Chandra tahu kondisi penyakit Grace. Lebih tepatnya, itu bukan semacam penyakit, melainkan kondisi khusus yang disebabkan oleh tubuhnya yang memiliki energi Yin yang kuat. Tubuh Grace mengalami kelebihan energi Yin dan kekurangan energi Yang sehingga menyebabkan ketidakseimbangan energi Yin dan Yang. Selama ini, dia terus memakan obat yang menambah energi Yang sehingga bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Seiring dengan usianya yang bertambah, kondisi tubuhnya perlahan membaik, energi Yin yang dilepaskan tubuhnya juga makin banyak. Namun, ketika keseimbangan ini terganggu, itu akan menjadi hari kematian Grace.Penyakit seperti ini sangat sulit untuk diobati dan hanya bisa diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan. Jika ingin menyembuhkannya sepenuhnya, Chandra sendiri juga merasa kesulitan."Grace, penyakitmu ini sedikit sulit. Begini saja, aku akan membukakan resep untukmu dulu. Kamu pulang, cari obatnya dan rawat dirimu dulu. Kalau makan obat sesuai dengan resep yang aku tuliskan, kamu
Rivera adalah sebuah kota bersejarah yang kaya akan budaya. Dulunya, ini adalah ibu kota dari beberapa kerajaan silam. Jalan Medis merupakan ciri khas dari Rivera. Selain Jalan Medis, ada juga Jalan Antik. Jalan Antik juga sangat ramai dengan ratusan toko barang antik di dalamnya, di antaranya ada banyak toko yang sudah berusia ratusan tahun.Chandra dan Grace pergi ke Jalan Antik bersama-sama. Di sana, yang terlihat adalah para pedagang yang berjajar di sepanjang jalan dengan barang-barang antik dan lukisan yang diletakkan di atas meja. Ada beberapa pejalan kaki yang berjongkok di jalanan dan memilih dengan serius. Mereka mencoba mencari benda berharga dengan nilai beli yang murah.Grace yang ikut bersama Chandra menatap pemandangan di sekelilingnya, lalu dia bertanya, "Kak Chandra, apa kamu mengerti barang antik?"Chandra menggelengkan kepalanya dengan pelan dan berkata, "Nggak."Dia menjadi prajurit selama sepuluh tahun dan hanya berhadapan dengan pelatihan khusus tanpa henti serta
"Nak, kotak ini nggak biasa, jadi diletakkan di brankas bank. Kalau kamu mau melihatnya, aku harus meminta izin dari bosku dulu. Tapi, bukan semua orang bisa melihatnya. Begini saja, kamu beri tahu aku identitasmu, dengan begitu aku bisa memberi tahu bosku," kata pria tua itu.Sebelum Chandra berbicara, Grace langsung menjawab, "Keluarga Wahyudi dari wilayah utara, ayahku bernama Gilang Wahyudi.""Baik, aku akan memberi tahu bosku. Silakan kalian lihat-lihat dulu," ucap pria tua itu sebelum pergi.Sementara itu, Grace juga menarik Chandra dan berkata, "Kak Chandra, ayo kita lihat-lihat.""Oke," jawab Chandra sambil mengangguk dengan pelan.Pria tua itu pergi ke ruangan di lantai tiga dan mengetuk pintu dengan pelan."Masuk." Terdengar sebuah suara dari dalam ruangan tersebut.Pria tua itu mendorong pintu dan masuk, lalu dia berkata dengan penuh hormat, "Bos, ada orang yang datang menanyakan tentang kotak yang digali dari makam kuno Raja Januar.""Akhirnya sudah datang? Sudah selama ini
Setelah mendapatkan 20 triliun dari Chandra, Nova pun mulai membuat rencana menggunakan uang tersebut. Dia selalu mengingat budi keluarganya, jadi dia juga tidak melupakan mereka setelah memiliki uang. Dia memberikan ayah dan ibunya masing-masing 200 miliar. Namun, baru saja memberikan uang itu, 200 miliar milik Boni langsung diambil oleh Yani. Setelah mengetahui hal itu, Nova juga merasa tidak berdaya.Kemudian, Nova diam-diam memberikan Boni 1 miliar lagi untuk dia gunakan. Boni adalah orang yang penurut dan tidak punya posisi apa pun di Keluarga Kurniawan, tetapi dia memiliki hobi yang banyak. Selama ini, dia sangat menyukai barang antik dan terus mempelajarinya.Setelah memiliki uang, dia pun pergi ke Jalan Antik dengan harapan bisa mendapatkan barang bagus dengan harga murah. Namun, dia tetap tidak menemukan benda bagus setelah berkeliling seharian. Saat sedang jalan-jalan di Jalan Antik, dia tanpa sadar tiba di depan Toko Antik Bartele.Boni mendongak dan melihat papan nama Toko
Namun, harganya terlalu mahal. Meskipun Nova sudah memberikannya 1 miliar, harga piring giok ini sekitar 6 miliar. Boni hanya bisa meletakkan kembali piring giok itu dengan hati-hati. Akan tetapi, karena terlalu gugup dan berhati-hati, dia tidak sengaja menyenggol lemari sehingga menyebabkan piring giok itu jatuh ke lantai.Prang!Piring giok itu seketika pecah menjadi puing giok."Ini …." Boni sontak terpaku sejenak dan berdiri di samping dengan mata terbelalak.Begitu melihat hal itu, raut wajah Anastasia sontak berubah. Dia pun menghardik dengan wajah yang ketus, "Pak, aku sudah mengingatkanmu untuk berhati-hati. Kalau rusak, kamu harus mengganti kompensasi sesuai harganya.""Aku … aku … maaf, aku tidak sengaja," ucap Boni yang terus-menerus meminta maaf."Apa meminta maaf ada gunanya? Harganya 7.6 miliar, kamu bayar sesuai harganya. Kalau nggak, kamu nggak bisa keluar dari toko ini hari ini," ucap Anastasia dengan suara dingin.Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon bos
Grace berjalan ke depan, lalu memapah Boni yang terbaring di jalanan. Kemudian, dia bertanya dengan penuh perhatian, "Paman, kamu baik-baik saja?"Boni dipukuli hingga babak belur dan mulutnya masih mengeluarkan darah. Dia bergegas menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak … nggak apa-apa."Saat ini, Gofan berkata sambil tersenyum, "Karena Nona Grace bersedia ganti rugi, kalau begitu masalah ini selesai." Selanjutnya, Gofan melirik Boni dan berkata,"Pergi sana.""Chandra …." Boni menatap Chandra dan tampak ragu. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi dia mengurungkan niatnya. Sebab, sekarang Chandra sudah bercerai dengan Nova dan bukan menantunya lagi.Chandra meliriknya sekilas, lalu berkata kepada Grace, "Apanya kamu bayar? Apa kamu punya banyak uang? Keluarga Kurniawan punya uang, kamu nggak perlu memberikan beberapa miliar itu.""Kak Chandra, bukankah dia …." Grace hendak berbicara, tetapi dia seketika teringat bahwa Chandra sudah bercerai dengan Nova. Jadi, dia pun tidak melanju
"Berhenti membuat onar, aku malas meladenimu." Chandra mengeluarkan sepuntung rokok dan tidak menggubris Nova lagi.Pada saat ini, Gofan datang sambil membawa Boni. Dia lalu berkata, "Nova, ayahmu merusak sebuah piring giok dari Dinasti Tangerin yang harganya 7.6 miliar. Aku memberimu diskon dan kamu cukup bayar 7 miliar saja. Setelah itu, kamu bisa membawa Boni pergi."Nova sontak marah begitu melihat Boni yang ditarik oleh beberapa pria kekar dan dihajar hingga babak belur.Dia lalu berbalik untuk melihat Chandra dan langsung menyalahkan Chandra. Dia berkata, "Chandra, apa yang kamu lakukan? Kamu ada di sini, kenapa ayahku masih saja dipukul?"Nova tahu keterampilan bela diri Chandra. Beberapa pria kekar itu sama sekali bukan lawan Chandra. Sekarang, Chandra berada di Toko Antik Bartele, tetapi ayahnya malah dipukuli hingga babak belur.Chandra berkata dengan datar, "Aku sudah membantu untuk menghentikan. Kalau nggak, dia mungkin akan dipukuli lebih parah.""Membantu?" Nova berkata d
Di area istirahat Toko Antik Bartele.Chandra sedang memainkan "Plants VS Zombie", tetapi sosok Nova terus muncul dalam benaknya. Mungkin yang Grace katakan memang benar. Dia tidak membiarkan Grace membayar benda itu dan menyuruh Nova untuk datang adalah karena dia ingin bertemu Nova. Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Nova, tapi dia tidak bisa mengatakannya setelah bertemu dengan Nova. Chandra merasa bahwa itu hal yang tidak perlu dilakukan.Saat ini, perasaan dalam hatinya sangat bertentangan dan rumit. Ini adalah perasaan yang belum pernah ada sebelumnya. Grace yang pengertian juga tidak banyak bicara lagi. Waktu berlalu dengan cepat, sepuluh menit kemudian ada beberapa pria kekar dengan pakaian jas hitam datang. Salah satu dari mereka membawa sebuah kotak hitam yang memiliki kata sandi."Bos, barangnya sudah dibawa," ucap salah satu dari beberapa pria itu."Oke," jawab Gofan sambil mengangguk. Kemudian, dia menatap Chandra dan berkata, "Tuan Chandra, silaka
Tara pun hanya memetik dua buah saja. Pasalnya, dengan begitu banyak pesilat Bumi yang memperhatikannya, dia pun tak berani mengambil lebih banyak. Setelah mendapatkan dua buah berwarna ungu itu, Tara pergi dengan perasaan yang sedikit tidak puas. Totalnya ada tiga puluh tiga buah; Santara berhasil mendapatkan sepuluh buah, Tara mendapat dua buah, dan sekarang tersisa dua puluh satu buah."Aku hanya butuh sepuluh buah," Raja Januar berkata sambil memandang para pesilat Bumi.“Ini, rasanya tidak adil, bukan?” Titan akhirnya berbicara. Sebelumnya, dia tetap diam karena merasa tidak memiliki wewenang di hadapan Santara. Namun, setelah Santara mengambil sepuluh buah dan sekarang Raja Januar juga meminta sepuluh, Titan merasa perlu bicara. Di atasnya, masih ada kekuatan Klan Darah, juga Chandra dan yang lainnya, belum lagi Robi yang telah mencapai Alam Kesembilan. Jika Titan tidak berjuang, bisa-bisa dia tidak mendapatkan satu pun buah ajaib itu.Robi pun berkata, "Memang tidak adil. Seti
Chandra menghitung dalam hati—ada 33 buah di pohon itu. Jika Santara benar-benar mengambil 20 buah dan Tara 6 buah, itu sudah 26 buah, hanya menyisakan 7 buah. Dengan jumlah pendekar bumi yang banyak, jelas itu tidak cukup untuk dibagi.“Bagaimana kalau kita adakan pertarungan?” usul Chandra. Mendengar ini, banyak orang langsung memandang ke arahnya. Chandra melanjutkan, “Tidak perlu dibagi dalam kelompok. Kita adakan pertarungan terbuka. Siapa yang menang dan tidak ditantang, berhak mengambil satu buah. Setiap orang hanya boleh mengambil satu buah. Bagaimana?” Chandra tahu bahwa beberapa anak buah Santara memiliki kekuatan yang lebih lemah, jadi jika dilakukan dengan sistem ini, mereka mungkin tidak akan dapat banyak buah. Di sisi lain, di pihak Suku Mistik, mungkin hanya Tara dan Wukon yang mampu bersaing.“Baik, aku setuju,” ucap Robi pertama kali mendukung. “Aku juga setuju.” “Tidak masalah.” Para pendekar bumi pun menyatakan persetujuan mereka.“Aku tidak setuju,” sahut Sa
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita