Share

Bab 644

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Berhenti membuat onar, aku malas meladenimu." Chandra mengeluarkan sepuntung rokok dan tidak menggubris Nova lagi.

Pada saat ini, Gofan datang sambil membawa Boni. Dia lalu berkata, "Nova, ayahmu merusak sebuah piring giok dari Dinasti Tangerin yang harganya 7.6 miliar. Aku memberimu diskon dan kamu cukup bayar 7 miliar saja. Setelah itu, kamu bisa membawa Boni pergi."

Nova sontak marah begitu melihat Boni yang ditarik oleh beberapa pria kekar dan dihajar hingga babak belur.

Dia lalu berbalik untuk melihat Chandra dan langsung menyalahkan Chandra. Dia berkata, "Chandra, apa yang kamu lakukan? Kamu ada di sini, kenapa ayahku masih saja dipukul?"

Nova tahu keterampilan bela diri Chandra. Beberapa pria kekar itu sama sekali bukan lawan Chandra. Sekarang, Chandra berada di Toko Antik Bartele, tetapi ayahnya malah dipukuli hingga babak belur.

Chandra berkata dengan datar, "Aku sudah membantu untuk menghentikan. Kalau nggak, dia mungkin akan dipukuli lebih parah."

"Membantu?" Nova berkata d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga    Bab 645

    Di area istirahat Toko Antik Bartele.Chandra sedang memainkan "Plants VS Zombie", tetapi sosok Nova terus muncul dalam benaknya. Mungkin yang Grace katakan memang benar. Dia tidak membiarkan Grace membayar benda itu dan menyuruh Nova untuk datang adalah karena dia ingin bertemu Nova. Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Nova, tapi dia tidak bisa mengatakannya setelah bertemu dengan Nova. Chandra merasa bahwa itu hal yang tidak perlu dilakukan.Saat ini, perasaan dalam hatinya sangat bertentangan dan rumit. Ini adalah perasaan yang belum pernah ada sebelumnya. Grace yang pengertian juga tidak banyak bicara lagi. Waktu berlalu dengan cepat, sepuluh menit kemudian ada beberapa pria kekar dengan pakaian jas hitam datang. Salah satu dari mereka membawa sebuah kotak hitam yang memiliki kata sandi."Bos, barangnya sudah dibawa," ucap salah satu dari beberapa pria itu."Oke," jawab Gofan sambil mengangguk. Kemudian, dia menatap Chandra dan berkata, "Tuan Chandra, silaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jenderal Naga    Bab 646

    Chandra menahan napasnya, sedangkan Grace juga melihat dengan serius. Grace ingin melihat sebenarnya apa yang ada di dalam kotak yang dibeli seharga 1 miliar oleh Chandra itu. Bersamaan dengan itu, dia juga penasaran kenapa Chandra bisa memiliki kunci untuk membuka kotak itu. Sambil diperhatikan Grace, Chandra pun memutar kuncinya dengan perlahan.Klek!Suara yang jelas dan nyaring terdengar, lalu kotak berwarna tembaga itu sontak terbuka dan Chandra menatap kotak itu dengan lekat. Ada gulungan kuno yang dilipat dengan rapi di dalamnya, lalu Chandra mengeluarkannya dengan hati-hati. Gulungan kuno itu terbuat dari bahan khusus yang terasa berat ketika dipegang dan masih dalam keadaan utuh.Chandra membuka gulungan itu dan meletakkannya di atas meja. Awalnya, gulungan kuno itu dilipat, tetapi ketika dibuka ukurannya cukup besar dengan diameter yang mencapai satu meter."Apa ini?" Setelah melihat lukisan di dalam gulungan kuno itu, Grace pun bertanya dengan kebingungan, "Apa ini lukisan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jenderal Naga    Bab 647

    Di sebuah rumah tradisional di ibu kota.Tempat ini bernama Kediaman Teuku. Ini adalah tempat tinggal dari pemimpin Lima Jenderal, panglima tertinggi Pasukan Api Merah, Jenderal Teuku. Saat ini, Teuku sudah kembali ke ibu kota. Di sebuah gazebo di halaman.Seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas hitam sedang berbincang dengan anak muda yang berusia sekitar 20 tahun. "Brandon, kita sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Aku ingat terakhir kali bertemu denganmu, kamu masih kelas SMA. Kenapa kali ini punya waktu untuk keluar?" tanya pria paruh baya itu. Pria paruh baya yang mengenakan setelan jas hitam itu adalah Teuku.Pria yang berada di depan menjawab, "Kak Teuku, sejujurnya kali ini keluarga kami menerima informasi bahwa kotak yang digali dari makam kuno Raja Januar muncul di Rivera. Selain itu, kotak itu juga sudah jatuh ke tangan keturunan Robi. Tujuan kakekku menyuruh aku kemari adalah untuk mengambil kembali kotak itu dan membunuh keturunan Robi serta memberantas pengkh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jenderal Naga    Bab 648

    Teuku hanya tersenyum tipis dan tidak banyak bicara lagi. Tak lama kemudian, seorang pria dan seorang wanita datang. Mereka adalah Chandra dan Grace.Teuku sontak berdiri, merentangkan kedua tangannya, dan hendak memeluk Chandra. Dia lalu berkata, "Chandra, jarang sekali kamu datang kemari."Namun, Chandra langsung mengangkat kakinya dan menendang. Kemudian, dia berkata dengan suara dingin, "Tidak perlu bersandiwara di hadapanku. Kamu tahu alasan aku datang mencarimu."Teuku segera menghindari serangan itu dan tubuhnya mundur ke belakang beberapa langkah. Kemudian, dia bertanya dengan kebingungan, "Chandra, apa maksudmu?""Kamu adalah Chandra?" Tiba-tiba terdengar sebuah suara.Chandra mengalihkan pandangannya dan melihat ada seorang pemuda yang berusia sekitar 20 tahun berdiri. Pemuda itu mengenakan pakaian serba putih dan sedang menatap Chandra dengan tatapan meremehkan.Chandra mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kamu siapa?"Brandon mengamati Chandra untuk sesaat, lalu berkata den

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jenderal Naga    Bab 649

    "Hahahaha." Brandon tertawa dengan keras seolah-olah dirinya telah mendengar lelucon terlucu di dunia."Chandra, apa yang kamu katakan? Kamu meminta Lukisan Gunung Merabu dariku? Lukisan Gunung Merabu adalah benda pusaka yang dijaga oleh Keluarga Atmaja. Kamu hanya keturunan dari pengkhianat Keluarga Atmaja. Kakekmu pantas mati, kamu juga pantas mati," ucap Brandon.Chandra lalu berjalan ke arah Brandon selangkah demi selangkah dengan wajah yang suram. Melihat hal itu, Teuku langsung bergerak dan mengadang di hadapan Chandra.Kemudian, dia berkata, "Chandra, apa maumu? Apa kamu tahu siapa dia? Dia adalah keturunan langsung yang sesungguhnya dari Keluarga Atmaja dan juga kepala keluarga dari Keluarga Atmaja di masa depan, sedangkan kamu hanya keturunan dari pengkhianat Keluarga Atmaja. Kamu sudah sangat tidak hormat karena tidak berlutut ketika bertemu kepala keluarga muda.""Pergi," bentak Chandra.Suara teriakannya sangat keras sehingga membuat Teuku terdiam. Setelah beberapa detik, T

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jenderal Naga    Bab 650

    Brandon merasa yakin dan tanpa rasa takut. Dia lalu membentak, "Chandra, dasar anak dari seorang pengkhianat! Segera berlutut atau Nova akan mati sekarang.""Nggak mungkin. Seorang pria hanya berlutut kepada langit dan orang tua, bagaimana mungkin aku berlutut kepada orang rendahan sepertimu?" Chandra menatap Brandon dengan dingin dan berkata, "Nova dulunya adalah istriku, tapi kami sudah bercerai sekarang. Kamu mungkin sudah berpikir berlebihan karena menggunakan dia untuk mengancamku.""Gores wajahnya," ucap Brandon ke arah teleponnya.Di sebuah bangunan di Rivera, Nova diikat di sebuah kursi. Tempat ini dijaga dengan ketat oleh pria berpakaian hitam. Salah satu dari pria itu memegang pisau yang tajam dan menaruhnya di wajah Nova. Begitu menerima perintah, dia langsung mengangkat tangan dan menggores wajah Nova.Seusai menggores, luka yang bercucuran darah seketika muncul di wajah sebelah kiri Nova. Darah segar mengalir dari pipinya, lalu menetes dan menodai pakaiannya yang putih. No

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jenderal Naga    Bab 651

    Teuku menceritakan sebuah kisah masa lalu. Dia menjelaskan tentang asal-usul Empat Keluarga Besar. Empat Keluarga Besar sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu."Raja Januar?" tanya Chandra seraya mengernyitkan alisnya.Tidak ada orang seperti itu yang tercatat dalam sejarah.Kemudian, dia menatap Teuku sambil bertanya, "Siapa sebenarnya Raja Januar itu?"Teuku menggelengkan kepalanya. Dia sendiri juga tidak tahu siapa sebenarnya Raja Januar itu."Dia adalah tokoh dari ribuan tahun yang lalu, mana mungkin aku bisa tahu? Bukan hanya aku yang tidak tahu, informasi tentang dia bahkan sangat jarang muncul dalam sejarah Empat Keluarga Besar."Brandon berkata dengan wajah murung, "Kak, nggak usah banyak omong kosong dengan bocah ini."Teuku melambaikan tangannya sambil berkata, "Brandon, bagaimanapun, Chandra adalah penerus Keluarga Atmaja. Lagi pula, semua yang kukatakan ini juga bukan rahasia."Brandon tidak bersuara lagi.Sekarang, lengannya tidak bisa mengangkat apa pun karena patah tulan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Jenderal Naga    Bab 652

    "Serius?" tanya Grace dengan wajah kaget.Brandon menggeleng sambil berkata, "Mana kutahu? Semua ini hanya cerita yang diwariskan turun temurun. Sejak zaman dahulu kala memang banyak cerita mengenai hidup abadi."Usai mengatakan hal itu, Brandon mendengus dan berkata, "Untuk apa aku menceritakan semua ini pada kalian." Setelah itu, dia tidak lagi bersuara.Chandra juga merenungkan apakah perkataan Teuku dan Brandon itu memang benar.Suasana di tempat itu menjadi tegang. Waktu terus bergulir, tanpa sadar, setengah jam lebih telah berlalu. Pada saat itu, ponsel Brandon berdering. Kemudian, dia menjawab panggilan tersebut."Tuan, barangnya sudah kami dapatkan," kata suara di telepon.Brandon tidak berkata apa-apa, dia menutup telepon dan bangkit dari tempat duduknya. Namun, Chandra langsung berdiri dan mengadangnya. "Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan, bebaskan Nova sekarang juga. Kalau tidak, kamu tidak akan bisa pergi dari sini.""Pecundang, memangnya kamu sanggup melawanku?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Jenderal Naga    Bab 1911

    Tara pun hanya memetik dua buah saja. Pasalnya, dengan begitu banyak pesilat Bumi yang memperhatikannya, dia pun tak berani mengambil lebih banyak. Setelah mendapatkan dua buah berwarna ungu itu, Tara pergi dengan perasaan yang sedikit tidak puas. Totalnya ada tiga puluh tiga buah; Santara berhasil mendapatkan sepuluh buah, Tara mendapat dua buah, dan sekarang tersisa dua puluh satu buah."Aku hanya butuh sepuluh buah," Raja Januar berkata sambil memandang para pesilat Bumi.“Ini, rasanya tidak adil, bukan?” Titan akhirnya berbicara. Sebelumnya, dia tetap diam karena merasa tidak memiliki wewenang di hadapan Santara. Namun, setelah Santara mengambil sepuluh buah dan sekarang Raja Januar juga meminta sepuluh, Titan merasa perlu bicara. Di atasnya, masih ada kekuatan Klan Darah, juga Chandra dan yang lainnya, belum lagi Robi yang telah mencapai Alam Kesembilan. Jika Titan tidak berjuang, bisa-bisa dia tidak mendapatkan satu pun buah ajaib itu.Robi pun berkata, "Memang tidak adil. Seti

  • Jenderal Naga    Bab 1910

    Chandra menghitung dalam hati—ada 33 buah di pohon itu. Jika Santara benar-benar mengambil 20 buah dan Tara 6 buah, itu sudah 26 buah, hanya menyisakan 7 buah. Dengan jumlah pendekar bumi yang banyak, jelas itu tidak cukup untuk dibagi.“Bagaimana kalau kita adakan pertarungan?” usul Chandra. Mendengar ini, banyak orang langsung memandang ke arahnya. Chandra melanjutkan, “Tidak perlu dibagi dalam kelompok. Kita adakan pertarungan terbuka. Siapa yang menang dan tidak ditantang, berhak mengambil satu buah. Setiap orang hanya boleh mengambil satu buah. Bagaimana?” Chandra tahu bahwa beberapa anak buah Santara memiliki kekuatan yang lebih lemah, jadi jika dilakukan dengan sistem ini, mereka mungkin tidak akan dapat banyak buah. Di sisi lain, di pihak Suku Mistik, mungkin hanya Tara dan Wukon yang mampu bersaing.“Baik, aku setuju,” ucap Robi pertama kali mendukung. “Aku juga setuju.” “Tidak masalah.” Para pendekar bumi pun menyatakan persetujuan mereka.“Aku tidak setuju,” sahut Sa

  • Jenderal Naga    Bab 1909

    Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber

  • Jenderal Naga    Bab 1908

    “Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman

  • Jenderal Naga    Bab 1907

    Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan

  • Jenderal Naga    Bab 1906

    Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga

  • Jenderal Naga    Bab 1905

    Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep

  • Jenderal Naga    Bab 1904

    Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber

  • Jenderal Naga    Bab 1903

    Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita

DMCA.com Protection Status