Pandangan Alden menyapu satu per satu puluhan orang yang ada di dalam penjara. Ketika matanya tertuju pada Kadir dan melihat ada yang tidak beres, Alden segera memberi isyarat, berkata, "Bawa Kadir kemari."Beberapa anak buah Suku Dukun berjalan mendekat, menyeret Kadir ke samping Chandra. Alden melihat tubuh Kadir basah oleh keringat dan tertawa, "Kadir, kamu mencoba membuka titik-titik meridianmu, ya? Bisa sekali kamu menahan sakit. Kamu bahkan tidak keluarkan suara sedikit pun sejak tadi."Kadir tidak menjawab apa-apa. Alden melanjutkan, "Waktu habis, Kadir yang akan kubunuh duluan." Sementara itu, Chandra masih terbaring lemah di lantai. Dia tahu waktu yang tersisa baginya tidak banyak. Dia harus segera membuka meridiannya. Jika meridian tubuhnya berhasil dibuka, meskipun Chandra tidak bisa menyelamatkan yang lain, setidaknya dia bisa melarikan diri. Setelah dia pergi, Alden tidak bisa lagi mengancamnya.Dalam diam, Chandra mengaktifkan Pernapasan Bintang Biduk. Energi sejati yang
Misi menyelamatkan bukanlah tujuan Robi. Nasib hidup dan mati para praktisi seni bela diri kuno tidak ada kaitannya dengannya; yang penting adalah Chandra tidak mengalami kesulitan. Yang diincar Robi adalah sesuatu yang dipegang oleh Alden dan juga rencana lain yang terkait dengan Raja Darah Pertama dan Klan Darah. Robi tidak ingin Alden mati.Suku Dukun, yang telah menjadi kekuatan besar sejak seratus tahun yang lalu, telah mengembangkan diri secara rahasia dan mengumpulkan banyak orang berbakat. Tujuan Robi adalah untuk mengendalikan Alden dan menguasai seluruh Suku Dukun.Robi, yang menyamar sebagai Karman, tidak berkata apa-apa. Sementara itu, Alden pergi dengan perasaan kesal. Chandra melarikan diri, membuat Alden merasa sangat kesal..Saat ini, Chandra sedang melarikan diri ke bagian terdalam dari istana bawah tanah. Chandra tahu bahwa untuk keluar, dia harus melewati Formasi Seribu Jebakan. Itu adalah satu-satunya jalan keluar. Jika Chandra terjebak di Formasi Seribu Jebakan, de
"Iya, hanya bisa begitu," ucap Alden sambil mengangguk pelan. Di saat yang sama, seorang murid Suku Dukun berjalan mendekat dan berlutut dengan satu lutut di tanah. "Ketua, Raja Darah Pertama tiba," lapor murid tersebut.Alden terkekeh mendengar laporan itu. Dia telah menunggu kedatangan Raja Darah Pertama sejak lama. Untuk penelitian Racun Dukun, Alden telah menghabiskan banyak waktu dan usaha. Walaupun penelitian sebelumnya sudah menunjukkan hasil, masih diperlukan sedikit lagi usaha untuk menyempurnakannya. Itu sebabnya Alden meminta bantuan Raja Darah Pertama, yang darahnya, darah leluhur Klan Darah, berbeda dari darah manusia biasa."Ayo," kata Alden sambil tertawa dan beranjak pergi.Di istana bawah tanah, dalam sebuah ruangan, Raja Darah Pertama sudah hadir bersama beberapa pesilat Klan Darah. Dia mengenakan jas hitam yang dilengkapi dengan topi, yang cukup besar untuk menutupi sebagian besar wajahnya yang pucat dan tampak tua seperti zombie. Penampilannya memberikan kesan meny
Robi mengungkapkan beberapa rahasia yang sebenarnya telah dia ketahui sejak lama. Bahkan sebelum pembantaian Kura Sakti, dia sudah tahu tentang keberadaan naga. Namun, apakah naga itu masih hidup atau tidak, Robi tidak tahu. Ada satu orang yang pasti mengetahui hal ini, yaitu Raja Darah Pertama dari Klan Darah.Dengan senyum di wajahnya, Robi menatap Raja Darah Pertama dan bertanya, “Benar tidak kata-kataku ini, Raja Darah?”Raja Darah Pertama mengangguk perlahan, “Benar, tapi semua itu adalah rahasia terbesar suku kami yang hanya diketahui oleh kepala suku. Bahkan para pesilat terkuat dalam suku pun tidak mengetahui hal-hal ini. Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?”Ekspresi kebingungan terlihat jelas di wajah Raja Darah Pertama saat dia menatap Robi yang menyamar sebagai Karman. Orang ini tampaknya tahu terlalu banyak, bahkan rahasia terdalam suku mereka.Robi hanya tersenyum dan berkata, “Saya memiliki cara saya sendiri untuk mengetahui, dan lagi, saya juga tahu beberapa rahasia tenta
Dalam waktu singkat, Ronald dengan entengnya menjatuhkan Pesilat seni bela diri itu ke tanah. Pesilat ini tidak mati, tapi dia mulai menua dengan cepat. Dalam beberapa menit saja rambutnya memutih.Dari tampak berusia lima puluhan, dia berubah menjadi orang tua yang kelihatan berusia tujuh atau delapan puluhan. Adegan ini membuat banyak orang terkejut. Ronald sendiri malah tersenyum lebar dengan senyum licik tergambar jelas di wajahnya. Dia merasa kekuatannya meningkat dengan sangat cepat. Sensasi mendapatkan kekuatan baru itu sangat mengasyikkan baginya.Pandangannya lalu tertuju pada sel sebelah, di mana Chandra tergeletak lemas. “Chandra …,” gumamnya dengan suara rendah.Ronald lalu beranjak keluar dari penjara dan mendekat ke arah Chandra. “Ronald, apa yang kamu coba lakukan?” Rully bersuara dingin sambil duduk di tanah.Ronald menoleh sekilas pada Rully dan berkata dengan nada datar, “Tunggu aku menyerap kekuatan Chandra, baru aku akan berurusan denganmu.”Kemarahan memenuhi wajah
Ronald bergerak cepat. Dia menghisap kekuatan para prajurit dan praktisi seni bela diri yang terkurung di dalam penjara bawah tanah satu per satu. Namun, setelah menyerap kekuatan dari belasan orang, energi sejatinya mulai sampai di titik jenuh.Ronald merasakan tubuhnya semakin mengembang, penuh dengan energi sejati dan hampir membuatnya seperti akan meledak."Tidak, ini peluang yang tidak boleh dilewatkan," pikir Ronald. Dia bertekad untuk tidak melepaskan kesempatan berharga ini. Dengan upaya keras, Ronald mulai menekan energi sejati yang telah dia hisap.Sementara itu, Nova tiba. Sejak tadi, dia telah mengikuti jejak Ronald dan bersembunyi di belakang. Nova tahu bahwa area ini dipenuhi dengan kamera pengintai dan berbagai jebakan. Dengan hati-hati, dia berhasil melewati Formasi Seribu Jebakan yang rumit tanpa terdeteksi dan mencapai istana bawah tanah. Setelah berkeliling, akhirnya Nova menemukan pintu masuk ke penjara.Di depan pintu, kira-kira lima puluh murid Suku Dukun berjaga,
Aura kemarahan Nova begitu kuat hingga mengguncang seluruh penjara. Beberapa pintu besi di sekelilingnya seketika hancur berkeping-keping. Dengan kekuatan yang luar biasa, Nova bangkit berdiri. Walaupun wajahnya tertutupi masker dan tidak terlihat, sepasang matanya yang berwarna merah darah menunjukkan intensitas emosinya yang mendalam.Ronald merasakan aura mengerikan itu, dia seketika kehilangan keinginan untuk terus menghisap energi dari pesilat yang dia tangkap. Dengan panik, Ronald melepaskan pesilat tersebut dan segera melarikan diri. Nova, dengan Pedang Keji Sejati di tangannya, langsung mengejar Ronald.Di saat yang sama, Alden yang mendengar suara alarm juga bergegas menuju penjara. Sebelum sampai di pintu masuk, dia bertemu dengan Ronald yang sedang melarikan diri. "Ronald, berhenti!" teriak Alden saat melompat ke depan dan melepaskan satu pukulan kuat. Ronald yang tidak sempat menghindar, bertukar pukulan dengan Alden.“BUM!” Keduanya bertabrakan dengan kekuatan yang besar,
Saat itu, Nova sudah kehilangan akal sehatnya. Gambaran Chandra tergeletak dalam genangan darah terus menerus muncul di benaknya. "Kekuatan Chandra diserap. Dia juga telah melukai Chandra ...." Kata-kata itu terus bergema di kepala Nova dan terus mendorong emosinya hingga tak terkendali. Amarah telah membutakan pikirannya. "Mati," hanya satu kata yang terlintas di benaknya, yaitu membunuh orang di depannya untuk membalaskan dendam Chandra.Dengan kecepatan yang telah mencapai puncaknya, hanya bayangan samar yang terlihat saat dia meluncur ke depan, muncul tepat di atas kepala Ronald. Pedang Keji Sejati di tangannya langsung diayunkan. Ronald berteriak, tidak sempat bereaksi. Pedang panjang yang dia sandang langsung ditarik dari sarungnya. Dengan menguasai Rahasia 13 Pedang, kekuatan mengerikan dari pedangnya meledak.Boom! Tumbukan antara aura pedang dan kilatan pedang menyebabkan ledakan di ruang hampa. Gelombang energi menyebar ke segala arah seperti riak di air, membuat langit tamp
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni