"Kak Chandra." Seorang gadis muda berusia dua puluhan tahun menyapa Chandra. Gadis itu mengenakan kaos tipis yang terawang, celana jeans, dan mengikat rambutnya ke belakang.Gadis ini adalah Senny, dia sudah beberapa hari bermalam di kliniknya Paul. Selain itu, Senny juga menyaksikan saat Chandra mengutus orang untuk menghancurkan Niroga Farma.Setelah beberapa hari memperhatikannya, Senny sudah bisa menebak identitas Chandra."Em." Chandra hanya mengangguk kecil."Kak Chandra," Paul keluar dan bergegas menyapa Chandra."Mana barang yang aku mau? Sudah siap?" tanya Chandra.Paul menunjuk sebuah kotak yang ada di atas meja dan menjawab, "Itu, baru diantar."Chandra langsung mengambil kotak itu, lalu masuk ke dalam kamar dan bersiap-siap.Sembari menunggu Chandra, Senny bersandar di bahu Paul dan bertanya, "Kak Paul, Kak Chandra mau ngapain?"Paul mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Aku nggak tahu."Di dalam kamar, Chandra sedang sibuk membuat topeng manusia. Chandra memiliki keteramp
Kusuma bergegas menyiapkan mobil yang diminta oleh Chandra.Kusuma membeli semua aset Empat Keluarga Besar dan mendirikan Atma Group. Sekarang, Atma Group sudah memiliki aset senilai puluhan triliun.Bagi mereka, tidak ada mobil yang terlalu mahal ....Kusuma segera menyiapkan sebuah Rolls Royce Silver Phantom yang bernilai 1,8 miliar. Mobil ini tidak bisa dibeli oleh orang sembarang. Selain ada uang, pembeli juga harus memiliki relasi yang sangat bagus.Relasi yang dibangun oleh Atma Group sangatlah mengerikan.Empat Keluarga Besar menjual aset mereka dengan sukarela. Selain Keluarga Sinaga yang sudah bangkrut, ketiga keluarga lain masih memiliki posisi yang kuat di Rivera.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Chandra mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan kepada Nova.[ Mau ketemu jam berapa?" ]Nova pergi ke Wasa Group. Sejak tadi, dia tidak bisa fokus bekerja. Setiap beberapa menit sekali, Nova selalu mengecek ponselnya.Setelah beberapa jam, akhirnya Nova menerima p
Chandra berjalan sambil merangkul pundak Nova.Para wartawan yang bersembunyi langsung mengabadikan momen tersebut.Sandra yang berada di kejauhan pun tampak tercengang. Kemudian, dia bergegas menyusul Chandan Nova, lalu melepaskan kacamatanya dan berkata, "Nova ...."Sandra memelototi Chandra, matanya memancarkan aura kebencian yang sangat kuat.Chandra mengerutkan alis, kenapa Sandra berada di sini?Sandra merasa marah sekaligus sedih. Perlahan-lahan, mata Sandra terlihat berkaca-kaca."Em?" Chandra menatap Sandra dan bertanya, "Ngapain kamu di sini?"Nova yang berada di samping Chandra juga terlihat canggung. Bagaimanapun, si Pangeran Misterius adalah mantan kekasihnya Sandra. Selain itu, Nova dan Sandra juga bersahabat."Sandra ...." Nova tidak enak dengan Sandra. Seketika, wajah Nova memerah dan malu."Chandra, kamu tahu aku sudah menunggumu selama 10 tahun, 'kan?" Sandra mengucapkannya sambil terisak. "Aku tahu kamu nggak mati, aku bisa merasakannya. Selama ini aku terus menunggu
"Aku ...." Nova terlihat ragu-ragu.Sebenarnya Nova ingin mengatakan bahwa dia sudah punya suami dan tidak akan bercerai, tetapi entah kenapa dia tidak sanggup mengucapkannya."Aku dan Chandra tidak ada perasaan apa-apa. Kakek yang menjodohkan kami," jawab Nova.Setelah mendengar jawaban Nova, akhirnya Chandra mengerti seperti apa sosok Chandra di mata istrinya. Bagi Nova, Chandra bukanlah siapa-siapa, pernikahan hanyalah formalitas semata.Selanjutnya, Nova berterima kasih kepada Chandra atas semua bantuannya selama ini.Namun, Chandra sudah tidak fokus mendengarkan Nova. Setelah selesai makan malam, Chandra bertanya kepada Nova, "Mau aku antar pulang?""Nggak perlu." Nova menolak dengan tegas. "Aku ... aku akan mempertimbangkan untuk bercerai."Nova berdiri, lalu mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Chandra.Chandra mengusap hidungnya sambil memandang Nova yang pergi. "Bercerai ...."Chandra hanya tersenyum kecil, dia tidak tahu harus merespons seperti apa.Chandra meninggalkan re
Teuku, Teuku yang merupakan salah satu dari Lima Jenderal? Teuku yang paling berkuasa di antara Lima Jenderal dan menduduki posisi paling stabil di ibu kota?"Lalu? Ada informasi apa lagi?" tanya Chandra sambil mengerutkan alis.Filbert menjawab, "Saat menelusuri keberadaan kotak kuno, aku mendapatkan sebuah informasi mengenai sekelompok perampok makan. Kelompok perampok makam itu dibayar oleh seorang sosok misterius, lalu sosok itu memberikan peta makam Raja Januar kepada para perampok makam. Setelah mendapatkan kotak kuno, seseorang malah merebut kotak kuno dari tangan para perampok, sedangkan kuncinya jatuh ke tangan Mawar."Chandra melirik Filbert dan bertanya dengan serius, "Intinya, siapa yang merampas kotak kuno itu? Terus siapa sosok misterius yang membayar para perampok makam?""Berdasarkan informasi, orang yang merampas kotak kuno bernama Windu. Windu adalah orang yang terkenal, dia juga yang membawa kotak kuno ke Rivera. Yang lebih mengejutkan, Windu adalah tangan kanannya T
Ibu kota Someria adalah Sato.Di sebuah paviliun yang terletak di tengah ibu kota.Di halaman paviliun, tampak beberapa pengawal berjas hitam yang sedang berjaga. Tak berapa lama, terlihat seorang pria yang mengenakan jubah berjalan mendekat.Sesaat melihat pria berjubah, sekelompok pengawal langsung maju dan mengadangnya."Tidak ada yang boleh mendekati kediaman Jenderal Teuku. Cepat pergi! Kalau nggak, kami akan menghabisimu!" kata salah seorang pengawal.Pria berjubah adalah Chandra yang datang jauh-jauh dari Rivera.Setelah mendapatkan petunjuk, Chandra langsung datang ke ibu kota untuk menemui Teuku. Ada beberapa hal yang ingin Chandra tanyakan kepada Teuku.Jika Teuku memang terlibat, semua pasti kacau."Aku adalah Naga Hitam, aku ingin menemui Jenderal Teuku. Tolong beri tahu padanya," kata Chandra.Begitu mendengar nama Naga Hitam, sekelompok pengawal langsung menciut dan mundur."Cepat, cepat beri tahu Jenderal.""Baik."Beberapa pengawal segera berlari ke dalam paviliun, seda
"Hmm?" Chandra terkejut. "Apa maksudmu?""Hah?" Teuku balik bertanya, "Kayaknya kamu nggak tahu, ya?""Aku nggak tahu apa-apa. Coba jelaskan!" Chandra memerintahkan."Sebenarnya ini rahasia, sebaiknya kamu nggak perlu tahu. Mengetahuinya pun nggak ada untungnya. Waktu itu Robi meninggalkan Keluarga Atmaja, maka kamu juga sudah bukan bagian Keluarga Atmaja. Otomatis juga nggak ada hubungannya lagi sama Empat Keluarga Besar. Sebaiknya kamu nggak tahu dan jangan ukut campur," Teuku menjelaskan.Chandra menatap Teuku dengan tajam. Meskipun bukan Teuku yang menghancurkan Keluarga Atmaja, Teuku pasti banyak mengetahui informasi.Seketika, Chandra berpindah ke hadapan Teuku, lalu mengarahkan sebuah pisau ke lehernya.Teuku sadar, ini adalah sebuah ancaman, tetapi dia sama sekali tidak takut. Sebaliknya, Teuku malah tersenyum dingin. "Chandra, kamu mau ngapain? Membunuh aku? Setelah membunuhku, memangnya kamu bisa keluar dari paviliun ini?""Katakan! Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Chandra
Chandra kembali ke Rivera dengan menggunakan helikopter.Sesampainya di rumah Keluarga Kurniawan, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam.Untungnya Chandra membawa kunci rumah. Dia membuka pintu secara perlahan-lahan dan menyelinap masuk ke dalam kamar.Begitu masuk ke dalam kamar, tiba-tiba lampu menyala dan Chandra pun terkejut.Sesaat berbalik, Chandra melihat Nova yang duduk di atas tempat tidur. Wajah Nova terlihat sangat cemberut."Sa, sayang, kamu belum tidur?" tanya Chandra sambil menggaruk kepala.Nova menundukkan kepala sambil bertanya, "Sudah jam berapa ini? Kamu ke mana saja?""Aku ke kantor, ada banyak sistem yang masih perlu diperbaiki. Malam ini aku rapat, makanya pulang agak malam. Sayang, maaf ya, lain kali aku akan mengabarimu." Untungnya Chandra sangat cerdik.Emosi Nova baru mereda setelah mendengar penjelasan Chandra."Chandra ...." Nova terlihat ragu-ragu."Em? Ada apa?" tanya Chandra."Nggak, nggak apa-apa." Nova berbaring dan tidur.Nova ingin meminta cerai, tet
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd
Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie
Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba
Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.
Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l