Menara Bawah Tanah, Pustaka Agung. Berdasarkan informasi yang ditinggalkan guru Basita, tempat ini adalah warisan leluhur bumi untuk manusia. Di sini, konon tersimpan berbagai kitab ilmu bela diri yang tak terkalahkan. Namun, setelah mencari ke setiap sudut lantai pertama menara bawah tanah, Chandra dan Nova tidak menemukan apa pun, termasuk pintu masuk ke lantai kedua. Chandra memeriksa setiap sudut sekali lagi. Setelah yakin tidak ada pintu menuju lantai berikutnya, dia menatap Basita dan berkata, “Sepertinya kita memang tidak bisa mendapatkan kitab ilmu bela diri itu.” Basita hanya memandangi sekeliling dengan ekspresi bingung. “Seharusnya tidak seperti ini,” gumamnya. Dia merasa aneh. Berdasarkan petunjuk gurunya, tempat ini jelas adalah lokasi Pustaka Agung. Tapi kenapa tidak ada kitab apa pun? Apakah Chandra dan Nova bukanlah orang yang berjodoh dengan tempat ini? Basita sebenarnya sudah lama memperhatikan perjalanan Chandra dan Nova. Mereka adalah pesilat termuda dan
Wusss! Tiba-tiba, sebuah bayangan samar muncul di udara. Bayangan itu tampak seperti ilusi—seakan berada di antara nyata dan tidak nyata. Jika diperhatikan dengan seksama, sosok itu menyerupai seorang wanita, namun wujudnya begitu buram sehingga wajahnya sulit dilihat dengan jelas. "Gunung Abadi?" gumam bayangan itu dengan suara dingin, menatap tajam ke arah Basita. Basita membungkukkan tubuh dengan hormat. "Benar, aku murid Lingsi Agung dari Gunung Abadi. Apakah Anda penjaga Pustaka Agung?" "Betul. Aku penjaga Pustaka Agung," jawab wanita itu. Suaranya merdu namun dingin, membawa tekanan yang kuat, nyaris tanpa emosi. Dengan penuh keberanian, Basita bertanya, "Wahai Yang Mulia Penjaga, apa maksud Anda? Mengapa Nova dikurung seperti ini?" Penjaga itu melirik Nova dengan tatapan tajam. "Tempat ini adalah tanah suci umat manusia. Dia memiliki energi iblis yang terlalu pekat—makhluk kegelapan. Jika bukan karena sedikit aura manusia dalam dirinya, dia sudah lama musnah menjadi ab
Penjaga itu tahu, semakin besar potensi seseorang, semakin mengerikan masa depannya setelah terkontaminasi oleh darah Empat Hewan Keberuntungan. Wanita itu benar-benar ingin membunuh Nova. Namun, Nova adalah salah satu pesilat dengan potensi terbesar di antara umat manusia. Jika ia dibunuh sekarang, itu akan menjadi kerugian besar bagi umat manusia. "Untuk saat ini, energi iblisnya masih lemah, masih ada cara untuk memurnikannya," gumam Sang Penjaga pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Di luar, Chandra seperti orang yang kehilangan akal, terus menyerang pintu batu dengan penuh amarah. Pada saat itu, pintu batu mendadak terbuka. Dari dalam, seorang wanita dengan gaun putih sederhana melangkah keluar. Saat ia muncul, sebuah tebasan energi pedang dari Chandra melesat ke arahnya. Namun, begitu energi pedang itu mendekati tubuh wanita tersebut, dia langsung menghilang tanpa bekas. Wanita itu berdiri di depan pintu, menatap Chandra dan Basita dengan tatapan tenang. "Sia
Setelah berpikir sejenak, penjaga itu akhirnya berkata, "Kalau begitu, ikut aku." Ia berbalik dan masuk kembali ke dalam pintu batu. Basita dan Chandra segera mengikutinya. Di dalam, Nova terlihat masih terkurung dalam penjara besi. Namun, darah dalam tubuhnya sudah mulai tenang, dan kesadarannya pun pulih. Saat melihat Chandra, ia langsung memanggil, "Sayang!" Nova berusaha mendekati Chandra, tetapi begitu mendekati jeruji, tubuhnya seperti terkena kejutan listrik, memaksanya mundur. "Penjaga, kenapa ini terjadi?" Chandra menatap Nova yang terkurung dan beralih ke wanita itu dengan nada penuh harap. "Bisakah Anda membebaskan istri saya?" Tanpa berkata sepatah pun, penjaga itu melambaikan tangannya. Dari telapak tangannya, sebuah kekuatan dahsyat muncul. Seketika, penjara besi itu lenyap tanpa bekas. Chandra hanya bisa terpana, menyaksikan kekuatan yang luar biasa ini. "Betapa luar biasanya kemampuannya ..." pikirnya. Nova segera berlari ke arah Chandra dan menggenggam tan
Nova melangkah ke arah Batu Potensi, berdiri di depannya, lalu berbalik menatap penjaga. "Hanya perlu meletakkan kedua tangan di atas batu ini?" tanya Nova. Penjaga itu mengangguk pelan. Mendengar itu, Nova mengangkat kedua tangannya dan menempelkannya pada permukaan batu. Begitu tangannya menyentuh batu itu, ia merasakan aliran energi yang hangat menyebar ke seluruh tubuhnya. Sensasi itu memberikan kenyamanan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tak lama kemudian, karakter-karakter misterius di permukaan batu mulai bersinar terang. "Crak!" Tiba-tiba, lantai di dekatnya retak, membentuk sebuah celah yang perlahan membesar. Sebuah pintu batu menuju bawah tanah muncul dari celah tersebut. "Selamat," kata penjaga itu dengan senyum tipis. "Kamu telah mendapat pengakuan. Sekarang kamu bisa masuk. Di dalam, kamu akan menemukan rahasia dan ilmu yang sesuai dengan potensi dirimu." Nova melepas tangannya dari batu, menatap pintu batu bawah tanah itu dengan penuh harapan. Tanpa r
Begitu Chandra muncul kembali, suara Nova langsung terdengar, "Sayang, bagaimana hasilnya?" Dengan wajah penuh kegembiraan, Chandra menjawab, "Aku mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Kamu sendiri bagaimana?" Nova tersenyum bahagia. "Aku juga mendapatkan sebuah teknik rahasia yang hebat." Namun, sebelum mereka sempat berbincang lebih lama, penjaga itu melangkah mendekati mereka. Dengan tatapan tegas, ia berkata, "Kalian semua sudah mendapatkan apa yang kalian cari. Sekarang tinggalkan tempat ini. Sebelum segel terbuka, jangan kembali ke sini." Chandra segera menggenggam tangan Nova, "Nova, ayo kita pergi." Namun, sebelum mereka sempat melangkah, penjaga itu mengangkat tangannya, menghalangi jalan mereka. "Dia tidak bisa pergi." Nova menghentikan langkahnya. Ia memandang Chandra dengan lembut dan berkata, "Sayang, kamu pulanglah dulu. Aku akan tinggal di sini untuk memurnikan energi iblis dalam tubuhku." "Tapi ..." Chandra terlihat ragu. Ia tahu bahwa tinggal di sini berar
Setelah meninggalkan Gunung Langit, Chandra memutuskan untuk tidak langsung kembali ke Negara Naga. Ia mengingat janjinya kepada Nova untuk mengunjungi Rivera dan melihat Chaca, anak mereka yang kini berusia lebih dari tujuh bulan. Chandra merasa bersalah karena sejak Chaca lahir, ia belum pernah kembali untuk menemuinya. Sebagai seorang ayah, ia mengakui bahwa dirinya belum menjalankan peran tersebut dengan baik. Rumah Keluarga Kurniawan di Rivera langsung dipenuhi kegembiraan saat Chandra tiba. Toni, kepala keluarga, langsung berseru, "Segera kumpulkan para tokoh penting di Someria! Kita harus mengadakan pesta besar untuk menyambut Chandra!" Keberhasilan Chandra memimpin kemerdekaan Negara Naga dari Gurun Selatan telah menjadi berita besar di Someria. Keluarga Kurniawan bangga memiliki hubungan dengan sosok yang kini dikenal sebagai Kaisar Negara Naga, bahkan menyebut diri mereka sebagai keluarga bangsawan. Di dalam ruang utama vila keluarga, Chandra menggendong Chaca. Bayi
Setelah lima hari menunggu di Vila Pedang Deite, pakaian yang Chandra pesan akhirnya selesai. Itu adalah sebuah mantel hitam yang terbuat dari besi, dengan berat lebih dari seratus lima puluh kilogram. Saat mencoba pakaian tersebut, Chandra merasa puas. Meskipun beratnya luar biasa, ia memakainya dengan tekad kuat untuk meningkatkan kemampuan fisiknya. "Terima kasih, Tuan Aman," kata Chandra sambil membungkuk. Setelah itu, tanpa berlama-lama, ia berpamitan kepada Aman dan meninggalkan Vila Pedang Deite. Setelah kepergian Chandra, Aman menghela napas lega. Namun, ia tidak beristirahat. Ia langsung menuju ke gua tersembunyi di belakang vila. Di dalam gua itu, terdapat sebuah pedang yang tampak menyeramkan—Pedang Penghancur Bumi. Pedang ini memiliki bentuk yang serupa dengan Pedang Naga Pertama, tetapi memancarkan aura hitam yang menakutkan. Pedang ini dibuat dengan menggunakan tulang naga dan bahan langka lainnya oleh para pandai besi terbaik Vila Pedang Deite. Sayangnya, has
Mereka menganggap manusia bumi sebagai pengkhianat yang pantas mati dan selalu memandang manusia bumi sebelah mata, tapi sejauh ini mereka belum pernah melakukan pembantaian. Karena masih ada manusia bumi yang sangat kuat, yaitu Basita. Walaupun kekuatan Basita sedikit di bawah Dusky, bukan berarti Basita adalah lawan yang mudah dikalahkan. Chandra langsung naik pitam ketika mendengar kata pembantaian. Dia menatap ke arah Anak Dewa sambil mengepalkan tinjunya. “Lihat saja nanti, apa kamu benar-benar berani melakukan pembantaian. Lagi pula, kamu pasti sudah mati di tanganku sebelum kamu berhasil melakukannya,” ujar Chandra tanpa bercanda sedikit pun. “Ayo,” ujar Chandra yang tidak ingin berlama-lama di Kota Dusky. Dia pergi meninggalkan Kota Dusky bersama tiga mahasiswi itu. Chandra mengawal mereka sampai keluar dari area Gunung Bushu dan muncul di sebuah pinggiran kota manusia bumi. Di sebuah pinggiran kota. Chandra menatap ketiga mahasiswi yang tampak kotor itu lalu berkata, “Ke
Sebenarnya, dendam di antara Chandra dan Anak Dewa tidaklah dalam. Chandra sudah mengecohnya ketika mereka berada di level enam Rumah Abadi, sampai akhirnya dia tidak bisa menghindari serangan Chandra yang berhasil membuatnya terluka parah. Karena alasan inilah, Anak Dewa sudah lama ingin membunuh Chandra. Namun, Chandra tiba-tiba menghilang setelah keluar dari Rumah Abadi. Sekarang, Chandra tiba-tiba muncul di hadapannya dan membuat onar di Kota Dusky. Bagaimana mungkin Anak Dewa bisa tinggal diam sebagai seorang Wakil Penguasa Kota?Lurca menghampiri Chandra setelah mendengar perintah Anak Dewa. Ketiga mahasiswi bergegas bersembunyi di belakang tubuh Chandra dengan raut wajah ketakutan. Chandra menatap Lurca yang berjalan mendekatinya. Dua tahun lalu di Gunung Bushu, Lurca pernah cukup merugikan Chandra. Oleh karena itu, Chandra tidak memiliki kesan baik kepada manusia yang datang dari dunia lain. “Kenapa? Kamu mau menyerangku?” tanya Chandra sambil menatap Lurca tenang dan tanpa
Raut wajah orang-orang berubah serius ketika melihat Chandra membunuh laki-laki gemuk itu. Di sisi lain, beberapa gadis yang berada di dalam kendang sedang menatap ngeri ke depan. Mereka tidak tahu, apa yang sedang terjadi di luar sana. Ketua penjaga berkata dengan ekspresi wajah muram, “Mati, kamu!”Si ketua penjaga sampai saat ini belum merasa takut. Karena mereka berada di dalam Kota Dusky yang muncul di tempat ini setahun yang lalu. Para prajurit dari dunia lain telah bertempur dengan sengit untuk memperjuangkan kota ini. Sampai akhirnya, Dusky berhasil mengalahkan prajurit lainnya dan menduduki kota ini yang diberi nama Kota Dusky.Chandra mengabaikan ancaman si ketua penjaga. Dia berjalan menuju kendang di mana terdapat tiga perempuan yang terkurung di dalamnya. Walaupun wajah ketiga perempuan itu kotor, kecantikan mereka tetap tidak bisa ditutupi. Ketiga perempuan ini pastinya merupakan perempuan-perempuan paling cantik di universitas mereka. Chandra berusaha untuk bersikap ra
“Aku tidak peduli siapa kamu. Kamu harus tunduk dan hormat ketika berada di Kota Dusky ini. Tangkap dan kurung dia selama 30 tahun!” seru ketua penjaga itu dengan dingin. Para penjaga di sekitar Chandra hendak menyerang Chandra, tapi tubuh Chandra tiba-tiba saja menghilang dan muncul 10 meter jauhnya dari pengepungan. “Ini?” Ketua penjaga tertegun. Chandra bergerak dengan sangat cepat. Bahkan dia tidak bisa melihat pergerakannya dengan jelas. “Laki-laki itu harus mati,” ujar Chandra sambil menunjuk laki-laki gemuk di belakang si ketua penjaga. Chandra harus menunjukkan kekuasaannya agar para makhluk dari dunia lain tidak bisa semena-mena terhadap manusia bumi. Para penjaga menatap Chandra dengan saksama. Chandra sangatlah kuat, bahkan jauh lebih kuat dari bayangan mereka. Namun, tempat ini adalah Kota Dusky dan para penjaga memiliki tanggung jawab untuk melindungi kota ini. Mereka akan menghabisi siapa pun yang berniat untuk membuat onar di Kota Dusky. Chandra melangkah semakin
Ketiga perempuan itu menatap Chandra ngeri. “Hufh!”Chandra menarik napas panjang dan memilih untuk tidak bertindak gegabah. Bagaimanapun juga, dia sudah pergi selama dua tahun, jadi dia tidak tahu prajurit kuat seperti apa yang datang ke bumi. Dia juga tidak tahu, apakah dia bisa mengalahkan mereka atau tidak. Namun, dia mendengar laki-laki gemuk itu menyebut Basita. “Kamu menyebut nama Basita tadi. Apa orang itu sangat kuat?” tanya Chandra sambil berusaha menahan amarahnya. “Apa kamu tidak tahu tentang orang itu? Kamu pasti baru datang ke bumi, ya?”Chandra mengangguk lalu berkata, “Ya, aku baru datang ke bumi, jadi aku tidak tahu apa pun yang ada di sini.”“Kalau begitu, aku akan menjelaskannya untukmu.”Si laki-laki gemuk itu tanpa ragu terus berbicara agar Chandra mau membeli para perempuan itu, “Basita adalah manusia bumi paling kuat saat ini. Kabarnya, dia sudah mencapai Alam Trasenden tingkat tiga. Karena dia pernah mengalahkan seseorang yang berada di Alam Trasenden tingkat
Chandra sudah berlatih di medan perang kuno selama dua tahun. Dia juga tidak tahu, apakah sudah ada prajurit kuat yang berhasil mengalahkan penjaga level sembilan dan menjadi pemilik Rumah Abadi selanjutnya? Oleh karena itu, Chandra bergegas meninggalkan tempat ini dan muncul di luar dengan cepat. Dia bergegas pergi menuju pangkalan militer terdekat tanpa berhenti di mana pun. Kemudian dia naik pesawat khusus untuk menuju Gunung Bushu. Akhirnya, dia tiba di Gunung Bushu setelah menumpang pesawat cukup lama. Wilayah Gunung Bushu tampak lebih luas setelah dua tahun berlalu. Ada banyak daerah baru yang muncul di sana, sampai Chandra hampir tidak mengenali Gunung Bushu. Namun, Chandra bisa melihat cahaya keemasan di kejauhan yang menandakan Rumah Abadi masih berdiri di sana dan belum menemukan pemilik barunya. Chandra langsung bernapas lega dan memilih untuk berjalan perlahan masuk ke dalam area Gunung Bushu. Chandra menemukan banyak prajurit ketika Chandra berjalan semakin dalam. Bahk
Chandra tampak gembira. Akhirnya, dia hampir berhasil mencapai kekuatan magis segel kedelapan setelah berlatih cukup keras sekian lamanya. Sekarang, dia hanya perlu meningkatkan kekuatannya sampai puncak agar bisa membuka segel kedelapan. Setelah itu, barulah dia akan melawan penjaga Rumah Abadi di level sembilan. Chandra bergegas berdiri lalu berjalan menghampiri si penjaga. Si penjaga berbalik dan menyerahkan pakaian kepada Chandra yang baru menyadari kalau pakaiannya sudah habis terbakar. Chandra menerima pakaian itu dari tangan si penjaga dengan raut wajah malu seraya berkata, “Terima kasih, Kak.”Chandra buru-buru mengenakan pakaian itu yang ternyata adalah sebuah jubah antik yang sangat pas di badannya. Si penjaga berbalik dan menatap Chandra dengan puas lalu mengangguk seraya berkata, “Bagus sekali! Kecepatanmu dalam belajar, jauh lebih cepat dari dugaanku.”“Kak, sudah berapa lama aku berada di sini?” tanya Chandra penasaran. Chandra berlatih dengan sangat keras di tempat i
Chandra tidak tahu, apa yang akan dilakukan si penjaga. Namun, dia tetap berdiri lalu mengikuti si penjaga. Si penjaga melangkah lambat dalam kehampaan. Karena dia takut Chandra tidak bisa mengimbangi kecepatannya. Chandra terus mengikutnya dari belakang. Sampai akhirnya, seberkas cahaya muncul di depan mereka setelah mereka berjalan melewati banyak gunung dan sungai yang sudah hancur. Cahaya itu semakin lama semakin terang. Sampai akhirnya, Chandra menyadari ada lautan api di depannya.Di depan mereka saat ini tampak sebuah pegunungan yang dikelilingi oleh kobaran api yang berwarna putih. Api itu sungguh tampak aneh dan menakutkan. Si penjaga berhenti di luar gunung yang terbakar itu dan Chandra juga ikut berhenti. Chandra sudah bisa merasakan hawa panas dari tempat dia berhenti sampai keringat bercucuran di dahinya. Dia benar-benar terkejut. Biasanya, tidak ada api yang bisa membuatnya kepanasan setelah dirinya berada di tingkatnya saat ini. “Kak, apa ini?” tanya Chandra. Si pen
Si penjaga berkata, “Sekarang, kamu harus menekan energi sejatimu dan membuatnya lebih murni dan lebih kuat. Kekuatanmu akan semakin kuat seiring dengan semakin murninya energi sejatimu.”“Bagaimana cara menekannya?” tanya Chandra bingung. “Aku akan mengajarkanmu beberapa keterampilan,” ujar si penjaga lalu mengulurkan jari rampingnya dan menyentuh dahi Chandra. Dengan cepat, beberapa informasi masuk ke dalam otak Chandra. Kemudian dia duduk bersila dan menyerap semua informasi yang masuk ke dalam pikirannya. Chandra seketika menyadari bahwa informasi ini adalah suatu bentuk ilmu kultivasi mental untuk menekan energi sejati di dalam tubuhnya. Ilmu kultivasi mental ini tidak terlalu mendalam, tapi tetap saja ada beberapa bagian yang tidak Chandra mengerti. Akhirnya, Chandra menanyakan berbagai macam hal yang tidak dimengertinya tanpa rasa malu kepada si penjaga. Chandra dengan cepat bisa mengerti tentang semua ini di bawah bimbingan si penjaga. Kemudian, Chandra bergegas menggunakan