Chandra duduk di dalam klinik.“Nova, tolong lepaskan pakaianku.”“Oke.” Nova menuruti apa kata Chandra.“Sekalian celanaku.”“Hah?” Nova terbengong, dan wajahnya seketika merona. “Sayang, kamu mau ngapain?”“Turuti apa kataku.”“Oke.”Nova melepaskan celana Chandra, dan hanya menyisakan celana dalamnya saja.“Sediakan jarum.”“Oh.” Nova pun bergegas mempersiapkan jarum perak.Semua anggota Keluarga Kurniawan mendekati mereka. Mereka pun semakin kebingungan ketika melihat Chandra yang setengah telanjang itu.Leon langsung menyindir, “Chandra, kamu mau ngapain lagi?”Chandra mengabaikan Leon.Seketika Nova kembali dari mengambil jarum perak, dan berkata, “Sayang, ini jarum peraknya.”Chandra bertanya, “Nova, sebelumnya aku pernah suruh kamu baca buku titik akupunktur. Sekarang apa kamu masih ingat dengan titik-titik itu?”“Aku … aku nggak ingat lagi.”“Kalau begitu, kamu pergi ambil buku sana.”Nova tidak mengerti apa yang ingin dilakukan Chandra. Hanya saja, Pusat Medis Yorda memiliki b
Ucapan yang dilontarkan Chandra seketika memicu sindiran dari anggota Keluarga Kurniawan.Istrinya Hardi, Liana, langsung berbicara dengan nada menyindir, “Chandra, sepertinya kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri. Kamu memang paham sedikit ilmu pengobatan, tapi apa kamu kira kamu itu Dokter Sakti? Semua dokter tradisional di Rivera bahkan lebih hebat ribuan kali lipat daripada kamu.”“Iya!” Leon menambahkan, “Kamu memang jago membual.”Chandra tidak berdalih lagi. Sebab, dia tahu anggota Keluarga Kurniawan memang tidak menyukainya. Ketika ada kesempatan, mereka pasti akan menyindir Chandra. Dia sudah terbiasa. Jadi, dia pun malas untuk menjelaskan lagi.Nova malah berkata, “Sayang, kenapa mereka nggak ingin kamu ikut konferensi medis? Apa kamu punya cara untuk membangkitkan bisnis Pusat Medis Yorda?”“Pusat Medis Yorda nggak ada hubungannya sama aku. Kali ini aku ingin bikin nama Klinik Wasa …. Eits, salah, aku ingin bikin nama Klinik Century terkenal dalam konferensi med
Hari ini adalah pertama kalinya Toni berkunjung ke Klinik Century dalam 20 tahun ini.“Rusli.” Toni menopang tongkat sambil berjalan kemari. Wajahnya terlihat tidak berdaya. “Waktu itu kita ribut demi pembagian warisan. Masalah itu sudah berlalu sangat lama. Sekarang kita juga sudah tua, mari kita lupakan masalah tidak menyenangkan itu.”Rusli dan anggota keluarganya langsung menatap Toni. Entah apa maksud kedatangan Toni hari ini.“Hei, kenapa kalian berekspresi seperti itu?” Leon menunjuk Rusli dan yang lainnya, lalu berbicara dengan ketus, “Apa kalian nggak dengar, kakekku lagi sapa kalian!”“Leon, tutup mulutmu,” ujar Toni.“Baik, Kek.” Leon tidak berani bersikap arogan lagi.Toni menatap ekspresi muram Rusli, lalu berkata, “Mari kita lupakan masa lalu itu. Bagaimanapun juga, kita sama-sama bermarga Kurniawan. Kita itu satu keluarga, tidak perlu terus bermusuhan.”Melihat pikiran Toni sudah terbuka, Nova sungguh merasa gembira. Dia pun berbicara, “Kek, aku gembira banget melihat k
Nova memutar bola matanya ke atas. Dia mengira Chandra punya ide bagus. Tidak disangka, dia malah ingin memanfaatkan kecantikannya untuk memperoleh suara dari orang-orang.“Meski aku berhasil masuk ke dalam daftar popularitas, tapi proporsinya hanya 50% dari nilai keseluruhan. Aku nggak bisa ilmu kedokteran sama sekali. Pasien nggak mungkin beri aku suara. Mana mungkin aku bisa masuk peringkat 100 besar.”Chandra tersenyum misterius, lalu berkata, “Serahkan sama aku. Kamu pergi jalan-jalan saja.”Nova pun hanya bisa mengangguk dengan tidak berdaya. “Baiklah.”Hari ini Jalan Medis sangat ramai. Nova pun ingin keliling. Dia permisi dengan Chandra, lalu meninggalkan klinik.Chandra masih duduk di anak tangga di depan Klinik Century. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Cakra.Cakra adalah pemimpin dari Medika Gria. Biasanya dia pun tidak perlu praktek. Saat ini dia sedang berkumpul dengan beberapa senior di dunia pengobatan tradisional. Mereka sedang membahas kompetisi yang akan d
“Bu Mawar ada perintah apa?”“Segera bentuk departemen baru untuk mengumpulkan orang-orang, lalu suruh mereka ambil nomor antrean konsultasi dengan Kak Nova di Aplikasi Medis Dunia. Beri mereka 20 ribu untuk setiap kali membuat janji. Kalau ada yang bisa pergi langsung ke Jalan Medis untuk konsultasi langsung dengan Kak Nova, dan juga beri suara untuknya, satu orang diberi 200 ribu.”Sandra terbengong. Dia tidak mengerti apa maksud ucapan Mawar.“Bu Mawar, apa yang sudah terjadi?”Mawar yang canggung itu berdeham, lalu berkata, “Kak Chandra ingin memasukkan Nova ke dalam peringkat 100 besar di konferensi medis.”“Oh.” Kedua mata Sandra terbuka lebar. “Oke, aku mengerti.” Dia pun langsung mempersiapkan.Gerakan Sandra sangat gesit. Dalam waktu singkat, dia pun sudah berhasil membentuk sebuah departemen baru, dan sudah merekrut ratusan orang dari setiap departemen perusahaan. Kemudian, ratusan orang itu masing-masing mendirikan grup di WhatsApp. Setiap grup itu pun sudah memiliki seribua
Nova sedang berkeliling di Jalan Medis.Semua klinik tampak sedang dipenuhi oleh pasien-pasien. Bahkan, terlihat antrean panjang di dalam klinik, seperti Medika Gria, Klinik Farma Kimia, dan Klinik Arthur.“Nova!”“Kamu nggak tahu malu banget, ya! Orang yang ambil antrean untuk konsultasi sama kamu bahkan hampir melampaui Nurul.”“Kamu bahkan mengalahkan dokter-dokter ternama lainnya.”Nova sedang jalan-jalan. Tiba-tiba dia malah digosip oleh pejalan kaki. Bahkan, ada yang langsung memakinya. Nova pun kebingungan.Nova langsung mengeluarkan ponselnya untuk membuka aplikasi. Begitu melihat, dia pun langsung terbengong.Jumlah antrean konsultasinya mencapai 200.000 pasien. Bahkan, ada 30.000 pasien yang sudah menyelesaikan konsultasi. Dia juga mendapat suara popularitas terbanyak dari pasien.Apa?Kedua mata Nova terbelalak.Kerjaan siapa ini?Chandra, ya?Sekarang akhirnya Nova mengerti kenapa Chandra bisa bersikap begitu yakin.Dalam waktu setengah hari, Nova pun sudah menyelesaikan ko
Suara tawa Chandra terdengar bagai robot saja. Dia berdiri, lalu melangkah dengan perlahan, berjalan meninggalkan Klinik Century.Chandra membayar orang untuk menaikkan peringkat Nova. Sekarang Nova pun sudah berhasil menjadi bahan lelucon seluruh warga Rivera dan dunia medis. Namun, Chandra malah tidak meladeninya.Begitu Chandra meninggalkan Jalan Medis, dia melirik sekeliling. Menyadari tidak ada orang yang mengikutinya, Chandra baru memanggil taksi untuk pergi ke Klinik Mortal.Di Klinik Mortal.Johnson sudah tiba. Dia sedang duduk di dalam klinik sambil mengobrol dengan Dahlia.Tak lama kemudian, Chandra pun datang. Mereka berdua spontan berdiri, lalu menyapa dengan serempak, “Kak Chandra.”Chandra melambaikan tangan, lalu duduk. “Johnson, apa kamu sudah berhasil selidiki orang-orang yang mengejarku tadi pagi?”Johnson mengangguk. “Emm, sudah berhasil diselidiki.”“Coba kamu jelaskan.”“Delapan hari lalu, orang-orang itu baru datang ke Rivera. Mereka adalah tentara bayaran dari pi
Firasat Chandra mengatakan Rivera akan diterpa badai. Semua pasukan tentara akan terlibat dalam masalah ini.“Dahlia.”“Kak Chandra, ada perintah apa?”Jari tangan Chandra mengetuk-ngetuk meja. Dia berpikir sejenak, baru bertanya, “Sekarang apa kamu bisa hubungi pembunuh Istana Gelap?”Dahlia mengangguk, lalu menjawab, “Sebenarnya aku bisa hubungi mereka.”“Kalau begitu, sekarang kamu hubungi mereka. Bilang saja situasi Rivera mulai kacau, kami butuh bantuan mereka.”Chandra mesti mengumpulkan pasukan, dan pembunuh Istana Gelap adalah kandidat yang paling tepat.“Baik.”Dahlia segera melaksanakan perintah. Dia mengeluarkan ponsel, lalu mengetik pesan singkat.[ Ular Hitam, aku gagal dalam selesaikan misi. Topengku berhasil dilepaskan mereka, dan pihak lawan sudah lihat wajah asliku. Aku juga sudah bunuh penanggung jawab. Sekarang aku lagi sembunyi di Rivera. Aku terluka, tolong bawa aku meninggalkan Rivera. ]Setelah mengetik pesan singkat, Dahlia memasukkan nomor telepon, lalu menekan
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd