Dengan ledakan tungku, Pedang Naga Terbalik yang membara tiba-tiba memancarkan cahaya merah darah yang menembus gua dan menerangi langit malam yang gelap."Luar biasa, betapa mengerikan auranya," ujar seseorang kagum."Pedang Deite telah lahir," tambah yang lain.Saat ledakan terjadi, semua orang di Vila Pedang Deite berlari keluar dari rumah mereka. Mereka melihat cahaya merah darah yang melesat ke langit dan merasakan aura yang kuat, semuanya berseru kaget."Tak sia-sia, pedang ini ditempa selama seribu tahun.""Haha, pedang ini milikku," terdengar suara tawa menggema. Segera, bayangan seseorang bergerak cepat menuju belakang gunung.Saat itu, Chandra dan Nova juga berlari keluar dari rumah mereka. Begitu mereka keluar, mereka melihat cahaya merah darah yang melesat ke langit."Kuat sekali auranya," Nova tidak bisa menahan seruannya.Pedang Keji Sejati di tangannya mulai bergetar, hal yang sama terjadi pada Pedang Hukuman milik Chandra yang bergetar tak terkendali, seolah ditarik ole
"Itu pedangnya Chandra.""Benar, aku juga mengenalinya. Bagaimana bisa pedang Chandra menyatu dengan Pedang Naga Terbalik dari Vila Pedang Deite?"Banyak pesilat tertegun melihat dua pedang menyatu di langit. Pemilik Vila Pedang Deite, Aman, menatap tajam ke arah dua pedang itu dengan ekspresi serius."Apa mungkin pedang Chandra adalah pedang yang ditempa oleh Kaisar Pertama?" gumam Aman pelan.Seorang tetua dari Vila Pedang Deite bertanya, "Bos, ada apa dengan pedang ini?"Aman menjelaskan, "Pedang yang ditempa oleh Kaisar Pertama dalam sejarah disebut Pedang Pertama, terbuat dari meteorit langit. Pedang Naga Terbalik juga terbuat dari meteorit yang sama. Menurut catatan kuno kami, meteorit ini adalah sisa dari pembuatan Pedang Pertama. Jika benar begitu, bahan dari kedua pedang ini sama, jadi mungkin saja mereka bisa menyatu. Tapi, kenapa bisa menyatu?"Penyatuan pedang ini di luar perkiraan Vila Pedang Deite. Pedang Naga Terbalik sudah selesai ditempa, hanya perlu menyerap darah par
Namun sekarang, Titan tidak bisa mengendalikan pedang itu sedikit pun. Saat Titan mundur, orang lain mulai bergerak, berebut mendekati Pedang Naga Terbalik untuk menguasainya. Dalam sekejap, beberapa orang sudah mendekati pedang itu dan saling bertarung.BOOM!Suara benturan energi sejati terdengar menggema di udara. Gelombang energi sejati yang mengerikan menyebar ke segala arah. Pegunungan tempat Vila Pedang Deite berada bergetar hebat seperti dilanda gempa.Chandra tidak gegabah. Dia berdiri di bawah, memandang Pedang Naga Terbalik yang melayang di udara. Dia tidak yakin apakah itu Pedang Naga Terbalik atau Pedang Hukuman miliknya, tetapi dia merasa akrab dengan pedang itu, seolah-olah itu adalah Pedang Hukuman yang selalu mengikutinya.Kadir muncul di depan Chandra dan bertanya, "Chandra, kenapa kamu diam saja? Ini kesempatan terbaik untuk merebut pedang itu."Chandra memandang ke langit, di mana pertarungan sengit sedang berlangsung. Siapa pun yang mendekati pedang itu menjadi tar
Chandra muncul di depan Pedang Naga Terbalik, memandang pedang emas sepanjang dua meter yang tampak seperti naga emas. Saat mendekati pedang ini, dia merasakan kekuatan yang sangat kuat. Dia mengulurkan tangan untuk mengambilnya."Pedang itu milikku."Terdengar suara teriakan dari kejauhan. Titan muncul dengan aura yang sangat kuat, seperti binatang buas yang mengamuk, bergerak cepat ke arah mereka. Dalam sekejap, dia sudah berada di area tersebut.Kadir mencoba menghalangi. Dia melangkah maju dan muncul di depan Titan. Titan hanya mengayunkan tangannya, dan mereka bertarung sejenak. Kadir kalah kekuatan dari Titan, terlempar, memuntahkan darah, dan jatuh keras ke tanah.Nova, dengan Pedang Keji Sejati di tangannya, menggunakan jurus pedang iblis dan menyerang Titan dengan cepat. Chandra tidak mempedulikan hal lain, karena dengan Nova yang menghalangi, orang lain tidak bisa mendekat.Dia mengulurkan tangan dan menggenggam Pedang Naga Terbalik. Saat dia memegang pedang itu, tubuhnya seo
Begitu Titan menangkap Pedang Naga Terbalik, pedang itu tiba-tiba melepaskan aura mengerikan yang langsung mendorong Titan mundur. Meskipun Titan telah mencapai puncak Tangga Langit Enam dan mendekati Tangga Langit Tujuh, kekuatannya masih tidak cukup untuk menaklukkan pedang ini. Pedang itu dengan sendirinya terbang kembali ke sisi Chandra.Chandra menangkapnya, membelai bilah pedang, dan berkata pelan, "Sungguh pedang yang luar biasa."Di bawah, Robi melihat kejadian ini dan tersenyum tipis, "Sepertinya, pembunuh naga sudah bisa dipastikan."Semua ini sesuai dengan rencananya. Dia tidak pernah menduga Chandra akan mendapatkan Pedang Naga Terbalik. Menurut rencananya, pedang ini seharusnya diberikan kepada kaum vampir. Sekarang pedang itu ada di tangan Chandra, maka Chandra pasti akan pergi membunuh naga. Robi tersenyum tipis, tidak berlama-lama, dan berbalik pergi. Orang lain yang melihat pedang itu berada di tangan Chandra, dan Titan tidak bisa mengendalikannya, juga kehilangan mina
"Bagaimana, kamu juga tahu asal usul Pedang Hukuman?" tanya Chandra dengan bingung kepada pemilik Vila Pedang Deite.Aman mengangguk dan berkata, "Awalnya aku tidak tahu, tapi aku menyimpulkannya dari penyatuan kedua pedang.""Eh?" Chandra terkejut. "Bagaimana bisa begitu?"Aman menjelaskan, "Karena kedua pedang itu terbuat dari bahan yang sama. Dulu, Kaisar Pertama mendapatkan sebuah meteorit langit, mengumpulkan semua pandai besi terbaik di dunia, dan membuat Pedang Pertama. Sedangkan Pedang Naga Terbalik dari Vila Pedang Deite dibuat dari sisa bahan pembuatan Pedang Pertama. Meskipun ada tambahan bahan lain, bahan utamanya tetap meteorit langit itu.""Begitu rupanya," Chandra baru mengerti."Oh ya," Aman teringat sesuatu, memandang Chandra, dan bertanya, "Konon, bersama dengan Pedang Pertama ada Teknik Pedang Pertama. Apakah kamu mendapatkan teknik itu juga?"Chandra menggelengkan kepala. "Tidak.""Sayang sekali," kata Aman. "Menurut cerita, hanya Kaisar Pertama yang berhasil mengua
Nova menariknya tepat waktu lalu berbisik, “Aku baik-baik saja.”Robi yang tidak beranjak pergi tiba-tiba saja merenung lalu berkata, “Kemungkinan besar, Nova sudah menyerap semua energi yang ada di dalam darahnya. Sekarang, hanya ada satu cara untuk menyelamatkannya. Naga itu harus dibunuh dan kita bisa menggunakan darah naga ....”“Kamu pasti sudah merencanakan semua ini sejak lama, kan?” tanya Chandra menyela perkataan Robi. Dia menatap Robi dengan tatapan tajamnya lalu berkata, “Kamu pasti sudah tahu sejak awal kalau Nova akan menghisap seluruh energi di dalam darahnya sampai dia kehilangan vitalitas dan kemampuan untuk beregenerasi. Dengan begitu, Nova dan aku terpaksa harus membunuh naga itu dengan tangan kami sendiri, benar kan begitu?”“Aku nggak peduli kalau kamu mau menjebak orang lain dengan rencanamu itu. Tapi, aku ini cucumu. Bagaimana mungkin kamu setega ini sama cucumu sendiri?”Chandra meraung sedih. Dia tidak menyangka, kakeknya tega melakukan hal seperti ini padanya
Chandra tidak keluar selama beberapa waktu dari rumahnya dan tidak mengurus berbagai macam perkerjaan setelah dia kembali ke Diwangsa. Karena Robi sudah berjanji kepadanya kalau Robi tidak akan mencari masalah lagi di luar sana. Selain itu, Kamar Dagang Timur Besar juga tidak lagi berusaha menentangnya. Jadi, dia bisa menyelesaikan semua masalahnya dengan lebih mudah. Sekarang, dia sudah tidak lagi memiliki lawan. Semua masalahnya bisa selesai dengan mudah sebelum pemilihan besar dilaksanakan. Chandra menghabiskan seluruh waktunya di dalam rumah selama beberapa hari belakangan karena Nova mengatakan kalau dia ingin memiliki anak. Jadi, mereka berdua menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas bersama. Mereka juga meninggalkan berbagai macam jejak di seluruh ruangan rumah, baik di rumah tamu, dapur, bahkan teras dan balkon. Di sisi lain, Daniel Aryani mengetahui tentang Pedang Pertama yang berada di tangan Chandra setelah kembali dari Vila Pedang Deite. Dia merasa her
“Chandra keberuntunganmu besar juga, ya. Sekarang, aku mau melihat, apa mungkin kamu masih bisa menerima serangan pedangku ini?” Anak Dewa mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan aura di tubuhnya berubah dengan napas panas yang menyapu sekitarnya. Pedang di tangannya berangsur-angsur berubah warna menjadi merah. Beberapa pemandangan tentang semesta yang terbakar tampak muncul di pedangnya. Pemandangan yang muncul di pedangnya menandakan, Anak Dewa akan menggunakan jurus Pedang Terik Matahari yang siap membakar bumi dan langit. “Bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim adalah pedang terik matahari.”“Aku tidak menyangka, ternyata Anak Dewa juga menguasai bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim. Bagian pertama saja sudah cukup sulit dikuasai, tapi sekarang dia bisa menguasai bagian kedua.”“Benar-benar menakjubkan.”“Chandra pasti akan mati sekarang.”Para prajurit dari Alam Niskala tampak sangat bersemangat. Para prajurit dari alam lainnya juga tampak terkejut dengan kekuatan Anak Dewa.
Chandra jatuh tersungkur di balik reruntuhan gunung. “Mati?”“Ini adalah jurus Pedang 4 Musim yang merupakan jurus terkenal dari orang terkuat di Alam Niskala. Anak Dewa sudah melayangkan serangan pertama dengan jurus pedang ini dengan kekuatan yang luar biasa kuat. Jadi, wajar saja kalau Chandra mati karenanya.”Para prajurit Alam Niskala mengira kalau Chandra sudah mati. Bagaimanapun juga, jurus Pedang 4 Musim adalah salah satu jurus pedang yang tersohor karena kedahsyatannya di Alam Niskala. Anak Dewa berdiri di langit dengan rambut tidak karuan dan penuh kewibawaan sambil menatap reruntuhan yang ada di bawahnya. Rasa percaya diri perlahan muncul di dalam hatinya. Jurus pedang yang ditunjukkannya adalah jurus pedang unik dan dahsyat dari gurunya. Jurus ini memiliki empat bagian serangan yang tidak akan mampu ditahan oleh siapa pun, termasuk orang-orang yang memiliki tingkat kekuatan di atasnya. Oleh karena itu, Anak Dewa sangat yakin kalau Chandra pasti sudah mati karena jurusnya
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m