Tamara menghela napas. "Tiba-tiba Chandra menghilang, aku baru tahu ternyata keluarganya sedang ada masalah. Tahun berikutnya aku belajar sekeras mungkin, akhirnya aku berhasil masuk ke universitas ternama."Chandra terkejut mendengar cerita Tama. Dia tidak menyangka Tamara benar-benar belajar dan berhasil masuk ke universitas ternama."Bagus, bagus." Chandra mengagumi keuletan Tamara."Terima kasih," jawab Tamara.Ketika Chandra dan Tamara tengah mengobrol, seseorang datang menghampiri Nova, lalu berkata, "Nova, Tamara lagi menggoda suamimu. Sewaktu sekolah dia sangat genit, dia jago menggoda cowok. Dia pasti mengagumi suamimu, sebaiknya kamu hati-hati."Nova hanya tersenyum. "Namanya juga reuni, mereka cuma ngobrol biasa."Nova memercayai Chandra."Wah, Nova baik banget.""Nova, bagaimana kamu bisa menikah sama pecundang kayak dia? Kamu cantik, keluargamu kaya, ngapain menikah sama dia?"Sekelompok orang mulai bergosip.Nova tersenyum lebar setiap membicarakan Chandra, dia terlihat s
Sebuah kalimat yang sederhana langsung membuat Ken patuh.Ken tidak berani banyak bicara, dia mengelap bajunya yang basah dan kembali bernyanyi.Chandra bangkit berdiri, lalu menghampiri Mario dan menepuk pundaknya sambil tersenyum. "Nggak apa-apa, nggak usah terlalu dipikirin. Makan sepuasnya dan nikmati acara malam ini.""Terima kasih." Mario merasa bersyukur."Cuma masalah kecil." Chandra melambaikan tangan.Sandra melirik Chandra sambil mengusap dagunya dengan curiga. "Chandra agak mencurigakan ...."Selama ini Sandra mengira bahwa Chandra hanyalah seorang pecundang. Akhirnya hari ini Chandra menunjukkan kemampuannya, dia berhasil mengalahkan beberapa pengawal Kenny dan mengusir Dandi. Sekarang, artis sebesar Ken pun tunduk dan takut kepada Chandra.Ken bahkan memanggil Chandra dengan sebutan Pak Presdir. Memangnya Chandra mempunyai perusahaan?"Chandra." Sandra mengerutkan alis."Hmm?" Chandra menatap Sandra.Sandra tersenyum kepadanya sambil berkata, "Ayo, makan di mejaku.""Ngga
Bisa tidur bersama Ken merupakan sebuah kehormatan."Nggak tahu diuntung." Ken mendengus dingin.Begitu Nova pergi, para penggemar yang lain langsung mengepung Ken dan meminta foto bersama. Ken menjaga jarak dengan penggemar yang jelek, dia hanya mau memeluk dan merangkul beberapa penggemar yang cantik.Setelah selesai berfoto, Ken kembali ke kamarnya dan beristirahat. Yanna, manajernya Ken sedang berkemas di dalam kamar. Meskipun sudah berusia 30 tahun, Yanna masih terlihat seperti gadis berusia 20 tahun. Dia sangat pintar merawat diri, kulitnya masih halus dan lembut.Yanna mengenakan sehelai gaun yang seksi."Kak Yanna." Ken masuk ke dalam kamar, dia terlihat senang dan bersemangat. "Coba tebak, aku ketemu siapa?'Yanna menjawabnya dengan ekspresi malas, "Kamu naksir penggemar yang mana lagi?""Bukan, bukan. Aku ketemu presdirnya Perusahaan New Era," jawab Ken."Apa?" Yanna sulit memercayainya. "Beneran? Presdir Perusahaan New Era?""Benar, aku nggak mungkin salah," jawab Ken.Ken d
Chandra membawa Nova kembali ke vila.Di sebuah kamar yang terletak di lantai dua.Nova kesal diperlakukan seperti anak kecil. "Chandra, kamu ngapain sih? Merusak suasana saja.""Sayang, tunggu sebentar." Chandra pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang tak jauh dari vila.Tak lama kemudian Chandra kembali dengan membawa baju renang. Dia memberikan baju renang itu kepada Nova dan berkata, "Pakai yang ini saja.""Chandra, memang perlu sampai segininya?" Nova marah."Perlu. Cepat, pakai," jawab Chandra."Ah, ya sudah. Kamu keluar duluan." Nova bangkit berdiri dan mengusir Chandra.Setelah mengusir Chandra keluar, Nova tersenyum sambil menatap baju renang yang dibeli oleh Chandra. Nova merasa sangat bahagia. Dia tidak menyangka ternyata Chandra juga bisa otoriter.Meskipun awalnya kesal, Nova menyukai sikap Chandra yang tegas.Setelah selesai mengganti baju, Nova pun keluar dari kamar. Pakaian renang ini jauh lebih baik daripada bikini yang menunjukkan setiap inci tubuh Nova."Bagus, bagus
Setelah menjawab Yanna, Nova berbalik dan pergi meninggalkannya."Nova, kamu jangan nggak tahu diuntung! Kamu nggak kenal aku? Aku adalah manajer yang paling hebat di Rivera. Semua artis yang aku pegang pasti jadi terkenal. Nova, jangan meremehkan kemampuanku! Percaya nggak, besok videomu bersama Ken akan menyebar di internet." Yanna mulai mengancam."Kamu mau apa sih?" Nova membalikkan badan, lalu bertanya sambil mengerutkan alis."Sekarang teknologi sudah maju. Aku bisa menggunakan video orang lain, lalu mengubah wajahnya menjadi wajahmu dan wajah Ken. Kalau video panas itu sampai tersebar di internet, menurutmu bagaimana reaksi masyarakat?" tanya Yanna."Kamu ...." Sekujur tubuh Nova gemetaran.Beginilah sifat asli Yanna. Dia bisa menjadi bidadari yang baik, tetapi juga bisa menjadi penyihir yang jahat."Sebaiknya kamu nggak macam-macam. Temani Ken satu malam, aku nggak akan mengganggu kehidupanmu. Tapi kalau kamu menolak, kamu tanggung sendiri akibatnya. Ken ada di kamar 203." Yann
Ken kira Nova yang mengetuk pintu, tetapi ternyata malah Chandra yang datang."Pak ... Pak Presdir?" Ken tercengang selama beberapa detik.Setelah terbangun dari lamunan, Ken bergegas mempersilakan Chandra masuk ke dalam kamarnya. "Kak Yanna, tolong seduh kopi. Pak Presdir datang ...."Sesaat mendengar teriakan Ken, Yanna langsung bangkit dari tempat tidur dan beranjak keluar dari kamarnya sendiri. Presdir Perusahaan New Era bukanlah orang sembarangan, Yanna tidak berani membuatnya menunggu terlalu lama."Pak, silakan duduk," kata Yanna sambil membawa secangkir kopi."Pak, maafkan sikapku tempo hari. Seharusnya aku nggak menyinggung Perusahaan New Era, aku sudah menyadari kesalahanku. Tolong berikan aku satu kesempatan," kata Ken sambil tersenyum.Chandra melambaikan tangannya. "Aku nggak mempermasalahkan hal itu.""Terima kasih, terima kasih, Pak." Ken sangat senang."Pak, silakan diminum kopinya." Yanna ikut lega setelah mendengar jawaban Chandra.Ken melirik Yanna dan memberikannya
Chandra melempar Ken hingga mengenai tembok. Sekujur tubuh Ken terasa remuk, tetapi dia tidak berani menjerit."Jangan kira aku nggak berani memukul wanita," kata Chandra sambil menendang Yanna yang berlutut di lantai.Yanna kesakitan, tetapi dia pun tidak berani bergeming.Ken bergegas berlutut dan meminta maaf, "Pak, semua salah aku. Maafkan aku, maafkan aku. Aku yang nggak tahu diri."Chandra ingin membunuh Ken, tetapi dia sudah berjanji kepada Nova untuk tidak main tangan.Chandra menarik napas panjang dan berkata, "Temui Nova dan minta maaf. Berlutut sampai dia memaafkanmu! Asalkan Nova memaafkanmu, aku nggak akan mempermasalahkannya. Tapi kalau Nova nggak memaafkanmu, aku pastikan kamu akan musnah dari muka bumi ini."Setelah selesai bicara, Chandra membalikkan badan dan beranjak pergi.Begitu Chandra pergi, Ken dan Yanna langsung menangis kesakitan."Kak, habislah aku. Tamatlah riwayatku ...."Yanna ketakutan sampai sekujur tubuhnya gemetaran. "Cepat, temui Nova dan minta maaf!
Semua orang pun tenang setelah mendengar penjelasan Dion.Chandra dan Nova yang baru turun juga mendengar ucapan Dion."Sayang, tolong Sandra ...." Nova menarik pergelangan tangan Chandra.Chandra melambaikan tangan. "Dia muridnya Dokter Santo, 'kan? Biar saja dia periksa, kita tunggu dulu."Dion memperhatikan Sandra yang berbaring di atas sofa. Paha Sandra merah dan bengkak akibat digigit ular berbisa. Secara perlahan-lahan, bekas gigitan ular tampak berubah menjadi warna hitam. Artinya racun ular sedang menyebar ke seluruh pembuluh darah.Dion mengulurkan tangan dan memencet sekitar bekas gigitan ular."Ah!" Sandra berteriak kesakitan."Sandra, tahan dulu. Ada aku, tenang saja! Kamu nggak akan mati, kok. Aku harus mengeluarkan racun di dalam tubuhmu. Begini saja, aku akan mengobatimu di kamar. Di sini terlalu banyak orang, aku nggak bisa fokus," kata Dion.Kepala Sandra terasa pusing, dia seperti orang yang setengah sadar. Jika bekas gigitan ular tidak segera diobati, Sanedra bisa ma
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd