Ular Hitam tahu bahwa menyelamatkan Alex adalah hal yang sangat sulit. Meskipun Teuku sudah menyetujuinya, Ular Hitam tetap tidak memercayainya karena Rivera merupakan salah satu kota di Someria. Di sisi lain, Teuku merupakan pimpinan dari Lima Jenderal yang mengurus pasukan di dunia. Jika Teuku mengepung tempat ini, Ular Hitam tidak akan bisa kabur. Pada saat itu, alih-alih menyelamatkan Alex, dia malah juga akan mati di tempat ini.Sekarang, Chandra adalah satu-satunya orang yang dapat dijadikan alat tawar menawar olehnya. Namun, setelah berpikir sejenak, Ular Hitam menyadari bahwa bekerja sama dengan Chandra memiliki peluang yang lebih besar daripada menggunakan nyawa Chandra untuk mengancam Teuku. Di sisi lain, Chandra masih mengisap rokok dan tampak merenung.Dia tidak tahu banyak tentang Alex, tetapi dia tahu betul organisasi seperti apa Istana Gelap itu. Istana Gelap adalah sebuah organisasi pembunuh yang mana seluruh anggotanya telah banyak membunuh orang. Ular Hitam tentu saj
"Tunggu di sini," ucap Chandra.Chandra berbalik, lalu berjalan kembali dan tiba di desa dengan sangat cepat."Hahaha, Naga Hitam, aku tahu kamu akan bekerja sama denganku." Begitu melihat Chandra kembali, Ular Hitam langsung berjalan ke arahnya sembari merentangkan kedua tangan yang bermaksud untuk memeluk Chandra."Minggir!" Chandra mengangkat kakinya untuk menendang. Lantaran memiliki luka di kakinya, gerakannya itu membuatnya sontak mengerang kesakitan.Kemudian, Chandra pun berkata, "Siapkan mobil untukku!"Ular Hitam langsung mengeluarkan seikat kunci, lalu melemparkannya dan berkata, "Mobilnya di depan pintu desa."Chandra menerima kunci tersebut dan pergi. Ketika dia berbalik, Sandra sudah tiba di depan pintu desa. Namun, dia juga tidak berani masuk karena ada banyak orang bersenjata lengkap yang berjaga di tempat itu. Dia tidak tahu untuk apa Chandra masuk ke dalam desa, jadi dia hanya bisa mondar-mandir dengan cemas di depan pintu desa."Kak Chandra …." Begitu melihat Chandra
Chandra melihat waktu sejenak, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Setelah merenung untuk sesaat, dia pun berpesan, "Aku butuh beberapa benda. Berikan pulpen dan kertas, aku akan tuliskan. Segera siapkan untukku."Ular Hitam segera memerintah, "Ambilkan kertas dan pulpen."Dalam sekejap, ada orang yang datang untuk mengantarkan pulpen dan kertas. Chandra pun menuliskan bahan yang dibutuhkan untuk membuat topeng kulit manusia serta beberapa obat-obatan. Saat melihat daftar yang dituliskan Chandra, Ular Hitam mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Untuk apa kamu butuh obat-obatan?""Jangan banyak tanya, segera siapkan. Waktunya tidak banyak lagi," pungkas Chandra.Ular Hitam pun bergegas mengaturnya, sedangkan Chandra mulai memejamkan mata dan bermeditasi. Semua barang yang dibutuhkan disiapkan dengan sangat cepat oleh Ular Hitam. Kurang dari satu jam, seluruh barang yang dibutuhkan oleh Chandra sudah diantarkan. Chandra pun mulai membuat topeng kulit manusia. Seusai menye
Chandra mengucapkan setiap perkataannya dengan sangat jelas."Hoi, apa yang mau kamu katakan? Jangan bertele-tele.""Jangan basi-basi, bicara saja terus terang."Ada banyak pembunuh yang tampak tidak sabaran lagi. Kemudian, Chandra tersenyum dengan datar dan berkata, "Sebenarnya, yang ingin aku katakan itu sangat sederhana. Kalian mau uang, aku bisa memberikannya. Kalau kalian mau menjalani hidup seperti rakyat biasa, aku juga bisa mewujudkannya."Chandra melirik mereka dan lanjut berkata, "Selama kalian bertobat untuk tidak menjadi pembunuh lagi, tunduk dan ikut di sisiku, serta mendengarkan perintahku, semua yang kalian harapkan akan terpenuhi. Yang terpenting adalah kalian bisa tetap hidup.""Kalian pikirkan saja sendiri. Oh, ya, dengarkan ucapanku. Sekarang hanya tersisa dua jam lagi sebelum fajar muncul, waktunya nggak banyak lagi."Di luar rumah, sekelompok pembunuh itu terdiam. Semua yang Chandra katakan memang berlogika. Mereka memang ahli dalam serangan diam-diam, tetapi merek
Di ruangan lain di dalam desa, Ular Hitam tampak duduk di atas sofa. Dia menyandarkan kedua tangannya di atas meja sambil memijat dahinya dengan pelan. Sementara itu, ada seorang bawahannya yang berdiri di sampingnya sambil berkata, "Bos, Naga Hitam sudah berhasil membuat beberapa pembunuh bayaran untuk tunduk padanya."Begitu mendengar laporan anak buahnya, raut wajah Ular Hitam menjadi serius. Naga Hitam terlalu mengerikan. Semua orang itu merupakan pembunuh dalam daftar pembunuh yang keberadaannya sangat menakutkan. Jika bukan karena memberikan tawaran 10 miliar, dia sama sekali tidak mungkin bisa mengumpulkan semua pembunuh itu. Sekarang, Chandra berhasil menundukkan mereka dengan sangat mudah. Metode dan siasatnya benar-benar sangat luar biasa!"Biarkan saja," ucap Ular Hitam sambil melambaikan tangannya. Selama bisa menyelamatkan Alex, siapa pun yang diyakinkan dan diambil oleh Chandra sama sekali tidak penting. Alex merupakan pendiri dari Istana Gelap dan sudah hampir 30 tahun
Bersamaan dengan itu, beberapa kilometer dari desa, ada sebuah rumah di tempat tersebut. Sebelum fajar muncul, Ular Hitam sudah berpindah ke tempat ini dengan sangat cepat. Saat ini, ponsel Ular Hitam berdering, dia lalu mengangkatnya."Ular Hitam, aku sudah mengantar Alex di desa yang kita sepakati," ucap pria dari ujung telepon itu.Ular Hitam bertanya, "Nggak ada orang lain, 'kan?""Tenang saja, nggak ada orang lain," jawab pria tersebut.Ular Hitam pun memutuskan panggilannya, lalu dia menelepon sebuah nomor. "Coba keluar dan lihat."Begitu menerima telepon tersebut, anak buah Ular Hitam menarik Chandra palsu keluar dari desa. Kemudian, dia menemukan ada sebuah mobil yang berhenti di luar desa dan seorang pria asing berdiri di depannya. Beberapa anak buah Ular Hitam menodongkan pistol ke arah Chandra palsu, lalu seorang pria paruh baya berjalan keluar dan menatap pria di hadapannya sekilas serta bertanya, "Di mana Bos Alex?""Kamu Ular Hitam?" tanya pria paruh baya itu."Iya," jaw
Ular Hitam tidak berani sembarangan bergerak karena kepalanya sedang ditodong dengan pistol. Meskipun dia berada di peringkat kedua dalam daftar pembunuh, orang-orang yang ada di sana juga merupakan pembunuh unggul. Jika berduel satu lawan satu, tidak ada satu pun yang akan kalah darinya."Naga Hitam, apa maksudmu?" Raut wajah Ular Hitam menjadi suram, lalu dia berteriak, "Aku bersikap jujur kepadamu, bahkan membiarkanmu menjadi bos Istana Gelap. Tapi, kamu malah memperlakukanku seperti ini?"Chandra berdiri, lalu berkata dengan tidak peduli, "Aku tidak percaya padamu. Kamu terlalu sulit diprediksi dan juga licik. Sejak kamu tiba di Rivera, kamu terus menjebak dan ingin memperalatku, 'kan?"Ular Hitam berteriak dengan keras, "Aku tidak seperti itu! Aku serius hanya ingin menolong Bos Alex. Aku berutang budi dan juga berutang nyawa kepada Bos Alex. Tanpa dia, aku sejak lama sudah mati. Jadi, aku akan menghalalkan segala cara untuk menyelamatkannya.""Bunuh dia!" ucap Chandra dengan data
Teuku telah melihat Naga Hitam yang berdiri di depan rumah melalui kamera mikro tersebut. Dia pun seketika mengumpat, "Ular Hitam sialan! Beraninya dia mempermainkanku!""Bos, bagaimana ini?" ucap pria yang memimpin pasukan itu dengan suara rendah.Namun, pada saat ini, ada sekelompok orang lagi yang menerjang dari kejauhan."Letakkan senjata kalian, semuanya berjongkok di tempat!" Sebuah suara teriakan bergema. Begitu ratusan orang itu berbalik, raut wajah mereka seketika berubah saat melihat ada banyak kerumunan orang berpakaian senjata lengkap yang padat di sekeliling.Mereka adalah 1.000 anggota Pasukan Naga Hitam yang dibawa oleh Chandra dari Gurun Selatan. Semalam, Chandra telah menghubungi Johnson dan memintanya untuk datang dengan membawa anggota serta bersembunyi untuk bersiap-siap bertindak. Saat ini, Johnson berjalan ke arah Chandra dan memanggil, "Bos.""Ya," jawab Chandra sambil mengangguk.Di sebuah ruang rahasia di Rivera, Teuku menarik napas dalam-dalam ketika melihat
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara