Proses pengalihan kepemilikan itu berlangsung lancar.Rusli meminta sekretarisnya untuk membuat kontrak pengalihan kepemilikan, sementara Chandra langsung login ke internet banking dan mentransfer 200 miliar ke rekening pribadi Rusli.Selain itu, Chandra juga mentransfer 200 miliar ke rekening perusahaan sebagai modal.Setelah transfernya berhasil, perjanjian itu pun ditandatangani.Rusli kelihatan lelah. Dia memandang Nova, menepuk bahu wanita itu, dan berkata, “Nova, Kakek menyerahkan Wasa Group ini padamu. Wasa Group nggak bisa berkembang di tangan Kakek, jadi Kakek harap perusahaan ini berjaya di tanganmu.”Nova berjanji, “Kakek, jangan khawatir. Aku pasti akan memimpin Wasa Group menuju kejayaan.”“Ngomong-ngomong ….” Andi teringat sesuatu. Dia menatap Nova dan berkata, “Nova, karyawan-karyawan perusahaan sedang membuat onar di pabrik sekarang. Mereka sudah memanggil belasan truk. Kalau kita nggak membayar upah mereka hari ini, mereka akan mengambil seluruh peralatan di pabrik dan
Rusli berpikir. Kenapa dia tidak tahu menahu tentang kesulitan para karyawan di pabrik?Dia menunjuk Nova yang ada di sampingnya dan berkata, “Ini Nova Kurniawan, presiden direktur baru perusahaan kita. Mulai sekarang, Nova yang akan memimpin Wasa Group. Kalian semua nggak usah khawatir. Wasa Group sudah punya uang sekarang dan gaji kalian semua akan segera dibayar.”“Apa? Nova Kurniawan?”“Nova Kurniawan dari Yorda Group. Mengapa dia datang ke Wasa Group?”“Bos, yang benar?”Para karyawan memandangi Nova.Nova melangkah maju dan berkata dengan lantang, “Benar, itu benar. Kalian semua bisa mendapatkan gaji kalian hari ini. Karena sudah ditinggal selama tiga bulan sebelumnya, aku memutuskan untuk memberi kalian setengah bulan gaji sebagai kompensasinya. Nanti setelah perusahaan mulai beroperasi normal kembali, aku berjanji kalian pasti akan bisa bekerja dengan normal dan bisa lembur. Gaji kalian setidaknya akan menjadi dua kali lipat.”Mendengar itu, semua orang jadi bersemangat.Fajar
Masalah yang dibuat oleh para karyawan pabrik tidak memengaruhi suasana hati Nova.Dia tidak membutuhkan karyawan yang bisa merugikan perusahaan.Dia tidak akan menahan orang-orang yang mau pergi, dan dia akan memberi gaji yang terbaik untuk orang-orang yang masih bertahan.“Bu Nova, aku akan membawamu melihat-lihat di dalam pabrik.”Rusli merentangkan tangan dan mempersilakan Nova masuk ke dalam pabrik.“Pa, Kakek.” Ridwan akhirnya menemukan kesempatan untuk menyela, menatap Nova dengan keraguan di wajahnya dan berkata, “Kakek, apa yang terjadi? Mengapa presiden direktur perusahaan kita jadi Nova dari Yorda Group?”Rusli menjelaskan, “Wasa Group adalah hasil kerja keras kita selama puluhan tahun. Kakek benar-benar nggak tega melihatnya jatuh ke tangan orang lain. Nova bukan orang luar. Kalau kita menyerahkan Wasa Group ke tangannya, perusahaan ini akan berkembang dan berjaya.”“Kakek Rusli, aku pasti nggak akan mengecewakan Kakek.”Mereka pun memasuki pabrik.“Bu Nova, peralatan di pa
Mereka juga bisa membuka restoran di food street.Asalkan perusahaan besar bisa masuk ke sana, maka mereka bisa mendapatkan banyak keuntungan.Namun, biaya pelunasan langsung untuk masuk ke food street saja sangat tinggi.Mereka bahkan tidak pernah bermimpi untuk bisa memasuki pasar Kota New Era.“Bu … Bu Nova. Apa Ibu serius?” Ridwan agak bersemangat.“Kita akan mencobanya. Belum tentu berhasil.” Sebenarnya, Nova juga tidak seratus persen yakin.Dia sudah mempersiapkan hal ini ketika masih menjabat sebagai presdir Yorda Group, terus mengekspansi skala bisnis perusahaan untuk meningkatkan pengaruh perusahaan dan memperoleh kualifikasi untuk masuk ke pasar tersebut.Wasa Group tidak sebesar Yorda Group, jadi dia lebih tidak yakin.Namun, ini adalah mimpinya.Ini juga merupakan impian semua perusahaan.Kalau mereka bisa masuk ke pasar Kota New Era, maka mereka bisa mendapatkan “berkat” dari kota tersebut, yang akan membawakan banyak keuntungan di kemudian hari.Selain itu, dia merasa dia
Setelah mengakuisisi Wasa Group dan berkeliling melihat-lihat isi pabrik, hari sudah siang.Chandra dan Nova pulang bersama. Chandra mengendarai motor listrik dan membonceng Nova.“Sayang, kita nggak usah pulang makan siang di rumah deh hari ini. Kita makan di luar saja, untuk merayakannya.” Nova mengulurkan lengan untuk memeluk Chandra dari belakang.Anginnya cukup kencang, membuat rambut hitamnya berantakan.Dia membenamkan kepalanya di punggung Chandra untuk berlindung dari angina.“Oke.” Chandra tidak bisa berharap lebih.Sudah lama sekali dia tidak pernah makan berdua dengan Nova.“Bagaimana kalau kita pergi ke Sentosa?”“Nggak.” Nova menggelengkan kepalanya dan berkata, “Setiap kali aku pergi ke Sentosa, Harion pasti akan datang untuk menyambutku secara pribadi, membuatku tampak seperti tokoh besar saja.”“Haha.” Chandra tertawa keras, “Siapa suruh kamu begitu dihormati. Kalau nggak menjilatmu, siapa lagi yang harus orang-orang jilat?”“Bukan, itu kan karena ….” Nova ragu untuk m
Christian benar-benar terpikat oleh Nova.Selama berada di luar negeri, dia pernah bertemu dengan banyak wanita cantik.Karena latar belakang keluarganya, dia telah bermain dengan banyak artis.Dia sudah bukan di usia yang bisa main-main lagi.“Nova, kamu milikku.” Dia mengulurkan tangannya ke arah Nova yang berada di luar, lalu mengepalkan tangannya dan menariknya kembali, seolah memeluk wanita itu dengan ekspresi lembut di wajahnya.Nova tidak tahu bahwa dia sedang diinginkan oleh pria lain.Dia telah minum sedikit alkohol dan wajahnya memerah. Tampangnya sangat menawan dan Chandra sangat terpesona.Cantik. Sangat cantik.Chandra duduk di hadapan Nova, menatap wanita yang wajahnya merona merah itu sambil memegang gelas anggurnya. Dia jadi kehilangan fokus.“Lihat apa?” Nova membuat gerakan mencungkil mata dan memarahi suaminya, “Kamu melihatku setiap hari, masih belum cukup?”Chandra tertawa dan berkata, “Seumur hidup juga nggak cukup.”Hati Nova berbunga-bunga. Dia mengatupkan bibir
Christian terlalu kaya.Dia memberikan hadiah dan mobil yang bernilai miliaran, serta vila yang bernilai triliunan. Langsung memberikannya begitu saja.Dengan melakukan itu, dia langsung menaklukkan keluarga Kurniawan.Yani mulai membantu Christian untuk menjodohkan pria itu dengan putrinya. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi putrinya itu, menyuruh putrinya segera pulang.Nova dan Chandra baru sampai di bioskop.Keduanya berpegangan tangan. Nova bersandar di bahu Chandra.Setelah mengangkat telepon dari ibunya, Nova jadi cemberut dan berkata, “Sayang, sepertinya kita nggak bisa nonton bioskop.”“Ha? Ada apa?” tanya Chandra.Nova tampak tidak berdaya, “Aku nggak tahu ada masalah apa. Mama telepon dan menyuruhku cepat pulang. Sepertinya sangat mendesak.” “Kalau begitu pulang saja. Kita masih punya banyak waktu ke depannya.”Nova mengangguk, “Iya.”Keduanya pun meninggalkan bioskop lebih awal.Chandra mengendarai motor dan membawa Nova pulang.Sebelum memasuki rumah, merek
Wanita seperti Nova, kalau dia tidak mengumumkan ke semua orang bahwa wanita ini miliknya, entah berapa banyak orang di luar sana yang akan terus mengincarnya.Yani terus mengetuk pintu di luar.Nova dan Chandra yang di dalam kamar tidak menyahut.Tak lama kemudian, suara ketukannya pun hilang.Christian mungkin yang pergi.Setelah mendengar tidak ada gerak-gerik lagi di luar, Nova pun menghela napas lega. Dia menatap Chandra. Wajahnya memerah hingga ke pangkal leher.Chandra menyadari ada yang aneh dari Nova, akhirnya bertanya, “Nova, ada apa? Kamu nggak enak badan?”Nova menundukkan kepalanya, mengumpulkan keberaniannya dan berkata, “Nggak, bukan nggak enak badan. Sayang, kita … lakukan saja. Aku akan memberikannya padamu.”Bahkan di depan suaminya sendiri, dia masih merasa sedikit tidak nyaman mengatakan hal ini. Dia merasa malu, dan rasa malu muncul di lubuk hatinya.Mendengar itu, seluruh tubuh Chandra gemetaran.Akhirnya, hari ini datang?Selama ini, dia tidak pernah memaksa.Apa
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal