Setelah Nova tiba, mereka bertiga pun berdiskusi tentang rencana yang akan mereka jalankan nanti, dan baru berhenti ketika hari sudah sore. Sekarang mereka hanya perlu menunggu hasil penyelidikan dan mempelajari ke mana pergerakan Taka. Setelah mendapatkan hasil penyelidikan, barulah mereka bisa beraksi.“Untuk sementara begini dulu saja,” kata Sonia, “Rencana kita ini harus berhasil, karena akibatnya bakal fatal banget kalau sampai gagal.”“Masalahnya sampai sekarang pun aku nggak tahu kayakapa mukanya si Taka itu, apalagi gerak gerinya,” ujar Chandra.Walau semuanya telah direncanakan dengan matang, masih ada satu masalah besar yang menanti, yaitu siapakah sebenarnya Taka?“Aku juga nggak pernah ketemu langsung, tapi Raja seharusnya tahu. Sekarang kita harus ketemu sama Raja.”“Oke, aku ke sana sekarang,” kata Chandra.“Tunggu. Kurasa kita nggak perlu terburu-buru. Sekarang kita seharusnya bisa menunjukkan sesuatu ke Taka, atau dia bakal merasa ada yang aneh. Sekarang kamu sudah jadi
Chandra pergi ke pangkalan utama Pasukan Api Merah, tapi ketika dia baru turun dari mobil, langkahnya dicegat oleh beberapa orang prajurit berseragam lengkap dan membawa pistol di tangan.“Ada keperluan apa kamu datang kemari?” tanya mereka.“Kalian tahu moncong pistol kalian itu ditodongkan ke siapa?” tanya Chandra.“Ya, Raja Naga.”Seketika itu seorang jenderal bintang satu muncul di hadapan Chandra dan memberi hormat padanya, “Kamu adalah jenderal Pasukan Naga Hitam Gurun Selatan, tapi ini daerah kekuasaan Pasukan Api Merah. Kamu masuk ke tempat ini sama dengan melanggar peraturan, dan Pasukan Api Merah punya kuasa untuk mencegah itu.”“Siapa namamu?” tanya Chandra.“Nanda,” jawabnya dengan penuh hormat, tapi dia masih tetap tidak meminta anak buahnya untuk menurunkan pistol mereka.“Ini wilayah kekuasaan Pasukan Api Merah. Kamu cuma punya hak atas Pasukan Naga Hitam, bukan atas pasukan kami. Jadi silakan pergi.”“Nanda, apa kamu nggak tahu dalam pemilihan, aku ditunjuk sebagai jend
Candra mengambil rokok itu dan pergi meninggalkan Tera Pallace. Setelah dia keluar, Shadow datang memanggilnya.“Chandra.”“Ada apa?” sahut chandra.Shadow melihat sekelilingnya dan membawa Chandra pergi ke sebuah temapt yang tidak ada penjaga, lalu berbisik kepadanya, “Raja mau tahu apa rencanamu.”“Untuk sekarang aku nggak ada rencana apa-apa. Tunggu sampai aku resmi jadi jenderal Pasukan Api Merah saja, baru kupikirkan lagi.”“Kenapa? Kamu sudah nggak percaya sama Raja?”“Mana mungkin. Aku benar-benar nggak ada rencana sekarang. Ini bukan masalah sepele, aku nggak bisa main bergerak sembarangan. Aku butuh perencanaan yang matang, baru nanti aku pasti kasih tahu Raja. Lagi pula, aku masih butuh bantuannya. Oh ya, aku ingat Raja punya penyokong. Kalau nggak, dia nggak mungkin naik takhta, tapi siapa orang yang ngebantu Raja dari belakang itu? Aku cuma pernah dengar namanya Luandi atau apa itu, apa latar belakangnya?”“Chandra, mending kamu nggak usah banyak tanya yang nggak perlu. Cep
Naiknya Raja ke takhtanya pasti menggunakan beberapa metode yang tercela.Tak terasa Chandra sudah tiba di kediamannya Teuku. Rumah itu sangat besar, dan Nova sedang beraltih di halaman.Chandra berhenti sejenak untuk mengamati Nova yang sedang latihan. Nova menyadari kedatangan Chandra dan langsung berhenti. Dia berdiri tegak dan menghampiri Chandra dengan wajah yang gembira, “Sayang, sudah pulang?”“Nova, kamu tadi lagi latihan apa? Energi yang tadi keluar dari badan kamu hawanya aneh banget.”“Ini ilmu yang Kakek ajarin ke kau. Ini namanya Pernapasan Genrei. Kebetulan Kakek dapat ilmu ini waktu dia masih muda. Kakek bilang ilmu tenaga dalam ini kuat banget. Energi sejati yang terbentuk kalau didapat dari latihan ini disebut Pernapasan Genrei.”“Sekuat itu?”“Iya, kuat banget. Ada lagi ilmu bela diri yang dipasangkan sama Pernapasan Genrei, yaitu namanya Telapak Genrei. Tapi aku masih belum bisa.”“Yang kamu sebut dengan Pernapasan Genrei itu sebenarnya ilmu beladiri yang diciptakan
Sonia tumbuh besar di keluarga Atmaja. Sebagai keluarga yang berlatar belakang ilmu bela diri kuno, dia membaca banyak kitab sejarah, termasuk apa saja yang terjadi pada setiap era. Mungkin dia tidak tahu tentang semua yang terjadi di masa lalu, tapi setidaknya dia pernah membaca tentang Pernapasan Genrei.“Aku pernah baca catatan kuno yang bilang bahwa siapa pun yang berlatih Pernapasan Genrei, energi sejatinya bakal berubah jadi negatif. Pernapasan Genrei ketika bersatu dengan Telapak Genrei bakal membuat energi sejati menyebar ke seluruh bagian tubuh dan bikin penggunanya tewas seketika. Kalaupun ada yang bisa bertahan hidup, badan orang itu bakal membusuk dan akhirnya mati juga”“Eh, sampai semengerikan itukah?” tanya Nova. Dia sudah cukup lama berlatih Pernapasan Genrei, tapi sampai sekarang dia tidak merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Energi sejatinya juga tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan yang negatif.“Coba saja kamu pakai energi sejatimu untuk nyerang pohon itu.”Mend
Chandra beranggapan bahwa kakeknya, Robi, masih hidup, tapi tidak ada bukti yang dapat membuktikan hal tersebut. Sedangkan Nova sangat dekat dengan Robi, jadi mereka berdua pasti setidaknya sempat berinteraksi dalam waktu dekat ini.“Iya, Kakek masih hidup. Aku memang sempat ngobrol sama dia, tapi cuma sekali saja. Waktu aku hubungi dia lagi untuk kedua kalinya, teleponnya sudah nggak kesambung. Aku benar-benar nggak tahu sekarang Kakek ada di mana.”“Kenapa Kakek harus bikin banyak masalah di Gunung Agrabat. Kenapa dia sampai harus pura-pura mati? Siapa yang mau dia bodohi?”“Aku benar-benar nggak tahu. Kakek ngajak aku ke Gunung Agrabat, tapi aku nggak tahu ngapain dia di sana. Setelah dari sana baru aku dikasih tahu kalau dia lagi nyari Bodhi Api. Waktu lagi nyari, dia ketemu seekor ular api yang berusia 100 tahun. Kakek ngebunuh ular itu dan ngasih empedunya buatku. Makanya aku bisa naik ke alam ketiga.”Nova sungguh tidak tahu apa yang ingin Robi lakukan, tapi Robi bilang dia tida
“Para hadiri sekalian, selamat datang di berita pagi Someria. Pagi ini pejabat tinggi Someria termasuk Raja mengadakan rapat di istana kenegaraan. Berikut mari kita saksikan cuplikannya.”Dalam video itu tampak Raja mengenakan jas hitam dengan rambut disisir rapi. Dia menghadap ke arah kamera dan berkata, “Beberapa waktu lalu, Teuku selagi jenderal Pasukan Api Merah telah melakukan kesalahan besar dan dicabut dari jabatannya. Melalui pertemuan tingkat tinggi, sekarang kami menunjuk Chandra, selaku jenderal Pasukan Naga Hitam untuk menjadi jenderal baru di Pasukan Api Merah.”Dalam video itu juga tersajikan cap resmi dari ketiga pihak.“Ada apa ini?”“Kenapa tiba-tiba Chandra jadi jenderal Pasukan Api Merah?”“Bukannya dia sudah dicabut jabatannya?”“Masa dia naik lagi?”Berbagai media sibuk menyampaikan pendapat masyarakat tentang diangkatnya Chandra ke jabatan barunya itu. Kemudian, pemerintah kembali mengadakan konferensi pers yang mengumumkan bahwa selama ini Chandra-lah yang berjas
Dari sekian banyak mobil itu, ada salah seorang gadis berusia 20-an tahun yang mengenakan gaun biru. Tubuhnya elok dan auranya pun berbeda dari yang lain. Dia mendatangi Chandra sambil tersenyum, “Chandra, kita ketemu lagi.”Gadis itu rupanya adalah Yura. Dia adalah presiden direktur sebuah perusahaan farmasi bernama Farma Kimia yang ada di Rivera. Farma Kimia dipaksa keluar dari Rivera dan kembali ke kota asal, Diwangsa. Mengetahui kini Chandra sudah menjadi Jenderal Langit, dia datang untuk mendekatinya dengan senyuman seolah mereka memiliki hubungan dekat.“Kamu Yura, ‘kan? Aku ingat waktu di Rivera, kamu yang bikin keluarga Kurniawan dalam bahaya dan sudah banyak bikin Nova kesulitan.”Raut wajah Yura langsung membatu mendengar itu, lantas dia pun segera membantah, “Chandra, dengar dulu ….”“Berani kamu manggil aku Chandra?”“Eh, Jenderal Langit maksudnya.”“Biar keluargamu pelan-pelan kubereskan,” kata Chandra mengancam.Raut wajah Yura langsung berangsur berubah. Dia datang kemar
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal
Chandra yakin dirinya bisa membunuh Anak Dewa. Oleh karena itu, Basita tidak berusaha menghentikannya. “Chandra, aku tidak akan menghentikanmu jika kamu sudah bertekad untuk membunuh Anak Dewa. Tapi, Anak Dewa bukanlah makhluk terkuat dari dunia lain. Sosok yang terkuat adalah Dusky yang sudah mencapai tingkat enam Alam Trasenden. Ada enam tingkatan di Alam Trasenden dan orang yang sudah melampaui tingkat enam akan masuk ke dalam Alam Suci.”“Kamu tidak boleh bertindak gegabah ketika kamu pergi ke Kota Dusky lagi. Kamu harus berbicara dengan baik agar Dusky mengizinkanmu untuk menghadapi Anak Dewa. Kamu juga harus membuat Dusky berjanji, masalah ini selesai jika Anak Dewa berhasil kamu bunuh.”“Apa kamu mengerti?”Chandra berkata dengan santai, “Ya, aku mengerti. Lagi pula, aku punya caraku sendiri.”Chandra pergi setelah selesai berdiskusi dengan Basita tentang niatnya untuk menantang Anak Dewa. Setengah hari kemudian, Chandra sudah muncul kembali di Gunung Bushu lalu bergegas pergi
Bagaimana mungkin Chandra bisa menanggapi dengan santai apa yang terjadi di Kota Dusky? Chandra menatap prajurit yang menghadangnya dengan tenang. Kemudian dia berkata, “Kedatanganku ke sini karena ingin menemui Basita. Aku akan pergi ke Kota Dusky setelah bertemu dengan Basita.”“Oke, kamu tunggu di sini. Aku akan melapor dulu.”Salah satu dari beberapa prajurit itu berbalik dan pergi, sedangkan prajurit lainnya menatap Chandra dengan waspada. Namun, Chandra tidak terlalu memikirkan sikap dingin para prajurit ini. Lagi pula, prajurit dari dunia lain memang sangat kuat, jadi wajar saja kalau prajurit bumi takut untuk menyinggung mereka. Chandra pasti akan melakukan hal yang sama kalau saja dia berada di posisi para prajurit bumi. Bagaimanapun juga, para prajurit dunia lain sudah banyak memakan korban manusia bumi. Tidak lama kemudian, prajurit yang melapor kembali lalu berkata, “Ketua bersedia bertemu denganmu. Ketua ada di gunung belakang.”Chandra melangkah maju dan mulai menaiki
Sasa melirik Chandra lalu menghilang dari pandangan dalam sekejap mata. Anehnya, Chandra tidak bisa merasakan kekuatan Sasa, sekalipun dia sudah menjadi pemilik Istana Abadi. Hal ini tentu saja membuatnya cukup terkejut. Perempuan yang luar biasa. “Leluhur, aku keluar dulu,” ujar Chandra sambil menatap Pak Tua Noa. “Tuanku, jangan panggil saya seperti itu. Panggil saja saya Noa,” balas Noa.Sekarang, Chandra adalah pemilik baru dari Istana Abadi. Itu artinya Chandra adalah penguasa Pak Tua Noa, jadi tidak pantas jika Chandra masih memanggilnya dengan sebutan leluhur. Namun, Chandra tidak mengatakan apa pun dan sebuah pemikiran muncul di benaknya lalu seketika dia sudah muncul di luar istana. Di luar istana, ada banyak prajurit yang berkumpul dengan raut wajah bingung. Mereka semua berasal dari dunia lain. Chandra muncul di tempat yang tidak ada orang di sekitarnya. Dia langsung tersenyum ketika melihat kerumunan orang-orang dari kejauhan. “Jadi kecil.”Sebuah pemikiran muncul di b
Sosok bayangan itu menghilang setelah dia tertawa terbahak-bahak. Si bayangan dan perempuan bergaun putih melihat peristiwa itu dari kejauhan dalam diam. Mereka sadar, Tuan mereka sekarang sudah benar-benar pergi dari bumi dan tidak akan pernah kembali lagi. Chandra tampak sangat gembira. Dia berjalan menghampiri peri dan mengambilnya. Tidak lama kemudian, si bayangan muncul di hadapan Chandra. Dia sedikit membungkuk lalu berkata dengan hormat, “Tuanku, memurnikah peri sangatlah mudah. Tuanku hanya perlu menyuntikkan energi sejati ke dalamnya.”“Terima kasih sudah memberitahuku,” ujar Chandra. Dia mengerahkan energi sejatinya lalu menyuntikkannya ke dalam batu kristal yang ada di tangannya. Batu kristal itu seketika berubah cerah lalu merasuk ke dalam alis Chandra dan menghilang. Saat ini, Chandra sudah terhubung dengan Rumah Abadi dan seluruh isinya. Dia juga tahu kalau ternyata nama Rumah Abadi ini adalah Istana Abadi Ceptra yang merupakan peninggalan Kaisar Ceptra di zaman kuno.
Pedang di tangan Chandra tiba-tiba saja terlempar dari tangannya. Kemudian perempuan bergaun putih bergegas menyerang Chandra kembali. Pedang di tangannya berhasil menyentuh dada Chandra, tapi dia tidak menusuk Chandra. Dia menatap Chandra lalu tersenyum kecil seraya berkata, “Kamu kalah.”“Aku kalah?” Chandra tercengang. Dia tidak pernah menyangka kalau dirinya akan kalah seperti ini. Bagaimana mungkin dia kalah begitu saja setelah berlatih dua tahun lamanya?“Belum tentu.”Chandra memanfaatkan kesempatan itu untuk melayangkan serangan balik kepada si perempuan bergaun putih. Dia mengangkat tangannya dan dua jenis energi sejati muncul dari kedua tangannya. Kedua energi itu bersatu dalam sekejap mata dan membentuk kekuatan yang sangat dahsyat. Si perempuan bergaun putih tidak menyangka kalau Chandra akan melakukan serangan balik di saat terpojok seperti ini. Sebenarnya, dia bisa dengan cepat menghindari serangan Chandra, tapi tiba-tiba saja dia mendapat pesan dari si bayangan. Dia
Perempuan bergaun putih itu tampak sangat antusias. Akhirnya, dia menemukan lawan yang setara setelah bertahun-tahun. Sekarang, dia tidak lagi menahan diri untuk mengeluarkan kekuatan maksimalnya di puncak segel kedelapan. Gaunnya berkibar dengan rambut yang menari-nari. Ditambah lagi, dengan aura yang mengerikan terpancar dari tubuhnya. Tubuhnya melesat dengan sangat cepat menuju Chandra. Dia mengangkat tangannya dan berusaha memukul Chandra dengan kekuatan telapak tangan yang berhasil mendistorsi udara di sekitarnya. Kekuatan telapak tangan ini mampu melukai prajurit yang sudah masuk ke Alam Trasenden. Namun, Chandra sama sekali tidak takut untuk menghadapi kekuatan telapak tangan itu. Dia justru bergerak maju dan menghadapi serangan perempuan itu.Duar!Energi sejati mereka saling beradu dan mengguncang kehampaan. Keduanya terus bertarung di area terbuka. Perempuan itu bergerak dengan sangat cepat, aneh dan sulit ditebak. Walaupun Chandra tidaklah lemah, semua serangannya bisa dit
Chandra berdiri di puncak gunung sambil menatap sebuah kota menakjubkan di kejauhan. Keinginannya untuk mendapatkan Rumah Abadi terasa semakin kuat. Chandra mengabaikan orang-orang yang berkumpul cukup banyak di puncak gunung dan memilih untuk langsung berjalan menuruni gunung. Tidak lama kemudian, dia sudah tiba di level pertama. Namun, manusia batu itu sama sekali tidak menyerangnya. Itu artinya dia tidak perlu lagi melewati level demi level untuk mencapai level sembilan. Hal ini membuat Chandra cukup senang karena dia bisa menghemat waktu lebih banyak. Dia terus berjalan tanpa hambatan menuruni gunung dan muncul di luar gerbang kota. Tubuhnya tiba-tiba melayang dan langsung mendarat di dalam kota ketika dia berada di luar gerbang kota. Dia melihat altar yang ada di depannya saat ini dengan kristal-kristal yang mengambang di udara. Ini adalah level sembilan dan tidak ada siapa pun di sana. Siapa pun yang bisa mencapai level ini pastinya sangat kuat, sedangkan orang-orang yang tida
Mereka menganggap manusia bumi sebagai pengkhianat yang pantas mati dan selalu memandang manusia bumi sebelah mata, tapi sejauh ini mereka belum pernah melakukan pembantaian. Karena masih ada manusia bumi yang sangat kuat, yaitu Basita. Walaupun kekuatan Basita sedikit di bawah Dusky, bukan berarti Basita adalah lawan yang mudah dikalahkan. Chandra langsung naik pitam ketika mendengar kata pembantaian. Dia menatap ke arah Anak Dewa sambil mengepalkan tinjunya. “Lihat saja nanti, apa kamu benar-benar berani melakukan pembantaian. Lagi pula, kamu pasti sudah mati di tanganku sebelum kamu berhasil melakukannya,” ujar Chandra tanpa bercanda sedikit pun. “Ayo,” ujar Chandra yang tidak ingin berlama-lama di Kota Dusky. Dia pergi meninggalkan Kota Dusky bersama tiga mahasiswi itu. Chandra mengawal mereka sampai keluar dari area Gunung Bushu dan muncul di sebuah pinggiran kota manusia bumi. Di sebuah pinggiran kota. Chandra menatap ketiga mahasiswi yang tampak kotor itu lalu berkata, “Ke