Robi berteriak tepat waktu dan menghentikan Nova yang kerasukan. Hal ini membuat Raja Guntur terhindar dari kematian dan hanya dihajar oleh Nova sampai tak sadarkan diri.Sebenarnya, tujuan Robi menghentikan Nova adalah karena dia membutuhkan kekuatan Raja Guntur untuk membunuh naga yang sangat kuat dan sulit untuk ditaklukkan. Raja Guntur adalah sosok yang sangat kuat. Kekuatannya juga tidak lebih lemah dari orang-orang yang berada di Tangga Langit Kesembilan. Jadi, Robi pastinya membutuhkan kekuatan Raja Guntur untuk menaklukkan naga. Nova menatap Robi yang menghampirinya lalu bertanya, “Kakek, kenapa kamu ingin orang itu tetap hidup? Walaupun aku belum lama menjadi praktisi bela diri, tapi aku tahu kalau orang-orang mereka sudah lama menjadi musuh Someria.”“Nova, membunuh naga adalah kunci dari setiap permasalahan ini. Bagaimanapun juga, naga adalah hewan yang sangat sulit untuk ditaklukkan. Kita pastinya akan dirugikan kalau sampai membunuh orang kuat saat ini. Selain itu, masih
“Apa kamu mengakui Nova sebagai pemimpin Aliansi Seni Bela Diri Dunia?” tanya Robi. Raja Guntur mengangguk lalu berkata, “Aku bersedia.”“Kalau begitu mulai sekarang, kalian semua harus mematuhi semua perintah dari pemimpin Aliansi Seni Bela Diri Dunia,” ujar Robi. Raja Guntur mengangguk lalu berkata kembali, “Aku mengakuinya dan akan mematuhinya. Tapi, kepatuhanku hanya terbatas untuk membunuh naga. Selain itu, aku tidak akan pernah mematuhinya!”“Baik,” jawab Robi sambil mengangguk.Semua itu sudah lebih dari cukup. Karena kekuatan kelompok Adidaya saja sudah melampaui separuh dari kekuatan seluruh anggota aliansi. Robi menatap Nova lalu berkata, “Nova, beri perintah pada kami sekarang!”“Aku? Perintah apa yang harus kuberikan?” tanya Nova sambil mengerutkan keningnya. “Kami akan mendengarkan semua perintahmu yang bersangkutan dengan membunuh naga. Kamu yang putuskan, apa yang selanjutnya harus kita lakukan,” jawab Robi. Namun sayangnya, Nova tidak tahu perintah apa yang harus d
Konferensi Seni Bela Diri Dunia berakhir dengan sukses. Pada awalnya, tujuan Akasa mengadakan konferensi ini adalah untuk menjadi pemimpin dari Aliansi Seni Bela Diri Dunia. Namun, tiba-tiba saja ketua kelompok Adidaya dari Milandia muncul dan Akasa memilih untuk tidak bertarung melawannya. Akhirnya, Nova muncul dan mengambil alih posisi pemimpin aliansi. Akasa merasa sangat kecewa dengan semua yang terjadi. Dia masih duduk di atas reruntuhan gunung sambil terus merokok setelah semua orang pergi ketika seorang laki-laki yang mengenakan topeng merah datang menghampirinya. “Master!” seru Akasa dengan raut wajah penuh hormat. Dia juga tidak tahu, siapakah sebenarnya orang yang dipanggilnya Master ini. Karena selama ini, dia belum pernah melihat wajah Master itu, sekalipun Master itu sudah mengajarinya banyak ilmu bela diri yang luar biasa, seperti metode Penyerapan Energi. Orang yang berada di dalam topeng itu adalah Basita, dia pun mengangguk lalu berkata, “Suasana hatimu sedang buru
Dia yakin, kalau Akasa pasti akan segera datang kembali ke pulau ini bersama banyak orang kuat lainnya untuk membunuh naga, seandainya tidak terjadi hal buruk padanya. Oleh karena itu, Chandra mengambil kesempatan ini untuk terus berbicara dengan Bonar sekaligus menanyakan tentang keberadaan naga di tempat ini. Ekor naga berhasil dipotong 1300 tahun yang lalu. Namun, naga tersebut masih hidup sampai sekarang dengan bersembunyi di Lethran. Bonar tentu saja sudah melihat naga itu beberapa kali selama hidup di tempat ini ribuan tahun lamanya. Waktu pertemuannya dengan naga selalu di malam hari. Tsunami juga akan muncul setiap kali naga itu muncul. Chandra juga berpikir untuk menghancurkan gambar tentang metode semesta yang terukir di dinding. Karena metode itu terlalu mendalam dan menakutkan. Bencana adalah suatu hal yang tak terelakkan jika ilmu bela diri itu sampai berhasil dikuasai oleh orang-orang yang berniat jahat, seperti Akasa. Kemudian Chandra menuliskan pemikirannya ini di at
Basita sudah muncul tepat di hadapannya dengan sangat cepat sampai Chandra tidak sempat bereaksi sama sekali. Dia pun hanya bisa melangkah mundur 3 langkah dengan perasaan sedikit terkejut. Bonar yang berada di dekat Chandra langsung menatap Basita dengan tatapan tajamnya. Bagaimanapun juga, Basita adalah sosok yang tiba-tiba datang tanpa diundang olehnya. Kemudian Bonar pun membuka mulutnya dan mulai mengucapkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti oleh Chandra.“Bahasa Yinusa kuno?” gumam Basita terkejut.Sekarang, dia tahu identitas laki-laki ini. Laki-laki kuat ini adalah prajurit kuno yang datang dari Yinusa. Basita mengetahui berbagai macam bahasa dari berbagai belahan dunia karena dia sudah hidup selama hampir 2000 tahun. Jadi, tidak heran jika dia juga mengerti bahasa kuno dari berbagai belahan dunia. Namun, Basita tidak ingin berbasa-basi dengan si laki-laki kuat itu. Karena tatapannya terfokus ke arah Chandra. Ada rumor yang tersebar kalau Chandra telah mati. Namun ternyata
Tubuh Bonar terpental. Bercak darah juga muncul di sudut mulutnya.“Aaa!” teriaknya. Suara gemuruh tiba-tiba bergema ke seluruh penjuru pulau. Seketika, rambut hitam panjangnya berdiri tegak dan diikuti dengan matanya yang berubah merah darah. “Dia kerasukan iblis?” gumam Chandra dari kejauhan. Dia tahu, betapa menakutkannya seorang Bonar ketika dia sedang kerasukan. Saat itu, Bonar bisa menghajarnya sampai membuat dirinya tidak bisa melawan sama sekali. Basita langsung tersenyum dari balik topengnya setelah melihat Bonar lalu dia pun bergumam, “Sepertinya, orang ini masih belum bisa mengendalikan efek negatif dari Darah Naga. Darah Naga memang bisa membuat seseorang hidup abadi, tapi dia juga memiliki efek negatif terhadap siapa saja yang mengonsumsinya ketika mendapatkan rangsangan. Sama seperti Nova yang kehilangan akal sehat ketika dia mendapat rangsangan dan langsung berubah menjadi iblis dalam sekejap mata.”Basita sadar kalau kekuatan lawannya akan meningkat signifikan setel
Chandra benar-benar terpesona dengan kekuatan kedua orang ini dan menyaksikan pertarungan mereka dengan sangat serius. Bagaimanapun juga, kedua orang itu adalah master bela diri terbaik yang pernah dia lihat. Jadi, pastinya dia akan mempelajari banyak hal yang akan berguna bagi ilmu bela dirinya kelak dengan memperhatikan pertarungan kedua master itu. Saat ini, Bonar tiba-tiba saja bergerak ke arah yang berlawanan lalu muncul di atas kepala Basita dalam sekejap mata. Tidak lama kemudian, tubuh dan pedang di tangannya membentuk sebuah garis vertikal. Basita bereaksi dengan cepat. Dia mengangkat tangannya lalu merentangkan jarinya dan hendak mengambil pedang milik Bonar. Namun, tiba-tiba saja Bonar mengubah gerakannya. “Ini ....”Chandra teringat akan sesuatu ketika melihat gerakan Bonar lalu dia pun berseru, “Energi Pedang Langit dan Bumi!”Jurus ini adalah salah satu seni bela diri yang terukir di dinding batu. Ini adalah jurus pedang terbaik, yaitu Energi Pedang Langit dan Bumi. B
Chandra menyaksikan pertarungan sengit yang berlangsung lebih dari tiga jam ini dari kejauhan. Dalam waktu 3 jam ini, Bonar dan Basita menampilkan jurus pedang yang sangat unik dan belum pernah Chandra lihat sebelumnya. Semua ini sangat menginspirasi Chandra untuk berlatih berbagai jurus pedang dengan lebih mendalam. Chandra sebelumnya pernah melihat jurus Pedang Pertama ketika berada di makam Kaisar Pertama. Namun, syarat untuk bisa mempelajari jurus pedang itu sangatlah tinggi dan Chandra baru mencapai ambang batas untuk melatih jurus itu sekarang. Berbagai pemahaman baru juga turut muncul di benaknya tentang jurus Pedang Pertama setelah menyaksikan pertarungan kedua master ini. Tiga jam kemudian, Srak!Kilatan cahaya yang menyilaukan tiba-tiba muncul dan Basita dalam sekejap mata muncul di hadapan Bonar dengan Pedang Naga Pertama di tangannya. Kemudian dia meletakkan Pedang Naga Pertama tepat di leher Bonar. Namun, dia tidak melanjutkan tindakannya. Dia justru melepaskan Pedang N
Chandra merasakan sesuatu dari dalam istana. Seketika itu juga, amarahnya meluap. Dengan langkah berat penuh kemarahan, dia berjalan masuk ke dalam istana. Di pelataran luas di depan aula utama istana, tergeletak puluhan mayat di atas tanah. Semua mayat itu memiliki luka tusukan tepat di jantung, mati dalam satu serangan. Sementara itu, Paul, Maggie, Sandra, Arya, dan yang lainnya berdiri dengan ekspresi tegang, memandangi Yamesa beserta rombongannya. Yamesa, dengan tatapan penuh kesombongan, menatap ke arah Sandra. Mata hitam legamnya bergerak-gerak, memindai tubuh Sandra dari atas ke bawah. Dia tersenyum puas, melihat lekuk tubuh Sandra yang anggun dan wajahnya yang cantik. “Bagus sekali. Kamu jadi yang pertama,” ucap Yamesa sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Sandra. Sandra ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Titik-titik vitalnya telah ditutup rapat oleh Yamesa. “Bajingan! Apa yang ingin kau lakukan?” Sandra berteriak marah
Wajah mereka semua tampak penuh ketegangan. "Bagaimana, tidak ada yang mau bicara?" Pria yang memimpin, Yamesa, berkata dengan nada dingin, "Kalau tidak ada yang bicara, maka aku hanya punya satu pilihan: membunuh." Srett! Dia tiba-tiba menghunus pedangnya. Tidak ada yang bisa melihat gerakannya dengan jelas. Hanya ada kilatan cahaya pedang, dan seketika itu juga, para prajurit bersenjata yang berada di sekitarnya roboh dalam genangan darah. Semua tewas dengan satu tebasan. Melihat prajurit mereka dibantai, para petinggi Negara Naga dipenuhi amarah. Paul berbicara dengan suara dingin, "Jangan terlalu memandang rendah kami." Namun, seorang pria di belakang Yamesa tiba-tiba mengayunkan tangannya. Dengan tenaga besar yang menyapu udara, tubuh Paul ditarik paksa ke arahnya. Pria itu mencengkeram rambut Paul dan menampar wajahnya dengan keras. Wajah Paul yang gelap langsung memerah dengan bekas tamparan. Dalam hitungan detik, wajahnya bengkak, dan darah mengalir dari sudut
Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar
Tiga tahun telah berlalu, kini Chaca sudah berusia empat tahun. Chandra merasakan rindu pada putrinya. ia sadar, dirinya bukanlah seorang ayah yang baik. Memikirkan hal itu, Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Tak lama kemudian, dia meninggalkan Gunung Langit. Chandra menuju kota terdekat dari Gunung Langit untuk membeli sebuah ponsel dan langsung masuk ke forum pesilat. Chandra mulai mencari tahu apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Melalui pembahasan di forum, Chandra mengetahui bahwa tiga tahun lalu dia hampir saja berhasil membunuh Jayhan. Namun, Jayhan terlalu kuat. Meski Chandra telah menggunakan ilmu pamungkas hingga tubuhnya hancur dan jiwanya lenyap, dia tetap gagal membunuh Jayhan. Namun, perlawanan itu membuat Jayhan terluka parah. Setelah itu, Robi bersama anak buahnya berhasil menangkap Jayhan hidup-hidup. Meski Jayhan tidak dibunuh, dia dipenjarakan. Alasannya, Jayhan memiliki latar belakang yang sangat besar. Jika dia dibunuh sembara
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar
Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak
Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb
Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi
Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere