Wanita seperti Nova, kalau dia tidak mengumumkan ke semua orang bahwa wanita ini miliknya, entah berapa banyak orang di luar sana yang akan terus mengincarnya.Yani terus mengetuk pintu di luar.Nova dan Chandra yang di dalam kamar tidak menyahut.Tak lama kemudian, suara ketukannya pun hilang.Christian mungkin yang pergi.Setelah mendengar tidak ada gerak-gerik lagi di luar, Nova pun menghela napas lega. Dia menatap Chandra. Wajahnya memerah hingga ke pangkal leher.Chandra menyadari ada yang aneh dari Nova, akhirnya bertanya, “Nova, ada apa? Kamu nggak enak badan?”Nova menundukkan kepalanya, mengumpulkan keberaniannya dan berkata, “Nggak, bukan nggak enak badan. Sayang, kita … lakukan saja. Aku akan memberikannya padamu.”Bahkan di depan suaminya sendiri, dia masih merasa sedikit tidak nyaman mengatakan hal ini. Dia merasa malu, dan rasa malu muncul di lubuk hatinya.Mendengar itu, seluruh tubuh Chandra gemetaran.Akhirnya, hari ini datang?Selama ini, dia tidak pernah memaksa.Apa
Nova berjalan keluar ruangan dan merasa lega ketika melihat Christian sudah pergi.Begitu Nova keluar, Yani langsung memaki dan menegur, “Dasar kamu.”“Apa enaknya bersama Chandra? Christian berasal dari keluarga kaya dengan aset ratusan triliun. Donny Winata hanya memiliki satu putra, yaitu dia. Dia cepat atau lambat akan mewarisi harta ayahnya.” “Ma, aku ada urusan, jadi aku pergi dulu.” Nova bergegas keluar kamar.Setelah pergi, dia menelepon ke Chandra, “Sayang, aku ke kantor Farma Kimia dulu untuk meminta sedikit pesanan dari Yura, supaya Wasa Group bisa melanjutkan produksi.”“Oke.” Chandra mengangguk.Nova pergi bekerja, jadi Chandra pun keluar dari kamar.Keluar dari kamar, dia langsung melangkah ke pintu.Yani yang sedang duduk di ruang tamu segera menghentikannya, “Berhenti.”“Ma.” Chandra berjalan menghampiri Yani dengan canggung.Yani mengeluarkan sebuah kartu, meletakkannya di atas meja, dan berkata dengan dingin, “Di dalam kartu ini ada satu miliar. Ini uang yang Mama si
Namun, membuka klinik di Jalan Nantaboga sama saja dengan mencari mati.Kalau mau berobat, orang-orang di Rivera pergi ke jalan pusat medis.Mereka yang datang dari luar Rivera untuk berobat juga datang karena jalanan ini terkenal. Mereka biasanya tidak akan pergi ke klinik kecil.Pintu di Klinik Mortal setengah terbuka.Sebelum masuk ke dalam, Chandra mendengar ada suara wanita.“Wah, ada apa ini?”Ekspresi wajahnya seketika menjadi bersemangat. Dia tidak terburu-buru untuk memasuki ruangan, tetapi mendengarkan di pintu dulu.Di dalam klinik.Paul duduk di kursi, dengan seorang wanita duduk di seberangnya.Wanita itu berusia sekitar 25 atau 26 tahun, memakai riasan wajah dan berpakaian rok cantik, yang kelihatannya cukup cantik.“Paul, ‘kan? Menurutku kita nggak cocok. Kamu nggak punya mobil, rumah, dan nggak punya tabungan. Kamu hanya membuka sebuah klinik bobrok, tapi juga nggak ada yang datang berobat ke sini. Kriteria yang kucari dari pacar itu sangat tinggi, setidaknya harus memi
Paul mengendarai mobil Wuling yang sudah dimodifikasi dan membawa Chandra pergi dari Jalan Nantaboga itu.“Kak Chandra, mau pergi ke mana?”“Pusat kota. Jalan Pesanggra, sebuah tempat bernama Honor Lounge.”“Oh,” kata Paul, kemudian berkonsentrasi mengemudi.“Sebenarnya, Claudia orangnya baik.” Paul berkata, “Aku sudah melihat informasi mengenai dia. Dia lulus dari universitas bergengsi dan sekarang bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan besar dengan gaji 60 juta sebulan. Jadi, wajar saja kalau dia punya kriteria yang tinggi.”“Claudia itu wanita yang menyebutmu miskin tadi?” Chandra melirik Paul.Paul mengangguk, “Iya, namanya Claudia.”Chandra tersenyum dan berkata, “Lupakan saja wanita seperti itu. Nanti kita minta Mawar untuk memperkenalkan wanita yang lebih baik dari ini. Oh ya, kalau kamu bersedia, bekerjalah di Perusahaan New Era, jadi wakil presdir. Jadi, kamu mudah kalau mau menggoda perempuan. Eh, bukan kamu Claudia goda perempuan, tapi kalau wanita mau menggodamu.”“Lu
“Pulang, pulang ke mana? Kita sudah datang. Apa pun yang terjadi, kita harus masuk dan melihat-lihat tempat ini ….”Chandra memegang ponselnya dan hendak menelepon Ihsan.Karena, ketika dia menelepon Ihsan untuk menanyakan tentang tempat hiburan yang bagus di Rivera, Ihsan menyebutkan satu tempat dan meminta Chandra untuk menunggunya sebentar, karena dia akan segera datang.Pada saat ini, sebuah Rolls-Royce Phantom melaju ke tempat itu dengan cepat. Seorang pria gemuk botak berusia lima puluhan bergegas menghampiri mereka.Pria itu berjalan ke depan Chandra dan berkata dengan kehabisan napas, “Ma … maaf. Di jalan agak macet, jadi aku ter … terlambat.”Chandra melambaikan tangannya dan berkata sambil tersenyum, “Nggak apa-apa, kami juga baru sampai. Kita datang ke sini untuk Paul hari ini. “Ini Black Deity kita dari Gurun Selatan. Ihsan, kamu harus melayaninya dengan baik. Kalau ada yang mengecewakan dan Jenderal Black Deity kita sampa marah, apa kamu tahu konsekuensinya?”“Aku akan me
Chandra tertawa terbahak-bahak.Paul merasa malu.Ihsan menghela napas lega. Akhirnya, Chandra sudah puas.Sebaliknya, Claudia tercengang dan masih belum bisa mencerna semua ini.Bukannya ini si pria miskin?Yang nggak punya uang, nggak punya mobil, nggak punya tabungan. Bagaimana pria ini bisa mengenal Ihsan Pamungkas?Manajer tempat itu berlutut di lantai dan bertanya dengan hati-hati, “Ma … maaf, apa masih perlu yang lain?”“Dia, dia dia, nggak mau. Yang lainnya, mau,” kata Chandra sambil menunjuk ke beberapa wanita.“Kamu, kamu, kamu. Cepat pergi. Yang lainnya tinggal dan layani mereka dengan baik.”“Baik.” Mereka yang ditunjuk segera pergi.Yang lainnya satu per satu berdiri dan berjalan menghampiri ketiga pria itu.Chandra langsung berdiri, “Aku nggak perlu. Kalian hanya perlu melayani dua orang ini dengan baik.”Ihsan cepat-cepat berkata, “Aku juga nggak perlu. Layani saja orang ini.”Tiba-tiba, semua wanita cantik itu mengelilingi Paul.Dalam sekejap, beberapa bekas lipstik mun
“Oke, aku akan segera mengaturnya.”Chandra menutup telepon dan naik taksi ke tempat Arif.Saat ini sudah sore.Setelah pulang ke rumah, Arif takut Chandra akan datang lagi untuk membalas dendam, jadi dia meminta putranya Aldo untuk memanggil beberapa temannya untuk datang ke rumah. Kalau Chandra berani datang, mereka akan memukuli pria itu habis-habisan.Di rumah Arif.“Ayo, teman-teman, minum.”Putra Arif, Aldo, menyambut beberapa temannya yang bertubuh tinggi dan kekar.Mereka minum-minum dan makan BBQ.Seorang pria berusia dua puluhan yang mengenakan rompi hitam berkata, “Aldo, jangan khawatir. Kalau pria itu masih berani datang, aku akan mematahkan kakinya.”“Ada Kak Budi di sini, jadi aku nggak khawatir. Jangan khawatir, setelah kita memberi pelajaran pada pria itu, aku akan membayarmu 60 juta, nggak kurang sepeser pun. Pakai uangnya untuk minum-minum dengan teman-teman lain,” kata Aldo sambil tersenyum. Dia merasa tenang dengan adanya beberapa temannya ini.“Birnya datang.” Arif
Arif dibawa pergi, anaknya, Aldo dibawa pergi. Beberapa preman dibawa pergi juga.“Kak Chandra ….”Seorang polisi yang masih belum pergi melihat Chandra dan dengan sikap santun bertanya, “Pe-permisi mau tanya, bagaimana cara melacak keluarga Kurniawan?”Polisi ini merupakan seorang kepala investigasi kejahatan yang bernama Judy. Sebelum datang, dia sudah mengetahui identitas Chandra yang merupakan menantu dari keluarga Kurniawan. Akan tetapi dia tidak mengetahui identitas Chandra yang lainnya.Namun, orang yang bisa membuat para jenderal di bawah Arya memanggilnya dengan sebutan “Kakak”, sudah pasti bukan orang yang sembarangan. Chandra sendiri juga tidak tahu harus bagaimana memeriksa keluarga Kurniawan.“Setelah dilacak, tutup apa yang harus ditutup dan denda apa yang harus didenda!” kata Chandra.“Baik,” jawab Judy sambil mengangguk.“Jenderal Abdul, kali ini sudah merepotkanmu. Aku akan cari waktu traktir kamu makan.”Chandra mengibaskan tangannya dan berbalik pergi.Di waktu yang
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd
Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie
Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba
Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.
Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l
Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.
Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete