matahari muncul di langit dan bersinar dengan terang.Gambar dalam lukisan tersebut mengalami perubahan. Di dalam hutan pegunungan muncul sebaris tulisan kecil yang membuat Chandra membelalak. Dia menatap lukisan tersebut dengan lekat dan juga tulisan di gunung yang perlahan muncul.Tulisan tersebut adalah tulisan tradisional yang memang ada seribu tahun yang lalu. Chandra pernah mempelajari aksara tersebut. Dia mencoba mengingat tulisan tersebut dengan su
Detik berikutnya Chandra terbangun. Dia mendengar ucapan Ronald dan dengan lemas bertanya, “Beneran nggak tertolong?”“Nggak,” jawab Ronald sambil melirik pemuda itu. Setelah itu dia berbalik dan berjalan pergi.Di dalam kamar hanya tersisa Chandra dan Sonia. Dengan lemas Chandra bertanya, “Di mana Lukisan Gunung Merabu?”“Di ruang rahasia bawah tanah.”“Ada-ada yang aneh?”“Ha? Nggak ada,” jawab Sonia terheran-heran.“Ada yang salah! Pasti sesuatu telah terjadi. Kamu bawa aku ke sana untuk lihat. Mungkin saja rahasia dari Lukisan Gunugn Merabu sudah terbuka,” ujar Chandra.“Tapi kondisimu ….”“Cepat bawa aku pergi.”Sonia tidak bisa menang melawan Chandra sehingga dia hanya bisa menggendong lelaki itu ke arah ruang rahasia. Sebelum mendekati halaman belakang, seorang lelaki tampan dengan pakaian berwarna putih mendekat.“Sonia, kamu sedang apa?” tanya lelaki itu ketika melihat Sonia menggendong lelaki yang penuh darah.“Kak Brandon.”Brandon menatap Chandra dan mendengus sambil berkat
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal