Chandra sudah menyelesaikan masalah Christian dan kembali pulang ke rumah Nova. Lelaki itu diam di dalam rumah sepanjang sore tanpa ada pergi ke mana pun.Sedangkan Yani dan yang lainnya sedang menyetor uang tunai di bank. Nova juga pergi ke Wasa Group. Dia yang baru saja menerima perusahaan itu tampak sibuk karena banyak urusan. Perempuan itu masih belum pulang ketika jarum jam menunjukan pukul enam.Yani yang sudah janjian dengan Christian merasa khawatir ketika Nova masih tidak pulang. Dia menghubungi perempuan itu dan memintanya untuk segera pulang. Nova pikir ada masalah besar yang terjadi sehingga dia bergegas kembali.“Nova, cepat ganti baju kamu dengan baju yang bagus. Aksesori perhiasan kalau bisa dipakai juga.”“Ma, mau ngapain?” tanya Nova dengan bingung.“Mama sudah mengajak Christian makan malam bersama. Cepat! Jangan lelet! Christian sangat sibuk, kamu nggak boleh buang waktu dia yang padat itu.”Wajah Nova menggelap dan berkata, “Aku nggak mau pergi, kalau mau biar Mama
Baru saja Nova duduk, Harion masuk ke dalam dengan senyuman lebar dan menyambutnya, “Bu Nova, kamu sudah datang?” Setelah itu dia menjentikkan jarinya.Beberapa pelayan yang sangat cantik berjalan masuk dengan membawa beberapa hadiah. Ada baju, kalung dan juga tas.“Bu Nova, barang-barang ini sudah lama sekali aku cari,” kata lelaki itu yang membuat kening Nova berkerut. Kenapa setiap kali dia datang Harion selalu bersikap ramah dengan dirinya? Padahal dia sudah menolaknya berulang kali.“Pak Harion, jangan begitu,” kata Yani yang bangkit berdiri sambil menerima hadiah tersebut.“Ma, ngapain?! Nggak boleh diterima!” ujar Nova dengan cepat.Yani tertawa dan berkata, “Nggak boleh buat Pak Harion kecewa.”“Benar, ini hanya barang kecil dan nggak berharga,” kata Harion.“Biar saya mewakili Nova untuk menerimanya,” jawab YaniAkhir-akhir ini dia sering sekali menerima hadiah hingga tangannya pegal dan mulutnya terus tersenyum lebar. Harion bergegas pergi setelah selesai memberikan hadiah. S
Nova menatap Christian dengan ekspresi bingung dan bertanya, “Tuan Muda Atmaja sudah mencarimu?”“Hah?”Christian terdiam dan menatap Nova sekilas. Jangan-jangan perempuan itu masih belum mengetahui identitas Chandra? Lalu siapa yang disebut sebagai Tuan Muda Atmaja itu? Apakah Chandra?Setelah terdiam sesaat, Christian mengangguk dan berkata, “I-iya kali ya.”Nova menarik napas dalam karena tebakannya benar. Pemuda itu yang diam-diam beraksi. Apa yang sudah dia lakukan hingga bisa mendapatkan perilaku seperti itu dari Tuan Muda Atmaja?“Nova, maaf. Aku benar-benar sudah terlalu gegabah. Aku nggak cocok sama kamu. Aku janji nggak akan mengganggumu lagi.”Setelah berkata seperti itu, Christian melirik sekilas ke arah Chandra yang masih sibuk makan tanpa ada berbicara satu patah kata pun. Dia membungkuk kemudian berbalik pergi dari ruangan itu. Sikap Christian membuat seluruh anggota keluarga Kurniawan melongo.Hingga tubuh Christian menghilang sepenuhnya, Yani baru tersadar dan berkata,
Chandra membalikkan tubuhnya. Sedangkan posisi Nova membelakanginya. Nova tidak melepas gaun tidurnya, tapi gaun yang dipakainya adalah gaun dengan tali tipis. Punggungnya yang putih mulus terpampang jelas di depan mata Chandra.Chandra mencoba bertanya, “Sayang, apakah kamu merasa aku nggak pantas jadi suamimu?”Nova pun membalikkan tubuhnya, kedua matanya bertemu dengan mata Chandra.“Jangan bicara sembarangan. Aku nggak meremehkan kamu.”“Di dalam hatimu, hanya orang seperti Tuan Chandra yang misterius baru pantas untukmu, kan?” tanya Chandra lagi.Nova pun merasa sedikit panik karena isi hatinya terbaca. Dia pun segera memberi penjelasan, “Nggak, nggak ada hal seperti itu. Karena aku sudah menikah denganmu, maka aku sudah jadi istrimu. Selama kamu nggak melakukan kesalahan padaku, aku nggak akan pernah cerai sama kamu.”Kata-kata Nova membuat hati Chandra sangat tersentuh. Dia pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium Nova. Dalam hitungan detik, bibir keduanya saling menempel
Setelah Nova mengetahui kalau perusahaan masih memiliki piutang sebesar 60 miliar, dia segera mencari informasi yang relevan dan membacanya dengan serius. Dokumen pertama yang dia baca adalah perjanjian pesanan yang ditandatangani oleh Wasa Group dan Niroga Farma.Dalam perjanjian tersebut, tertulis bahwa setiap pengiriman barang harus disertai dengan sebagian pembayaran. Setelah pembayaran mencapai 50% dari total pesanan, pembayaran baru ditangguhkan.Setelah seluruh pesanan selesai, kalau semua barang yang diterima dalam kondisi baik, maka pihak Niroga Farma harus menyelesaikan pembayaran yang tersisa 50% dalam sekali bayar.Pada paruh pertama tahun ini, Wasa Group fokus dengan pesanan Niroga Farma. Namun, setelah pesanan selesai, Niroga Farma justru menolak untuk melunasi pembayaran akhir. Pihak Niroga Farma mengatakan ada masalah dengan kualitas obat.Oleh karena itu, pihak Wasa Group menuntut Niroga Farma. Akan tetapi, Niroga Farma merupakan sebuah perusahaan besar. Mereka memilik
“Oh, Pak Tedy, ya?” Wajah Nova seketika berseri ketika mendengar nama pria itu, dia langsung menjabat tangan pria itu.Akan tetapi, Tedy justru menarik tangan Nova dan tidak mau melepaskannya. Nova segera menarik kembali tangannya.Tedy menatap Nova dengan lekat. Nova memang memiliki wajah yang cantik dan aura yang tidak biasa. Pantas saja perempuan itu dicap sebagai perempuan cantik nomor satu di Kota Rivera oleh media.Tedy juga pernah mendengar kalau Nova memiliki hubungan baik dengan banyak orang-orang besar. Orang lain takut pada orang-orang itu, tapi dia tidak takut.“Bu Nova datang mewakili Wasa Group?” tanya Tedy sambil memperhatikan Nova dari kepala hingga ke ujung kaki, dengan ekspresi puas di wajahnya.“Iya, Pak Tedy. Sekarang aku adalah ketua dewan Wasa Group. Aku rasa kita perlu bicarakan baik-baik permasalahan dalam kerja sama antara Wasa Group dan Niroga Farma.”“Oh, begitu. Kalau begitu kita ke ruanganku saja. Silakan ....”Tedy memberi isyarat mempersilakan. Tujuan Nov
Nova telah pergi, meninggalkan Niroga Farma.“Sempurna, barang bagus,” ujar Tedy yang masih terpesona oleh kecantikan Nova, dengan ekspresi serakah di wajahnya.Tedy sudah lama mendengar nama Nova, tapi dia tidak pernah melihat perempuan itu secara langsung. Akhirnya, dia bisa bertemu dengan perempuan itu hari ini.Setelah merenung sejenak, Tedy mengeluarkan ponselnya. Kemudian, dia menghubungi sebuah nomor.“Datang dan temui aku segera.”Sesaat kemudian, seorang pria yang mengenakan baju kuning lengan pendek, berambut gondrong dan penampilan seperti b*jingan datang sambil tersenyum lebar, “Ada apa, Bos?”“Suruh beberapa orang pergi ke pabrik pemrosesan Wasa dan buat onar di sana. Jangan buat keributan yang terlalu besar. Cukup buat mereka nggak bisa beroperasi secara normal,” perintah Tedy.“Oke, urusan kecil, nggak masalah.”Tedy tersenyum penuh arti, lalu bergumam sendiri, “Nova, aku sudah bilang. Kamu akan segera kembali untuk mohon sama aku.”Nova telah kembali ke Wasa Group. Dia
Saat makan malam, Yani menyadari ada yang tidak beres dengan Nova. Dia spontan bertanya, “Ada apa, Nova? Kenapa mukamu cemberut begitu?”“Nggak apa-apa, Ma.”“Masih saja bilang nggak apa-apa. Semua sudah tertulis jelas di mukamu.”“A-ada sedikit masalah di perusahaan,” jawab Nova tanpa daya. “Niroga Farma berutang 60 miliar pada Wasa Group. Aku hari ini pergi ke Niroga Farma ....”Nova menceritakan tentang dia pergi ke Niroga Farma serta pabrik Wasa Group yang diserang sampai tidak bisa beroperasi.“Aku juga nggak menyangka kalau Niroga Farma punya bekingan yang begitu kuat. Mereka punya orang di mana-mana. Sekarang aku gagal menagih utang mereka, malah menyebabkan masalah yang lebih banyak,” ujar Nova.“Cari Tuan Chandra saja,” celetuk Yani tiba-tiba. “Tuan Chandra sangat hebat. Dia pasti bisa selesaikan masalah ini dengan mudah.”“Li-lihat nanti saja.”Nova makan sedikit dengan tergesa-gesa. Selesai makan, dia langsung kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Dia sangat lelah, karena
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd
Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie
Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba
Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.
Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l