Sikap keluarga Kurniawan sangat berbeda sekali dengan yang lalu. Sekarang dirinya dianggap seperti raja agung. Semua orang mulai menghampirinya dan menyapanya. Sedangkan Chandra hanya mengangguk tanpa berkata apa pun.Nova menggandengnya masuk ke dalam rumah. Di meja makan sudah tampak banyak makan tersajikan.“Cepat keluarkan anggur yang sudah saya simpan selama 30 tahun. Hari ini harus mabuk!” perintah Toni.“Aku sedikit lelah, nggak ikut makan,” jawab Chandra sambil menatap Toni dan berbalik pergi.Semua orang terdiam dan terkejut. Hingga Chandra naik ke lantai atas, mereka baru tersadar. Yani langsung menarik Nova dan bertanya, “Nova, ada apa? Kenapa Chandra terlihat nggak begitu senang?”“Mungkin memang kelelahan. Akhir-akhir ini urusannya banyak sekali dan sudah beberapa hari kuranh tidur. Kalian makan dulu saja, aku coba lihat dia di atas,” ujar Nova.Nova juga ikut naik menyusul Chandra. Semua anggota keluarga Kurniawan saling berpandangan dengan raut bingung. Mereka sudah memp
Dia langsung terlonjak bangun. Ketika hendak menyalakan lampu, titik akupunkturnya di sentuh dan tubuhnya tidak bisa bergerak lagi. Saat lampu hidup, dia tidak melihat siapa pun di sana.“Cewek ini lumayan juga.”“Ini cinta pertama Chandra dan sepertinya sekarang kekasihnya dia. Hubungan mereka lumayan baik.”Sandra tidak bisa melihat wujud, tetapi bisa mendengar suaranya.“Kalian siapa? Apa yang mau kalian lakukan?!” tanya Sandra dengan suara dingin. Namun tidak ada yang menjawabnya.Dia hanya merasa di depannya sangat gelap dan dirinya dimasukkan ke dalam karung. Setelah Trio L selesai mengurus Sandra, mereka melanjutkan aksinya lagi.Setelah menangkap Sandra, mereka lnjut menangkap Grace, Amanda dan Mawar yang baru pulang kerja. Trio L merupakan pesilat yang sudah masuk dalam Empat Alam. Sehingga tidak sulit bagi mereka menangkap keempat orang itu.Sedangkan energi sejatinya Kadir baru menghilang dan sekarang dia hanya seorang orang tua biasa. Dia tidak bisa merasakan kedatangan ora
Ketika Chandra tengah khawatir dengan kondisi tubuhnya sendiri. Sebuah suara deringan ponsel memecahkan pikirannya.“Siapa yang pagi-pagi telepon?” gumam Chandra. Dia berjalan ke arah kasur sambil mengambil ponselnya yang ada di nakas.Terlihat nama Kadir tertera di layar ponsel. Dia menerima telepon tersebut dan bertanya, “Kenapa?”“Gawat!” ujar Kadir dengan suara gusar dan serius.Mendengar itu jantung Chandra berdegup dan bertanya, “Ada apa?”“Orangnya hilang?”“Siapa yang hilang?”“Semuanya hilang. Kamu datang sebentar.”Jantung Chandra nyaris melompat keluar. Dia memutuskan sambungan telepon dan langsung berbalik pergi.“Sayang, kenapa?” tanya Nova sambil bangkit dari kasur dengan ekspresi terkejut. Dia menutup tubuhnya dengan selimut dan menyisakan bagian kepalanya saja.Rambutnya berantakan dan terdapat jejak kemerahan di lehernya. Dia masih belum tersadar sepenuhnya dan masih setengah dalam alam mimpi.“Kadir telepon dan bilang sudah terjadi sesuatu. Semua orang menghilang dan
Nova menjawab sambil melangkah pergi. Dia menuju garasi mobil dan langsung mengendarai mobil menuju kediaman Grace. Tidak butuh waktu yang lama bagi mereka tiba di tujuan.Kadir tampak duduk di sofa ruang tamu dan menunggu kedatangan Chandra.“Apa yang terjadi?” tanya Chandra begitu tiba.Dengan ekspresi mengeras dia menjawab, “Pagi tadi waktu aku bangun, aku memanggil mereka untuk latihan. Tapi nggak ada yang membuka pintu meski aku sudah mengetuk pintu cukup lama. Setelah merasa ada yang aneh, akhirnya aku dobrak pintu dan menemukan di dalam kamar nggak ada orang.”“Nggak ada orang?” tanya Chandra terkejut.“Iya. Grace, Sandra, Amanda dan Mawar yang baru pulang juga menghilang semua. Aku sudah periksa kalau kemarin malam ada orang yang datang.”“Coba kita naik,” ujar Chandra langsung berlari ke lantai atas dengan diikuti Kadir dan Nova.Mereka tiba di kamar Sandra terlebih dahulu dan menemukan kalau pintu balkon terbuka. Lampu kamar juga masih hidup dan ada sebuah buku di atas meja.
Saran Nova untuk pergi mencari Maniso membuat Chandra khawatir. Dia tahu kondisi Nova saat ini sangat khusus. Di dalam tubuhnya ada darah kura dan dia tidak boleh terlalu emosi. Nova juga tidak boleh menggunakan energi sejati. Selain itu, di tangan perempuan itu ada memegang Pedang Keji Sejati. Sedangkan Kelompok Gunung Langit selalu menyembunyikan diri.Tidak ada orang yang menggunakan ponsel di sana. Meski ada ponsel, di daerah Gunung Langit tidak ada sinyal. Chandra tidak bisa menghubungi mereka untuk meminta bantuan.Nova terkekeh dan berkata, “Tenang saja, nggak masalah. Aku tahu batasan. Sekarang kamu nggak bisa pergi dan hanya aku yang bisa bantu kamu ke sana.”Chandra berpikir sejenak dan berkata, “Ok, aku langsung hubungi Arya dan minta dia aturkan pesawat pribadi dari pangkalan militer buat antar kamu.”“Nggak boleh ditunda lagi, aku segera berangkat.”Nova tidak banyak berbicara lagi dan langsung pergi dengan membawa Pedang Keji Sejati. Kepergiannya ke Gunung Langit kali ini
Sekarang dia masih belum bisa mengolah inti dalam kura sakti. Dia juga tidak berpikiran untuk mengolahnya sekarang. Chandra menunggu lukanya sudah pulih dan energi sejatinya sudah kembali seperti sedia kala.”Selanjutnya dia hanya bisa menunggu dengan sabar di kediaman Grace. Dia yakin orang-orang yang menangkap Sandra pasti akan menghubunginya lagi. Ketika menunggu, lelaki itu juga tidak tinggal diam. Dia memanfaatkan kekuasaannya untuk mengambil rekaman di rumah Grace. Akan tetapi tidak ada sosok yang tertangkap dalam kamera.Hanya ada sebuah mobil sedan hitam yang tertangkap dari kamera depan rumah Grace. Chandra menghubungi Arya dan meminta lelaki itu untuk mencari tahu keberadaan mobil tersebut.Saat tiba siang hari, Arya kembali menghubunginya.“Chandra, sudah dapat informasi tentang mobil ini. Setelah meninggalkan vila, dia pergi ke vila yang lainnya lagi dan berhenti sekitar setengah jam. Lalu mobil ini pergi meninggalkan Rivera. Sekarang aku kehilangan lokasi dari keberadaan m
Samar-samar Chandra bisa mengingat bahwa kakeknya sempat menyebut Sabrina ketika di kediaman Atmaja yang ada di Diwangsa. Katanya mereka tidak seharusnya mengancam kakeknya dengan menggunakan Sabrina.Kusuma tenggelam dalam kebungkamannya. Sesaat kemudian dia berkata, “Semua ini tunggu Bapak yang bilang secara langsung sama Den Chandra saja. Saya nggak bisa mengatakannya.”Chandra menarik napas dalam-dalam. Dari cara bicara Kusuma, sepertinya lelaki itu mengetahui kejadian 30 tahun yang lalu. Karena Kusuma tidak bersedia mengatakannya, Chandra juga tidak akan memaksa.“Kamu tahu siapa yang menculik Selena?”Kusuma menggeleng dan berkata, “Nggak tahu. Kemarin malam saya tidur dengan nyenyak sekali. Saat terbangun, hari sudah siang dan saya nggak ketemu Selena. Saya pikir dia keluar sehingga nggak ambil hati. Kalau bukan Den Chandra yang datang dan memberi tahu, saya masih belum tahu tentang ini.”Kusuma tidak tahu tentang ini dan Chandra juga tidak menanyakannya lagi. Sekarang dia hanya
Di waktu yang sama, Nova sudah muncul di Kota Ponda yang tidak jauh dari Kelompok Gunung Langit. Dia menoleh ke arah prajurit Arya yang ada di belakangnya dan berkata, “Kalian tunggu saya di sini saja.”“Baik,” jawab mereka dengan kompak.Nova memegang Pedang Keji Sejati sambil menatap gunung salju yang ada di depan sana. Dua hari yang lalu tempat ini telah terjadi pertempuran hebat. Ada pesawat tempur yang melayangkan ledakan juga. Akan tetapi, dua hari terakhir tempat ini turun salju hingga membuat tumpukan salju yang sangat tebal ada di mana-mana.Perempuan itu melangkah ke arah gunung salju. Awalnya Nova ingin berjalan kaki saja, tetapi jaraknya terlalu jauh dan akan menghabiskan banyak waktu. Sedangkan saat ini di Rivera sedang butuh bantuan dengan segera. Dia khawatir orang yang menangkap Sandra akan menghubungi Chandra dan lelaki itu akan mengambil risiko untuk menolong mereka.Keadaan Chandra untuk saat ini masih terlalu lemah. Kalau dia pergi, maka pasti akan sangat berbahaya
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal
Chandra yakin dirinya bisa membunuh Anak Dewa. Oleh karena itu, Basita tidak berusaha menghentikannya. “Chandra, aku tidak akan menghentikanmu jika kamu sudah bertekad untuk membunuh Anak Dewa. Tapi, Anak Dewa bukanlah makhluk terkuat dari dunia lain. Sosok yang terkuat adalah Dusky yang sudah mencapai tingkat enam Alam Trasenden. Ada enam tingkatan di Alam Trasenden dan orang yang sudah melampaui tingkat enam akan masuk ke dalam Alam Suci.”“Kamu tidak boleh bertindak gegabah ketika kamu pergi ke Kota Dusky lagi. Kamu harus berbicara dengan baik agar Dusky mengizinkanmu untuk menghadapi Anak Dewa. Kamu juga harus membuat Dusky berjanji, masalah ini selesai jika Anak Dewa berhasil kamu bunuh.”“Apa kamu mengerti?”Chandra berkata dengan santai, “Ya, aku mengerti. Lagi pula, aku punya caraku sendiri.”Chandra pergi setelah selesai berdiskusi dengan Basita tentang niatnya untuk menantang Anak Dewa. Setengah hari kemudian, Chandra sudah muncul kembali di Gunung Bushu lalu bergegas pergi
Bagaimana mungkin Chandra bisa menanggapi dengan santai apa yang terjadi di Kota Dusky? Chandra menatap prajurit yang menghadangnya dengan tenang. Kemudian dia berkata, “Kedatanganku ke sini karena ingin menemui Basita. Aku akan pergi ke Kota Dusky setelah bertemu dengan Basita.”“Oke, kamu tunggu di sini. Aku akan melapor dulu.”Salah satu dari beberapa prajurit itu berbalik dan pergi, sedangkan prajurit lainnya menatap Chandra dengan waspada. Namun, Chandra tidak terlalu memikirkan sikap dingin para prajurit ini. Lagi pula, prajurit dari dunia lain memang sangat kuat, jadi wajar saja kalau prajurit bumi takut untuk menyinggung mereka. Chandra pasti akan melakukan hal yang sama kalau saja dia berada di posisi para prajurit bumi. Bagaimanapun juga, para prajurit dunia lain sudah banyak memakan korban manusia bumi. Tidak lama kemudian, prajurit yang melapor kembali lalu berkata, “Ketua bersedia bertemu denganmu. Ketua ada di gunung belakang.”Chandra melangkah maju dan mulai menaiki
Sasa melirik Chandra lalu menghilang dari pandangan dalam sekejap mata. Anehnya, Chandra tidak bisa merasakan kekuatan Sasa, sekalipun dia sudah menjadi pemilik Istana Abadi. Hal ini tentu saja membuatnya cukup terkejut. Perempuan yang luar biasa. “Leluhur, aku keluar dulu,” ujar Chandra sambil menatap Pak Tua Noa. “Tuanku, jangan panggil saya seperti itu. Panggil saja saya Noa,” balas Noa.Sekarang, Chandra adalah pemilik baru dari Istana Abadi. Itu artinya Chandra adalah penguasa Pak Tua Noa, jadi tidak pantas jika Chandra masih memanggilnya dengan sebutan leluhur. Namun, Chandra tidak mengatakan apa pun dan sebuah pemikiran muncul di benaknya lalu seketika dia sudah muncul di luar istana. Di luar istana, ada banyak prajurit yang berkumpul dengan raut wajah bingung. Mereka semua berasal dari dunia lain. Chandra muncul di tempat yang tidak ada orang di sekitarnya. Dia langsung tersenyum ketika melihat kerumunan orang-orang dari kejauhan. “Jadi kecil.”Sebuah pemikiran muncul di b
Sosok bayangan itu menghilang setelah dia tertawa terbahak-bahak. Si bayangan dan perempuan bergaun putih melihat peristiwa itu dari kejauhan dalam diam. Mereka sadar, Tuan mereka sekarang sudah benar-benar pergi dari bumi dan tidak akan pernah kembali lagi. Chandra tampak sangat gembira. Dia berjalan menghampiri peri dan mengambilnya. Tidak lama kemudian, si bayangan muncul di hadapan Chandra. Dia sedikit membungkuk lalu berkata dengan hormat, “Tuanku, memurnikah peri sangatlah mudah. Tuanku hanya perlu menyuntikkan energi sejati ke dalamnya.”“Terima kasih sudah memberitahuku,” ujar Chandra. Dia mengerahkan energi sejatinya lalu menyuntikkannya ke dalam batu kristal yang ada di tangannya. Batu kristal itu seketika berubah cerah lalu merasuk ke dalam alis Chandra dan menghilang. Saat ini, Chandra sudah terhubung dengan Rumah Abadi dan seluruh isinya. Dia juga tahu kalau ternyata nama Rumah Abadi ini adalah Istana Abadi Ceptra yang merupakan peninggalan Kaisar Ceptra di zaman kuno.