Saat ini, Chandra telah tiba di dalam gua bawah tanah.Di saat itu, Chandra sudah berada di dalam gua bawah tanah. Tubuhnya merasa berat dengan pakaian selam yang dikenakannya. Berjalan dengan itu sangat merepotkan. Chandra memutuskan untuk melepaskannya."Kak Chandra, di depan sana," seorang pasukan menunjuk ke arah depan."Oke."Chandra mengangguk dan berkata, "Ayo tunjukkan jalan.""Sayang, aku tuntun saja," Nova menopang Chandra, mengingatkannya, "Gua bawah tanah ini lembab dan banyak lumut. Hati-hati."Dengan bantuan Nova dan arahan dari pasukan, Chandra bergerak pelan menelusuri gua. Jalan setapak dalam gua ini seperti labirin. Jika Chandra tidak mempersiapkan dan mengirim orang lebih dulu untuk mengeksplorasi, mungkin ia akan tersesat di sini selama berhari-hari.Setelah hampir setengah jam berjalan, pasukan yang memimpin berkata, "Ini tempatnya."Mereka menyoroti area depan dengan lampu senter, dan Chandra melihat sebuah ruangan luas dengan sebuah batu besar setinggi lebih dari
Para prajurit berdiskusi pelan. Chandra berpikir sejenak, kemudian memerintahkan, “Coba kalian periksa, apa ada sesuatu di tumpukan reruntuhan batu itu?”“Baik.”Para prajurit mengangguk.Meskipun tempat ini terasa aneh, mereka tidak berani tidak mendengarkan perintah Chandra. Chandra adalah Dewa Perang, idola mereka. Meskipun Chandra saat ini tidak punya posisi apa-apa, tetapi dalam hati mereka, Chandra tetaplah Dewa Perang yang mereka hormati.Para prajurit ini berjalan ke arah tumpukan batu, kemudian mulai membongkar puing-puing tersebut.Patung kepala naga memang sudah roboh dan berubah menjadi tumpukan batu. Bongkahan batu-batu tersebut tidak terlalu besar sehingga mereka dapat dengan mudah mengangkatnya.Tidak lama kemudian, puing-puing berhasil dibersihkan.Chandra mendekat membawa senter untuk menerangi lantai.Dia memerintahkan, "Coba bersihkan dengan lebih rapi.""Baik," prajurit yang ikut serta mulai membersihkan batu-batu kecil dari lantai.Chandra terus menerangi dengan s
"Kita pergi sama-sama," ujar Chandra.Dalam situasi seperti ini, Chandra tak mungkin pergi sendiri.Jika dia pergi, itu berarti dia akan meninggalkan saudara-saudaranya dalam jalan buntu."Naga Abur, Kak Chandra lemah dan sulit bergerak, kamu bawa dia di punggungmu," suara dalam kegelapan memerintahkan."Baik."Prajurit yang disebut Naga Abur segera menjawab."Ayo pergi. Kalau nggak segera pergi, kita nggak akan sempat lagi." Chandra tampak panik melihat cahaya di kejauhan yang bergerak semakin mendekat."Naga Abur, bawa Kak Chandra. Yang lain, bersiap bertempur,"Naga Abur segera menggendong Chandra, berdiri, dan berkata, "Nova, ayo."Dia menggendong Chandra dengan satu tangan, dan dengan tangan lainnya menarik Nova, bergerak cepat menuju ke dalam gua. Chandra menutup matanya. Dia tahu bahwa orang-orang yang tinggal di sana pasti dalam bahaya.Tidak lama kemudian, terdengar suara tembakan. Tembakan terus berlangsung selama sekitar sepuluh menit. Setelah itu, gua menjadi tenang.Sement
Di tangan mereka ada senjata. Di kepala mereka terpasang senter dengan cahaya yang sangat terang. Lebih dari dua puluh senter menerangi gua gelap.Chandra sadar bahwa ia harus menembak. Jika mereka mendekat, kematian sudah pasti menunggunya. Dengan senjata di tangannya, "Dor!" Chandra memutuskan untuk menembak. Dentuman senjata memekakkan telinga dan tidak lama kemudian, seseorang jatuh tak berdaya di kejauhan."Berlindung!" teriak seseorang dalam kegelapan. Lebih dari dua puluh orang dengan cepat mencari tempat berlindung. Setelah menembak, Chandra tidak berani bertindak gegabah. Ia tahu bahwa orang-orang ini adalah pembunuh bayaran berpengalaman. Mereka dapat mengetahui posisi Chandra dari suara tembakannya. Jika Chandra menampakkan diri, hujan peluru dari senapan mesin pasti akan menyambutnya.Chandra bersembunyi di belakang batu. Satu-satunya cara bagi Chandra untuk bertahan adalah dengan mengambil senjata dari musuh. Jika dalam keadaan optimal, itu bukan masalah besar. Tapi sekara
"Benda apa?" kata Chandra dengan nada datar."Jangan pura-pura bodoh." Blacky melepaskan Nova, menodong Chandra dengan senjata, lalu berkata dengan suara dingin, "Chandra, serahkan benda itu dan aku akan membunuhmu dengan cepat. Kalau tidak, aku akan membuatmu nggak bisa hidup dan nggak bisa mati."Dengan senjata ditodongkan ke arah kepalanya, Chandra tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan.Jika Chandra memang penakut, ia tidak akan bisa hidup sampai sekarang."Kamu nggak akan berani membunuhku. Kalau nggak, kamu nggak akan bisa selesaikan tugasmu," kata Chandra dengan nada datar.Ia menatap Blacky kemudian berkata, "'Si Teuku' yang menyuruhmu, 'kan? Aku sudah terluka begini, Teuku masih saja nggak tenang. Dia masih saja mengirim orang mengawasiku. Tapi, memangnya dia tahu apa yang aku cari?""Nggak mau kasih?"Wajah Blacky berubah. Dia berbalik, menembak Nova.DENG. Nova terkena tembakan di pahanya. Dia menjerit kesakitan hingga kehilangan suara."Ah ...."Suara jeritan itu terdengar
Ini adalah kesempatan satu-satunya yang dapat dipertaruhkan oleh Chandra. Jika dia kalah dalam taruhan ini, maka itu berarti Chandra akan beristirahat selamanya di tempat ini.Perlahan Chandra berpura-pura mengambil kotak itu. Saat mengambilnya, diam-diam Chandra mengambil beberapa batu kecil. Chandra memandang Blacky yang berjarak dua meter darinya, sambil tersenyum ringan, Chandra berkata, "Begini cara bukanya. Perhatikan baik-baik."Mata Blacky terpaku pada kotak di tangan Chandra. Demikian juga orang lain. Namun, kotak di tangan Chandra tiba-tiba terlepas dan jatuh ke tanah."Aduh ...." Chandra berseru kaget dengan suara lemah, "Aku terlalu lemah sekarang. Bahkan pegang saja nggak stabil. Siapa yang bisa membantuku pegang ini?"Blacky memerintahkan, "Kamu, bantu dia."Seorang bawahannya segera berjalan mendekat dan mengambil kotak yang jatuh ke tanah. Saat itulah, Chandra melambaikan tangannya. Batu kecil terbang melesat dari tangan Chandra.Sementara itu, dia segera bergerak, men
Nova juga tertembak dua kali, kedua peluru itu mengenai kakinya. Dia sebenarnya ingin sekali membawa Chandra pergi.Namun, Nova dapat merasakan darah mengalir dari kakinya. Jika Nova bergerak lagi, dirinya akan mati kehabisan darah. Dan apalagi, setiap kali bergerak, rasa sakit yang hebat seketika menyerang kedua kakinya.Rasa sakit itu menusuk hingga ke ulu hati, membuat Nova menangis. Nova benar-benar tidak berani bergerak lagi.Nova memeluk Chandra dengan erat, membiarkan Chandra yang pingsan bersandar di tubuhnya.….Setelah mendapat telepon dari Sandra, Arya segera mengirim pasukan.Kurang dari setengah jam, pasukan Arya sudah sampai di daerah Gunung Bondas.Langit dipenuhi dengan helikopter.Pintu helikopter terbuka, tali jatuh ke bawah, beberapa prajurit bersenjata lengkap turun dengan tali itu.Area pertempuran di tepi sungai sudah dibersihkan. Mayat-mayat juga sudah diseret ke satu tempat.Hanya ada beberapa tentara bayaran yang menunggui Abdul yang sedang sekarat."Kakak, ada
“Selama itu?” Chandra tidak menyangka dirinya telah tidur selama tiga hari. “Gimana kondisi yang lain sekarang?” tanya Chandra. Sandra diam. “Gimana?” desak Chandra.Sandra kemudian menjawab, “Nova nggak apa-apa. Dia cuma tertembak dua kali, kehilangan banyak darah. Sekarang dia masih di ruang ICU. Jenderal Abdul juga nggak apa-apa, lukanya memang agak berat. Selain mereka, semua … semuanya mati ….” Suara Sandra tercekat. Mendengar hal itu, Chandra tercengang. Dia bersandar di tempat tidur, menatap dinding putih di depannya. Seketika, bayangan puluhan prajurit muncul di kepalanya. Sudut mata Chandra tanpa disadari basah, air matanya mengalir. “Mati, semuanya mati?” Chandra tidak percaya dengan kenyataan ini. Puluhan prajurit itu gugur begitu saja untuknya. “Kak Chandra ….” Melihat ekspresi Chandra, Sandra mencoba menghiburnya, “Kamu nggak usah nyalahin diri sendiri. Mereka semua berharap kamu bisa terus hidup.” Chandra sedikit memiringkan badannya sembari menatap Sandra. Dia berta
Klan Guno adalah sebuah klan yang sangat besar, sekalipun bangunan yang mereka bangun tampak cukup aneh. Chandra dan Tosan mendapatkan sebuah bangunan beserta halaman sendiri untuk mereka tinggali sementara waktu. Di saat yang bersamaan, Verda pergi memberikan laporan kepada tetuanya. Terdapat banyak gunung di belakang desa yang terdapat banyak bangunan di puncaknya. Orang-orang yang tinggal di atas gunung adalah orang-orang penting dan berkuasa di Klan Guno. Saat ini, ayah Verda sedang mengasingkan diri, jadi semua urusan Klan Guno diurus oleh Tetua Trada. Verda memanjat gunung di mana Trada tinggal. Di puncak gunung, seorang laki-laki tua berusia 70 tahunan sedang duduk di atas tanah sambil bermain dengan serangga di sekitarnya. “Tetua,” sapa Verda.“Ya, Verda,” balas orang tua itu.Dia menatap Verda yang berjalan menghampirinya lalu mengambil jangkrik dari atas tanah dan bertanya, “Ada apa?”Verda berkata tanpa daya setelah melihat penampilan Trada yang berantakan, “Bukan masalah
Suara Verda kembali bergema. Yosan baru sadar. Dia melihat ke arah Verda dengan ekspesi malu di wajahnya. “Sebenarnya, kali ini aku datang ke Klan Guno untuk minta setetes Darah Guno.”“Darah Guno?”Verda langsung berdiri. Dia menatap Yosan dengan ekspresi heran di wajahnya dan berkata, “Tetua mungkin nggak tahu. Darah Guno diciptakan oleh leluhur kami dengan menggunakan kultivasi seumur hidupnya sebelum dia meninggal. Itu hanya berguna bagi kami para Klan Guno. Bukan orang Klan Guno, maka kamu nggak bisa pakai Darah Guno. Selain itu, kekuatan Darah Guno sangat dahsyat. Jika dipakai orang yang bukan dari Klan Guno, tubuhnya akan meledak dan dia akan mati seketika.”“Nggak separah itu kali,” celetuk Chandra.Verda melirik Chandra sekilas. Yosan langsung berkata, “Muridku terlalu banyak bicara. Jangan hiraukan dia.”Verda mengibaskan tangannya. Dia terlalu malas untuk mempermasalahkan hal seperti ini dengan Chandra. Namun, dia tidak pernah bertemu dengan Chandra sebelumnya. Oleh karena
Chandra semakin bingung ketika mendengar percakapan Yosan dan perempuan bernama Verda itu. Dia melihat ke arah Verda yang berdiri di depan beberapa pengawal Klan Guno dan berpikir dalam hati, “Jangan-jangan, dia juga murid Sekte Dayan?”“Silakan, Tetua.”Verda memberi isyarat mempersilakan dan mengundang Yosan untuk masuk. Yosan menganggukkan kepala, lalu melihat ke arah Chandra dan berkata, “Ayo, kita masuk dulu.”Verda membawa Yosan dan Chandra masuk ke daerah Klan Guno. Di depan mereka terbentang barisan pegunungan. Namun, begitu mereka melangkah ke depan, pemandangan seketika berubah. Mereka masuk ke sebuah tempat dengan pegunungan indah dan danau yang jernih seperti dunia khayalan dengan energi spiritual yang melimpah.Daerah terluar ada beberapa lahan spiritual. Ada banyak orang yang menanam di ladang. Di depan ada beberapa bangunan. Bangunan-bangunan itu tidak mewah, malah tampak sederhana. Chandra merasa dirinya seperti datang ke desa kecil di pegunungan.Dalam perjalanan, Chan
Yosan dan Chandra melakukan perjalanan selama beberapa hari. Seminggu kemudian, Yosan dan Chandra tiba di hutan yang luas.“Guru, Klan Guno ada di hutan ini?” tanya Chandra yang tampak bingung, seperti meragukan.Yosan mengangguk pelan. “Pegunungan ini namanya Gunung Sanguna. Markas besar Klan Guno berada di sini. Klan Guno selalu merendah. Orang-orang Klan Guno jarang ke dunia luar.”Yosan menunjuk ke arah pegunungan di depan dan berkata, “Gunung Sanguna dilindungi oleh formasi yang sangat kuat. Prajurit kuat mana pun yang masuk tanpa izin dari Klan Guno akan mati dengan mengenaskan dalam formasi itu.”Chandra mengangguk pelan. Yosan sudah berjalan lebih dulu. Chandra pun segera mengikuti di belakang. Sesaat kemudian, mereka tiba di sebuah tempat terbuka. Di tempat itu terdapat tiga tugu batu yang tingginya lebih dari 30 meter. Diatas tugu batu terukir beberapa patah kata dengan huruf yang besar.Gunung Sanguna merupakan kawasan terlarang. Orang luar tidak boleh masuk atau kalian akan
Chandra pergi bertarung dengan Harimau Langit lagi. Bertarung dalam artian Chandra hanya menerima pukulan secara pasif. Karena tingkat kekuatannya sangat lemah. Chandra sama sekali tidak mampu melukai Harimau Langit yang super besar itu.Lebih dari satu jam kemudian, Chandra terluka lagi. Dia mencoba menyerap kekuatan Pil Enam Yang lagi. Setelah menyerap kekuatan itu, luka-luka di tubuhnya pun sembuh.Yosan hanya memperhatikannya dengan tenang di samping. Sungguh menakjubkan. Chandra terluka sangat parah. Biasanya, butuh waktu lama untuk pulih dari luka separah itu. Namun, Chandra bisa menyembuhkan luka-lukanya sembari menyerap kekuatan Pil Enam Yang.Tubuh Chandra benar-benar ajaib. Bahkan Yosan yang merupakan tetua Sekte Dayan pun merasa takjub. Selanjutnya, Chandra terus bertarung dengan Harimau Langit di hutan Primordial. Dia memanfaatkan kekuatan Harimau Langit untuk memukul tubuhnya sendiri dan merangsang kekuatan Pil Enam Yang di dalam tubuhnya. Kekuatan fisik Chandra pun terus
Setelah mendengar pertanyaan Yosan, Chandra tertegun sejenak. Belum sempat dia menjawab, Yosan mengajukan pertanyaan lagi.“Selain itu, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu berasal dari keluarga mana? Setahu aku, nggak ada keluarga Atmaja di Primordial.”Yosan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Chandra juga berpikir keras. Dia bukan orang dari Primordial, tapi dari Bumi. Saat ini, dia ragu-ragu untuk menjawab. Dia tidak tahu apakah dia harus mengungkapkan identitasnya. Chandra khawatir, karena orang-orang di 3000 dunia tersegel sangat memusuhi manusia di Bumi. Chandra khawatir kalau dia mengungkapkan identitasnya, sikap Yosan terhadapnya akan berubah.“Kenapa? Ada yang nggak bisa kamu ceritakan padaku?” tanya Yosan. “Kalau nggak nyaman untuk diceritakan, aku nggak akan paksa kamu.”Chandra berpikir sejenak. Menurutnya, Yosan adalah orang yang baik. Dia juga merasa kalau dia tidak seharusnya menyembunyikan identitasnya dari Yosan. Jika sikap Yosan terhadapnya berubah setelah dia mengu
“Chandra, ini Harimau Langit, penguasa hutan ini. Kekuatannya setara dengan prajurit tingkat kelima Alam Kesucian. Sangat bagus kalau kamu pakai dia untuk latih tubuhmu.”Suara Yosan bergema dari kejauhan. Chandra tampak tak berdaya. Tingkat kelima Alam Kesucian memang tidak termasuk kuat. Jika dia menggunakan Jurus Langkah Melawan Langit, Chandra bisa membunuh Harimau Langit itu dalam hitungan menit.Akan tetapi, Harimau Langit itu terlalu besar. Chandra tampak terlalu kecil ketika berdiri di depan monster itu. Sebelum Chandra sadar, Harimau Langit sudah melancarkan serangan. Harimau Langit membuka mulutnya dan menyemburkan sinar energi hitam.Chandra sedang berpikir bagaimana caranya menghindar. Namun jika dia menghindar, efek latihan tubuhnya akan hilang. Jadi dia tidak menghindar, melainkan memilih menghadapi Harimau Langit secara langsung.Cahaya hitam menyerang ke arah Chandra dan menghantam dadanya, hingga membuat dada Chandra menjadi cekung ke dalam. Chandra sengaja mengendali
Yosan juga terkejut dengan tekad Chandra. Kekuatan Pil Enam Yang terus disempurnakan, kekuatan fisik Chandra juga terus tumbuh menjadi lebih kuat.Satu malam berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, rasa sakit di tubuh Chandra jauh berkurang. Dia pun berhenti berlatih. Yosan yang berada di sampingnya bertanya, “Bagaimana?”“Setelah berlatih semalaman, aku merasa kekuatan fisikku jadi jauh lebih kuat, tapi aku baru menyempurnakan kurang dari satu persen kekuatan Pil Enam Yang. Masih ada kekuatan yang sangat kuat di tubuhku yang nggak bisa aku serap,” jawab Yosan.“Seperti itulah Pil Enam Yang. Kalau kamu ingin serap kekuatan ini, kamu butuh bantuan dari luar,” ujar Yosan.“Iya,” kata Chandra sambil menganggukkan kepala.Chandra tahu apa maksud bantuan dari luar yang Yosan katakan. Chandra harus menerima pukulan.“Sini, aku bantu kamu,” kata Yosan sambil tersenyum.Sebelum Chandra sadar, Yosan tiba-tiba menyerangnya. Saat Yosan mengangkat tangannya, energi sejati yang sangat kuat keluar d
Yosan menyetujui semua persyaratan yang diajukan keluarga Lowen agar Chandra bisa meraih hasil baik dalam kompetisi besar sekaligus membuat para tetua dan ketua sekte terkesan. Duno membawa Yosan pergi keluar ruangan bersama, sedangkan Chandra tetap menunggu di dalam kamar. Kurang lebih satu jam kemudian, Yosan akhirnya kembali dengan raut wajah yang tidak terlihat terlalu baik. “Master,” sapa Chandra penuh hormat. “Chandra, aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu. Aku mengorbankan berbagai hal yang kukumpulkan selama bertahun-tahun. Aku akan sangat menyesal telah menjadi gurumu kalau sampai kamu tidak berhasil meraih hasil yang baik dalam kompetisi besar nanti,” ujar Yosan pasrah. Raut wajah Chandra seketika tampak malu. Bagaimanapun juga, dia tidak yakin bisa mendapatkan hasil baik dalam kompetisi besar nanti. “Ayo, kita tetap harus pergi ke Klan Guno malam ini juga. Kamu bisa minum Pil Enam Yang di perjalanan nanti,” ujar Yosan yang memilih untuk tidak tinggal terlalu lama di