Tubuh Alden terhempas keras ke dinding besi. Ia pun terjatuh ke lantai. Seketika, darah segar tersembur dari mulutnya. Chandra menatap Alden dengan wajah datar. Dia melangkah perlahan mendekati Alden. Alden berdiri pelan, mengusap darah di sudut mulutnya, dan menyunggingkan senyum tipis saat melihat Chandra mendekat."Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh …." Alden mulai menghitung. Seketika itu juga, kegelisahan mulai menyelimuti hati Chandra. "Tiga, dua, satu." Begitu kata terakhir terucap, Chandra merasakan sakit yang menyengat di telapak tangannya. Dia menunduk dan melihat telapak tangannya sudah berubah menjadi hitam.Wajah Chandra pucat, dia mundur tergesa-gesa beberapa langkah. Rasa sakit menyelubungi seluruh tubuhnya, Chandra tidak bisa lagi menggerakkan energi-nya. Setiap kali mencoba, rasa sakit teriris menusuk tubuhnya. Chandra berguling kesakitan di tanah. "Hahaha ...." Alden tertawa terbahak-bahak. "Chandra, kamu masih terlalu remeh berhadapan denganku. Kamu tidak menduga
Chandra memukul Alden. Alden meracuni dirinya sendiri sehingga ketika Chandra menyentuhnya, dia terkena racun dan akhirnya terjatuh ke tangan Alden.Sekarang, Chandra terkurung di penjara yang gelap dan lembap. Dia tidak hanya diracuni parah, tapi juga terkena titik akupunktur yang membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali sementara tubuhnya terasa sangat sakit. Chandra adalah seorang yang belajar ilmu pengobatan. Dia tahu bahwa ini adalah jenis racun yang sangat mengerikan yang disebut Racun Dukun.Racun Dukun tidak hanya merusak tubuhnya, tapi juga ada cacing yang menggerogoti dagingnya. Rasa sakit itu membuat Chandra merasa lebih baik mati saja. Chandra berbaring di lantai, merasakan sakit di kepalanya."Tidak bisa, aku harus segera membebaskan titik akupunktur dan membunuh cacing di dalam tubuh ini," pikir Chandra sambil menggertakkan giginya. Chandra pun mulai mencoba menggerakkan energinya."Ah!" Saat Chandra menggerakkan energi dalam tubuhnya, cacing dalam tubuh Chandra menjad
Baru saja melangkah masuk, mekanisme jebakan ruangan itu terpicu, sehingga pintu keluar pun seketika diblokir. Kadir mundur sejenak, mengumpulkan energi-nya, kemudian memukul dengan keras. Meski kekuatannya luar biasa, dia tetap tidak bisa membuka pintu batu di sana. Wajah Kadir tampak serius saat dia memperhatikan sekeliling. Kadir sedang berusaha mencari mekanisme untuk membuka pintu batu agar bisa melanjutkan misi penyelamatan."Kadir …," terdengar suara dari belakang. Kadir berbalik dan melihat Rully. "Ada apa?" tanya Rully mendekat."Melihat keadaan ini, sepertinya sudah terjadi pertarungan hebat. Kemungkinan besar Chandra dan yang lainnya mungkin sudah tertangkap. Sekarang jalannya diblokir, aku sedang cari cara," jelas Kadir."Biar kucoba." Rully mengangkat tangannya, mengumpulkan energi di telapak tangannya, dan memukul dengan kuat. Boom! Terdengar suara gemuruh yang mengguncang. Pintu batu itu bergetar sejenak. "Tidak ada gunanya," ujar Kadir. "Pintu batu ini sangat berat
Di dalam penjara, Kadir dan Rully tergeletak di lantai seperti anjing mati. Bibir keduanya berubah menjadi ungu dan wajah mereka memucat hitam. Mereka jelas keracunan. Melihat Rully dan yang lainnya tertangkap, semangat semua orang seketika menurun."Apa yang terjadi?" Chandra yang terbaring di lantai bertanya. Dia masih belum bisa membebaskan diri dari titik akupuntur yang diblokir, dan tidak melihat apa yang terjadi.Maniso yang bersandar di sudut dinding menjawab, "Dua orang lagi tertangkap, salah satunya Rully, satu lagi aku tidak kenal.""Kak Kadir, itu kamu kah?" panggil Chandra."Iya," jawab Kadir dengan suara berat. "Terkena perangkap Alden, aku kena racun. Aku meremehkannya."Chandra tidak menjawab lagi. Dengan Kadir dan Rully tertangkap, sekarang harapannya hanya bergantung pada kakeknya dan Ketua Langit Mistika. Chandra hanya berdoa agar mereka berdua tidak terjebak juga."Ahh!" Chandra kembali menjerit kesakitan. Dia mencoba mengaktifkan energi sejatinya untuk membebaskan t
Karman menerima objek itu dan memeriksanya secara teliti. Setelah beberapa saat, Karman tetap tak kunjung mengerti bagaimana "Jarum 81 Langit" bisa berubah menjadi sebatang kawat baja. "Saya juga tidak tahu, karena saya belum pernah melihat Jarum 81 Langit sebelumnya. Tapi, saya pernah melihat Chandra menggunakan kawat baja ini untuk memotong kepala patung batu, dan memang itu terbukti sebagai senjata yang efektif," ungkapnya."Chandra itu! Kalau dia tidak mau mengungkap rahasia Jarum 81 Langit, aku akan menghabisinya," ancam Alden dengan nada keras.Karman menambahkan, "Masih ada satu lagi. Robi belum muncul. Dia yang paling sulit diatasi. Setelah kita berhasil menangkap Robi, kita bisa menanamkan Racun Dukun ke dalam dirinya."Kadir tampak cemas, berkata, "Iya, kenapa Robi belum juga muncul, ya? Dia terlalu kuat. Kabarnya, dia sendirian bahkan mampu menghadapi serangan pedang dari Ronald dan Rully serta berhasil mengusir mereka. Jika dia muncul, kita harus mengandalkan Jebakan Forma
Di sebuah istana bawah tanah yang telah diubah menjadi penjara, Alden duduk di atas kursi besar sambil mengisap cerutu. Dia memandang Chandra yang duduk di lantai dengan raut wajah penuh kesakitan. Dengan santai, Alden berkata, "Chandra, sudah lebih dari setengah jam, kesabaranku ada batasnya. Mulai sekarang, kalau kamu tidak berbicara, setiap sepuluh menit aku akan membunuh satu orang, sampai semua orang di sini mati."Mendengar hal itu, wajah Chandra menjadi suram. Dia menatap tajam ke arah Alden dan berkata dengan suara dingin, "Aku bersumpah, jika aku punya kesempatan, aku pasti akan membunuhmu.""Sayang sekali, kamu tidak akan punya kesempatan itu," sahut Alden sambil tersenyum.Di tempat itu, ada Formasi Seribu Jebakan yang akan menjerat siapa pun yang datang, tak peduli berapa banyak mereka.Alden lalu mengedipkan jari. Tak lama, seorang murid dari kelompok Suku Dukun datang membawa sebuah jam besar. Atas perintah Alden, jam itu diletakkan di depan Chandra agar dia bisa melihat
Pandangan Alden menyapu satu per satu puluhan orang yang ada di dalam penjara. Ketika matanya tertuju pada Kadir dan melihat ada yang tidak beres, Alden segera memberi isyarat, berkata, "Bawa Kadir kemari."Beberapa anak buah Suku Dukun berjalan mendekat, menyeret Kadir ke samping Chandra. Alden melihat tubuh Kadir basah oleh keringat dan tertawa, "Kadir, kamu mencoba membuka titik-titik meridianmu, ya? Bisa sekali kamu menahan sakit. Kamu bahkan tidak keluarkan suara sedikit pun sejak tadi."Kadir tidak menjawab apa-apa. Alden melanjutkan, "Waktu habis, Kadir yang akan kubunuh duluan." Sementara itu, Chandra masih terbaring lemah di lantai. Dia tahu waktu yang tersisa baginya tidak banyak. Dia harus segera membuka meridiannya. Jika meridian tubuhnya berhasil dibuka, meskipun Chandra tidak bisa menyelamatkan yang lain, setidaknya dia bisa melarikan diri. Setelah dia pergi, Alden tidak bisa lagi mengancamnya.Dalam diam, Chandra mengaktifkan Pernapasan Bintang Biduk. Energi sejati yang
Misi menyelamatkan bukanlah tujuan Robi. Nasib hidup dan mati para praktisi seni bela diri kuno tidak ada kaitannya dengannya; yang penting adalah Chandra tidak mengalami kesulitan. Yang diincar Robi adalah sesuatu yang dipegang oleh Alden dan juga rencana lain yang terkait dengan Raja Darah Pertama dan Klan Darah. Robi tidak ingin Alden mati.Suku Dukun, yang telah menjadi kekuatan besar sejak seratus tahun yang lalu, telah mengembangkan diri secara rahasia dan mengumpulkan banyak orang berbakat. Tujuan Robi adalah untuk mengendalikan Alden dan menguasai seluruh Suku Dukun.Robi, yang menyamar sebagai Karman, tidak berkata apa-apa. Sementara itu, Alden pergi dengan perasaan kesal. Chandra melarikan diri, membuat Alden merasa sangat kesal..Saat ini, Chandra sedang melarikan diri ke bagian terdalam dari istana bawah tanah. Chandra tahu bahwa untuk keluar, dia harus melewati Formasi Seribu Jebakan. Itu adalah satu-satunya jalan keluar. Jika Chandra terjebak di Formasi Seribu Jebakan, de
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni