Semua orang di dalam Restoran Gemilang tampak berbaring di atas lantai sambil menjerit histeris. Hanya Gilang, Grace, dan Benjamin yang masih berdiri di tempat.“Hebat sekali!” Benjamin spontan memuji, “Aku sudah lama mendengar kehebatan Naga Hitam. Nggak disangka, ternyata kehebatannya bukan hanya bualan belaka.”“Iya!” Gilang juga setuju dengan ucapan Benjamin. “Dia hebat sekali. Dia bukan hanya hebat dalam bertarung saja, dia juga hebat dalam ilmu pengobatan. Naga Hitam memang hebat!”“Ayah!” Kedua mata Grace langsung tertuju pada diri Gilang.Gilang merasa tidak berdaya, dia lalu membalas, “Dia itu Naga Hitam. Ayah juga nggak punya cara. Ayo pergi, kita pulang dulu.”Di luar Restoran Gemilang.Nova masih tidak ingin pulang. Dia bukan meragukan kekuatan Chandra, dia hanya takut perbuatan Chandra malah akan memperburuk kondisi Keluarga Kurniawan.Saat Nova merasa sangat gelisah, Chandra pun berjalan keluar restoran.Chandra tampak sedang merokok dengan salah satu tangan diselipkan ke
Chandra langsung berdiri.Begitu dia berdiri, para polisi spontan mundur beberapa langkah.Sebelum mendatangi Kediaman Kurniawan, mereka sudah menonton rekaman pemukulan yang dilakukan Chandra. Mereka semua tahu bahwa Chandra sangatlah sadis. Dia adalah orang yang sangat berbahaya.Chandra mengulurkan kedua tangannya.Beberapa polisi berjalan mendekat, lalu mengeluarkan borgol untuk memborgol Chandra.“Bawa dia pergi.”Chandra dibawa pergi secara paksa.Air mata Nova spontan menetes. Tadi dia tertegun ketika melihat kedatangan begitu banyak pihak kepolisian. Sekarang, sepertinya Nova sudah mengerti. Chandra pasti sudah memukul orang-orang di Restoran Gemilang.“Sayang ….”Mata Nova semakin berlinangkan air mata ketika melihat Chandra diborgol.Chandra menghentikan langkahnya. Dia melihat Nova yang meneteskan air mata, lalu berkata dengan tersenyum, “Tenang saja, aku baik-baik saja. Besok pagi, pergi cari Dahlia di Klinik Mortal. Ada sebilah pedang di dalam Klinik Mortal. Letaknya di da
Dahlia kegirangan melihat pedang tajam ini. Ternyata pedang ini adalah Pedang Penghakiman. Pedang yang merupakan hukum dari Someria. Dengan memiliki pedang itu, mereka pun bisa menginterogasi siapa saja.Namun, pedang ini hanya bisa digunakan seseorang saja. Orang itu tak lain adalah Chandra.Chandra memang sudah mengundurkan diri, tapi pedang ini masih tetap menjadi miliknya.“Ini … apa ini?” Nova melihat pedang di tangan Dahlia, lalu spontan bertanya.“Emm … bukan apa-apa.” Dahlia langsung menggeleng, segera membungkus pedang tersebut dengan kain hitam.Dahlia tidak boleh mengambil pedang ini untuk menyelamatkan Chandra. Dahlia tahu apa makna di belakang pedang ini. Pemilik pedang diperbolehkan menginterogasi orang yang berhasil dibebaskan dari kesalahannya dan juga orang yang tidak bisa dihukum.Keberadaan pedang ini sangat istimewa. Saat Negara Someria didirikan, banyak jenderal dan pasukan melakukan demo untuk melenyapkan pedang ini. Namun pada akhirnya, Raja Someria masih tetap m
Tak lama kemudian, Abdul sudah memasuki kamar pasien. Dia melirik Abraham sekilas, lalu langsung masuk ke topik utama. “Sekarang Keluarga Winata sudah menangkap Chandra. Kalian kira dengan video itu, Chandra bisa dijatuhkan hukuman? Kalian tahu sendiri siapa si Chandra itu. Semua ini sangatlah sepele baginya. Menurutku, lebih baik kamu memilih untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara damai saja.”“Jenderal, Chandra sudah mencelakai anggota Keluarga Winata. Mana mungkin masalah ini dibiarkan begitu saja ….” Suara Abraham terdengar sangat lemas, tapi dapat terlihat amarah di atas wajah pucatnya.Kemudian, Abdul kembali mengatakan, “Demi menjebloskan Chandra ke penjara, kalian bahkan rela mengorbankan nyawa kalian? Kamu sendiri tahu seberapa hebatnya teknik pengobatan yang dikuasai Chandra. Tidak ada yang bisa mengobati kalian selain Chandra. Jadi, pikirkanlah masalah ini baik-baik. Kalau kamu memilih untuk berdamai, aku bisa bujuk Chandra untuk melepaskan kalian. Selain itu, kalian ju
Yani berjalan ke depan pintu dengan berkacak pinggang. Dia mengomel, “Kalau kamu nggak jujur, kamu nggak usah tinggal di sini lagi.”Chandra berkata dengan ekspresi tidak berdaya, “Ibu, itu bukan salah aku. Polisi sudah salah tangkap orang. Kalau aku sudah melakukan kejahatan, apa mungkin mereka hanya akan menahanku selama satu malam?”“Benarkah?” Yani tidak begitu percaya. “Benaran! Oh ya, hari ini Jalan Medis sangat ramai. Ibu, mau ikut ke sana nggak?” Chandra mencoba mengalihkan topik pembicaraan.“Aku lagi malas.” Mana mungkin Yani memiliki suasana hati untuk menyaksikan hal yang tidak berhubungan dengannya. Belakangan ini sudah terjadi begitu banyak masalah dengan Keluarga Kurniawan. Bahkan, Hendro juga sedang berbaring di rumah sakit.“Kita bicarakan di dalam.” Nova menggandeng Chandra ke dalam rumah, lalu menutup pintu.Chandra pun duduk di sofa, lalu menatap Boni yang sedang duduk di samping. “Ayah, Ayah mau ikut?”Sebenarnya Boni ingin sekali pergi ke Jalan Medis. Dengar-deng
Nova terbata-bata.Ketika Yani melihat ekspresinya, dia pun yakin telah terjadi sesuatu semalam. Yani pun langsung berteriak, “Cepat ngomong.”Kali ini, Nova tidak berani untuk merahasiakannya lagi. Dia pun menceritakan apa yang terjadi semalam dengan jelas.Namun, setelah kedatangan Keluarga Winata dan Keluarga Kosasih, Nova dibawa keluar restoran oleh Helen. Mengenai apa yang terjadi selanjutnya, Nova juga tidak mengetahuinya.Setelah mendengar cerita Nova, pandangan semua orang langsung tertuju pada diri Chandra.Jangan-jangan benar apa kata Chandra? Dia sudah memberi pelajaran kepada anggota Keluarga Winata dan Keluarga Kosasih?Ketika melihat ekspresi kebingungan orang-orang, Chandra juga merasa tidak berdaya. Dia menjelaskan bahwa mereka takut dipukuli Chandra lagi, tapi tidak ada yang memercayai omongannya.“Sudahlah, aku jujur. Sebenarnya Gilang yang mengatasi masalah ini.”“Gilang?”Semua orang kembali kebingungan. Siapa si Gilang itu?“Hah?” Tiba-tiba Toni berteriak, “Gilang?
Chandra sungguh tidak menyangka nyali mereka akan begitu besar.Padahal mereka bukan sedang berada di medan perang, mereka sedang berada di ibu kota yang megah dan damai ini.Dari kaca spion tengah, Chandra mengamati situasi di belakang.Senjata rudal diarahkan ke mobilnya. Chandra spontan merasa panik. Jika rudal diluncurkan, meski Chandra berhasil mengelak, pengguna jalan lainnya pasti akan terkena imbasnya. Hanya saja, situasi yang ditakuti Chandra tidaklah terjadi. Musuh di belakang tidak melakukan penembakan.“Apa-apaan ini?” Chandra merasa bingung.Chandra terus mengebut memasuki jalan tol, lalu melaju ke pinggiran kota. Mobil yang dikendarai Chandra adalah mobil Volkswagen yang seharga 400 jutaan saja. Saat ini kecepatan laju mobil sudah mencapai 200 km/jam.“Chandra, kamu lagi ngapain? Kenapa bawa secepat ini? Cepat berhenti!”Wajah Nova sudah memucat, dan tubuhnya terus berguncang. Dia pun mulai merasa kliyengan dan mual.Dari kaca spion tengah, Chandra menyadari mobil masih t
Nova melihat Chandra menancapkan jarum perak ke atas tubuhnya, lalu cairan biru mulai menetes keluar.“Chandra, kamu lagi ngapain?”Chandra mencabut jarum perak di depan dadanya dan lengan, lalu berkata dengan Nova, “Nggak apa-apa, cuma lagi latihan saja.”Wajah Nova langsung berubah muram. “Kamu kira aku itu bodoh? Siapa orang-orang itu? Apa yang kamu minum tadi?”“Aku juga nggak tahu.” Ekspresi Chandra terlihat serius. Dia sendiri juga tidak tahu siapa yang mengutus mereka kemari, dan tidak tahu apa yang sudah diminumnya tadi.Setelah memuntahkan sebagian cairan biru, Chandra pun menggunakan jarum akupunktur untuk memancing sisa cairan biru yang terlanjur memasuki tenggorokannya. Namun, cairan itu sudah larut dengan darah. Dia pun merasa tubuhnya mulai kaku.“Serius?” Nova tidak percaya.“Sayang, aku benar-benar nggak tahu.”“Jadi … jadi, kamu baik-baik saja, ‘kan? Kenapa wajahmu terlihat pucat? Mau ke rumah sakit nggak?” Saat ini Nova menyadari ada yang aneh dengan wajah Chandra. Ra
Istana Kegelapan adalah organisasi paling misterius yang ada di dunia Sky Draga dan sudah berdiri selama bertahun-tahun. Pemimpin dari Istana Kegelapan merupakan salah satu orang terkuat yang ada di dunia Sky Draga yang bernama Morga Huraz dan Sergi adalah adiknya. Chandra sudah membunuh adik laki-laki Morga. Itu artinya, Chandra sudah pasti mati di mata Morga. Sekarang, dia tidak ingin lagi terlalu banyak berbasa-basi dengan Chandra. Karena tujuan utamanya adalah harta karun keluarga Sky. Sekarang, harta karun itu berada di tangan Chandra. Morga mengulurkan tangannya lalu berkata dengan raut wajah kesal, “Anak muda, berikan liontin giok itu padaku. Dengan begitu, aku akan membiarkan tubuhmu utuh.”Morga bersikap arogan ketika melontarkan kata-katanya. Chandra menatap liontin giok itu lalu sebuah pemikiran muncul di benaknya. Dalam sekejap mata, liontin itu menghilang dari tangannya dan masuk ke dalam Istana Abadi. “Majulah kalau memang kamu menginginkannya,” ujar Chandra sambil ter
Namun, sepertinya Chandra lebih dari sekedar bawahan bagi Lilian. Cendekia merasa kesal di dalam hatinya, tapi dia tidak ingin menunjukkan kekesalannya. Jadi, dia menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Anak muda, apa kamu sadar dengan ucapanmu? Apa kamu tahu, kelompok seperti apa Istana Kegelapan itu? Aku saja tidak akan mampu menyelamatkan para sandera dari cengkeraman Istana Kegelapan. Apa kamu berpikir, dirimu memiliki kekuatan untuk melawan mereka?”“Kamu tidak perlu memedulikan masalah itu,” ujar Chandra tenang. Chandra memang tidak mengenal Cendekia. Namun, Lilian mengatakan kalau Cendekia akan menerima siapa pun yang datang ke Kota Freely tanpa peduli seberapa buruk dan keji kelakuan orang itu. Orang seperti Cendekia ini pastinya bukanlah orang baik. Cendekia tersenyum tipis lalu menatap Chandra seraya bertanya, “Aku dengar, wakil pemimpin Istana Kegelapan sudah tewas. Apa kamu ada hubungan dengan kematiannya?”Chandra membalas tatapan Cendekia lalu berkata dengan te
Cendekia langsung tersenyum setelah mendengar kedatangan Putri dari Negara Sky Draga. Pemimpin Istana Kegelapan juga tampak terkejut lalu berkata sambil tersenyum, “Aku baru saja mau mencarinya. Tapi ternyata, dia datang sendiri tanpa diundang.”Si Cendekia melambaikan kipasnya lalu berkata, “Pemimpin Istana Kegelapan, lebih baik kamu sembunyi dulu sekarang. Aku ingin lihat, apa yang diinginkan Putri Negara Sky Draga dariku.”“Oke,” jawab si pemimpin Istana Kegelapan sambil mengangguk. “Izinkan dia masuk,” ujar Cendekia kepada penjaga. “Baik,” jawab si penjaga lalu bergegas pergi. Di depan gerbang kediaman pemimpin Kota Freely. Chandra dan Lilian menunggu selama beberapa saat, sampai akhirnya si penjaga yang melapor ke dalam bergegas keluar. “Putri, silakan masuk.”Chandra dan Lilian masuk ke dalam kediaman pemimpin kota dengan dipandu oleh si penjaga. Mereka masuk ke dalam aula utama setelah melewati sebuah lorong. Seorang pemuda terlihat sedang duduk di kursi utama aula. Pemud
Mereka berdua mencari tempat tinggal terlebih dahulu setelah masuk ke dalam kota. Di dalam kamar. Chandra duduk di sebuah kursi, sementara Lilian menuangkan teh untuknya. “Kak Chandra, kapan kita akan pergi ke kediaman pemimpin kota?” tanya Lilian cemas. Beberapa hari telah berlalu, tapi dia masih belum mengetahui keadaan para kerabatnya. Sekarang, dia benar-benar ingin tahu keberadaan Istana Kegelapan serta keadaan pada kerabatnya.“Makan saja dulu setelah itu baru kita pergi,” ujar Chandra lalu berjalan menuju pintu keluar. Dia berjalan ke lantai pertama untuk memesan beberapa makanan lalu makan dengan santai. Lilian duduk di dekat Chandra tanpa keinginan untuk makan sedikit pun. Di aula, ada banyak orang yang sedang menikmati makanan mereka. “Aku dengar, istana kekaisaran Kota Sky Draga dihancurkan dan jutaan orang dibantai di sana.”“Ya, aku juga mendengarnya. Sepertinya, itu ulah Istana Kegelapan.”“Sepertinya alasan pembantaian itu karena Negara Sky Draga memiliki harta ka
Pemandangan yang sangat memilukan ketika melihat tanah yang mereka injak dipenuhi dengan mayat. Lilian bergegas menuju istana kekaisaran. Di sekitar istana, jumlah mayat yang bergelimpangan juga semakin banyak. Seluruh tanah berlumuran darah. Dia terpaksa menginjak mayat ketika bergerak maju. Sampai akhirnya, dia tiba di istana tidak lama kemudian. Mayat pengawal berbaju besi tampak bergelimpangan ketika Lilian melangkah masuk ke dalam istana. Lilian terus melangkah masuk ke dalam istana. Namun, semua orang sudah menjadi mayat dan tidak ada satu pun orang hidup yang bisa dia temui di sana. “Papa ….”Lilian berjongkok di tanah sambil berteriak pilu. Chandra yang melihat ini, hanya bisa diam tanpa tahu, bagaimana cara menghibur perempuan ini.Sampai akhirnya, Chandra berusaha untuk menenangkannya dengan berkata, “Kamu lihat dulu, apakah ada kerabatmu di antara mayat-mayat itu? Mungkin saja mereka tidak mati dan hanya ditangkap.”Lilian bergegas bangkit dan mulai mencari kerabatnya di a
Lilian membutuhkan waktu beberapa saat untuk bisa tiba di tempat Chandra berada ketika Chandra masih terbaring di atas tanah dengan napas lemah. Lilian sempat tidak berani mendekati Chandra setelah melihat pertarungan Chandra dan Sergi. Dia hanya berdiri beberapa meter jauhnya dari Chandra sambil memperhatikan Chandra lalu bertanya pelan, “Apa kamu baik-baik saja?”Chandra berkata dengan suara lemah, “Aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat sebentar.”Lilian menghela napas lega setelah mendengar jawaban Chandra. Namun, dia masih tidak berani mendekat dan hanya berani berdiri beberapa meter dari Chandra sambil menatap laki-laki itu. Wajah Chandra tampak memerah setelah menyadari Lilian yang terus menatapnya. Sampai akhirnya 30 menit kemudian, tubuh Chandra kembali pulih. Dia bisa berdiri di atas tanah lalu meregangkan ototnya. “Ini?”Lilian sangat terkejut dengan pemandangan ini. Dia bisa merasakan napas Chandra yang sangat lemah dan hampir mati sebelumnya. Namun, hanya dalam wa
Tubuh Chandra tertusuk dan terpukul oleh kekuatan tangan Sergi yang dahsyat sampai tubuhnya terpental. Tubuh Chandra terjatuh dengan keras sampai tanah yang ditabraknya membentuk lubang yang sangat dalam. Wajah Lilian seketika memucat. Sekarang, dia tidak lagi bisa melarikan diri. bahkan penyelamat hidupnya saja sudah tewas di tangan Sergi. “Putri ….”Sergi berdiri melayang di udara sambil menatap Lilian yang gemetaran di kejauhan lalu dia tersenyum seraya berkata, “Kamu pikir, orang ini bisa menyelamatkanmu? Kamu benar-benar suka bermimpi, ya!”Di mata Sergi, Chandra sudah tewas.“Aku … aku akan memberikannya padamu,” ujar Lilian memilih untuk berkompromi. Lagi pula, Sergi tetap bisa mendapatkan giok itu kalau dia mati. Jadi, setidaknya dia masih bisa hidup jika dia memberikan giok itu dengan sukarela. Namun, tiba-tiba saja Chandra melesat keluar dari lubang reruntuhan dengan rambut berantakan dan tubuh yang berlumuran darah. Dia benar-benar tampak menyedihkan. Anehnya, cedera di d
Suara teriakan nyaring itu diikuti dengan energi pedang yang melesat ke seluruh penjuru arah dan membunuh belasan prajurit yang melindungi Lilian. Detik berikutnya, Sergi sudah muncul di depan Lilian. Chandra yang sedang membunuh banyak prajurit Istana Kegelapan bergegas ke arah Lilian dalam sekejap mata lalu memeluknya. Di saat yang bersamaan, Lilian juga memiringkan tubuhnya berusaha menghindari serangan Sergi. Kemudian Chandra membawa Lilian melesat ke langit setinggi beberapa puluh meter sambil menyimpan pedang di tangannya. “Peluk aku!” seru Chandra. Lilian bergegas menuruti perintah Chandra. Tidak lama kemudian, muncul dua jenis energi sejati di telapak tangan Chandra. Kedua jenis energi ini terlihat langsung bergabung dan membentuk sebuah kekuatan baru. “Sangkar Kosmik!” Bola energi hasil perpaduan dua jenis energi sejati langsung melesat ke bawah. Duar!Bumi berguncang dengan gunung-gunung yang berada di bawahnya langsung hancur dalam sekejap mata. Semua prajurit Istana K
Suara langkah kaki yang sangat banyak juga terdengar dari kejauhan setelah suara itu menghilang. Tidak lama kemudian, sejumlah prajurit yang mengenakan jubah dan topeng hitam muncul. Dalam sekejap mata, hutan di sekitar Chandra penuh sesak oleh lebih dari 3000 prajurit yang mengepungnya.Seorang laki-laki tua tiba-tiba saja mendarat di atas tanah. Laki-laki itu terlihat sudah berumur sekitar 70 tahun dengan wajah berkeriput dan mata cekung. Sosok itu terlihat sangat aneh. Laki-laki tua itu tampak mengenakan jubah berwarna merah dengan pedang merah di tangannya. “Sergi?”Ekspresi Lilian seketika berubah. Begitu pun, belasan prajurit berbaju besi yang tersisa. Mereka semua tampak ketakutan sampai tubuh mereka bergetar.Chandra berbalik lalu menatap Lilian dan bertanya, “Siapa itu Sergi?”Lilian berkata dengan raut wajah ketakutan dan mulut yang bergetar, “Sergi adalah wakil pemimpin Istana Kegelapan. Kekuatannya berada tepat di bawah pemimpin Istana Kegelapan. Dia adalah salah satu pra