“Apa? Apa yang kau lakukan Srikandi?” tanya Jejaka dengan suara bergetar. Tapi seakan tak perduli dengan apa yang dikatakan Jejaka. Srikandi mendekat kearah Jejaka dan mulai melepaskan pakaian yang dikenakan Jejaka, sedikit mengelus dada Jejaka. Dengan bertelanjang dada, tanpa melepas celana panjangnya, Jejaka tuntun Srikandi berbaring disebelahnya, dikursi yang memang cukup besar untuk mereka berdua. Jejaka peluk lembut, Jejaka ciumi keningnya berulang kali. Turun ke pelipis, lama Jejaka cium di situ.
Matanya yang indah tampak berkaca-kaca. Hembusan nafasnya masih memburu, bergetar.
Jejaka bisikkan kata-kata lembut ke telinganya, “Apa kau menyukaiku Srikandi ?“
Srikandi tersenyum dengan pandangan berkaca-kaca kepalanya mengangguk, lalu Srikandi terlihat memejamkan matanya. Kemudian bibir Jejaka menyentuh pipinya, harum di lehernya, menuntun Jejaka ke arah sana. Lehernya sungguh indah, bibir Jejaka menyelusuri leher jenjangnya sambil seki
KIAN hari. Nama Jejaka Emas semakin dikenal dikalangan masyarakat ekonomi bawah. Jejaka emas menjadi gunjingan baru disetiap rumah makan, pasar maupun tempat berkumpul orang-orang. Bahkan di usianya yang masih sangat muda. Jejaka Emas berani melawan tokoh tua yang bergelar Cungkring Neraka.Orang yang bernama Cungkring Neraka adalah tokoh tua aliran hitam yang berdarah dingin. Bahkan di rimba persilatan ia dikenal sebagai salah satu dari sekian banyak orang sakti yang menjadi guru untuk aliran hitam. Bagi Cungkring Neraka, membunuh itu sudah merupakan kegemaran setiap harinya. Sama seperti orang yang sudah kecanduan olahraga jogging setiap paginya. Sehari saja tidak jogging, badan terasa pegal-pegal. Demikian juga Cungkring Neraka, sehari saja tidak membunuh orang, tulang-tulangnya jadi ngilu dan urat-uratnya pegal.Cungkring Neraka tak pernah pandang bulu dalam membantai lawannya. Bayipun kalau perlu disikatnya habis. Seorang nenek tua renta pun tak segan-segan diteba
Jejaka hanya nyengir karena tebakannya selalu salah. Ia garuk-garuk kepala sambil berkata, “Sebenarnya aku mau bilang begitu. Tapi aku tak tega kalau tebakanku benar semua. Kau nanti akan kaget dan kalau kau pingsan aku kebingungan membawamu pulang.”“Ah, kau bisa aja!” Layla mencubit lengan Jejaka. hati Jejaka berdesir indah, tapi kulitnya terasa panas karena cubitan itu. Jadi Jejaka hanya bisa nyengir, antara girang dan sakit.“Kalau aku pingsan,” kata Layla, “Apa yang akan kau lakukan?”“Hmm…yah, paling-paling membawamu ke kotaraja lalu meletakkan kau ke tengah kotaraja. Nanti kalau ada orang yang mengenalimu pasti kau akan dibawanya puang.”“Hanya begitu?” pancing Layla.“Habis, mau diapakan lagi?” Jejaka tersenyum geli. Sang gadis hanya bisa tersenyum. Tapi kepalanya disandarkan di pundak Jejaka dan kakinya melangkah sedikit bergelayut.Mesra sekali. Romantis sekali perjalanan itu. Jejaka sengaja menegakkan badannya membusungkan dada dalam melangkah biar tampak gagah. Tiba-tiba d
Wuuusss…! Jleeg…! Layla makin ketakutan, makin merapatkan tubuh ke tubuh Jejaka, setengah memeluk erat-erat. Jejaka sedikit tegang, tapi sempat berbisik, “Jangan takut! Ada aku!” “Kau berani melawan mereka?” “Untung-untungan,” jawabnya dengan suara pelan sekali. Orang berpakaian serba merah itu berambut panjang, tapi putih warnanya. Sudah tua, tapi masih tampak tegar dan gagah. Tubuhnya memang kurus, tapi sorot matanya tajam penuh tantangan dan keberanian. Orang itu berkuku panjang, tanpa senjata apapun. Usianya yang sudah sekitar delapan puluh tahun itu menimbulkan kesan bahwa ia tokoh tua yang beilmu tinggi. Buktinya ketika ia melompat dari semak-semak, ketika kakinya mendarat ke bumi, terasa jelas getaran yang ditimbulkan karena kaki itu. tanah bergetar tipis, walau tak sampai menumbangkan pohon sekecil apapun. “Mau apa kau, Pak Tua?!” sapa Jejaka lebih dulu, menunjukkan bahwa ia tak kalah mental dengan tokoh tua itu. “Apakah kau belum mengenalku?” “Kalau sudah kenal aku tid
“Apakah aku harus takut dengan julukanmu?” tanya Jejaka sepertinya terucap dengan polos itu. Cungkring Neraka menggeram jengkel. Hasrat membunuhnya mulai berkobar. Ia berkata dengan mata sedingin salju.“Sebenarnya aku hanya ingin merampas perhiasan Nona itu! Tapi karena bicaramu lancang, sok berani, maka aku terpaksa harus membunuhmu, Pemuda!”“Aku akan melawan!” kata Jejaka bagai tanpa dipikir dulu. Cungkring Neraka rentangkan tangannya ketika lima anak buahnya ingin bergerak menyerang Jejaka. Rentangan tangan itu sebuah isyarat bahwa mereka tak boleh bergerak menyerang. Ia ingin menangani pemuda muda itu sendiri. Maka ia pun maju dua tindak lagi. Matanya tetap tajam memandang Jejaka, seakan ingin menembus batok kepala pemuda itu. “Mundurlah sedikit,” kata Jejaka pelan kepada Layla. Gadis itu cemas, namun akhirnya mundur juga. Tapi tak berani jauh dari Jejaka. Sebab hanya Jejaka-lah satu-satunya harapan keselamatan bagi jiwanya, walaupun akhirnya ia sangsi, apakah Jejaka bisa dihar
Anak buah Cungkring Neraka sendiri yang menyebarkan cerita pertarungan singkat ketuanya dengan pemuda kemarin sore bernama Jejaka. Mereka menceritakan hal itu di kedai tanpa sadar telah menjatuhkan nama besar si tokoh sesat itu dan membuat nama Jejaka mulai direnungkan orang banyak.Sementara Jejaka kembali melanjutkan langkahnya setelah mengantarkan Layla kerumahnya. Tapi diperjalanan, kembali langkahnya terhalang oleh kemunculan Cungkring Neraka yang kala itu bersama kakak seperguruannya, Hantu Cungkring. Tujuan mereka sebenarnya tidak menghadang Jejaka. Mereka punya tujuan tersendiri, tapi begitu melihat sekelebatan anak muda yang ganteng berpakain tanpa lengan itu, Cungkring Neraka ingat akan kekalahannya beberapa waktu yang lalu. Maka iapun mengajak Hantu Cungkring untuk menghadang anak muda bertato naga emas melingkar itu.Hantu Cungkring berpakaian abu-abu, jubahnya berlengan panjang. Memegang tongkat berukir kepala monyet bergigi tonggos. Tubuh Hantu Cungkring juga kurus seper
Crelaaap...!“Hiaaah...!” Jejaka sentakkan kaki dan melenting ke atas, bersalto satu kali tepat jatuh ke atas tubuh Cungkring Neraka. kakinya segera menjejak punggung itu. Buug... Tapi dentuman terdengar lebih dulu akibat sinar petir menghantam pohon.Jlegaar...!Wwwrrr... bruuk! Pohon itu roboh, tapi keadaannya sudah hangus dan berasap. Sedangkan Cungkring Neraka juga roboh tersungkur menyusuri tanah dengan wajahnya dan berhenti di depan kaki Hantu Cungkring.Srruukk...! Deb!Kepalanya ditahan oleh kaki Hantu Cungkring seupaya tidak menabraknya. Jejaka tersenyum menahan geli melihat Hantu Cungkring bagai menangkap bola menggelinding dengan kakinya.“Goblok! jangan serang fakai jurus ‘Kelelawar Sawah’. Serang dengan jurus ‘Cakar Garuk Gatal’! Dia tak akan bisa menghindarinya!”“Iya. Tapi kakimu jangan langsung injak kepalaku dong! Malu dilihat anak muda itu!” gerutu Cungkring Neraka yang wajahnya menjadi kotor karena nyerosot di tanah. Untung bibirnya hanya somplak sedikit. Perih juga
“Terus...! Terus...! Salurkan hawa murni ke betis dulu. Terus, terus...Kiri, kiri dikit. Ya cukuf!” seru Hantu Cungkring mirip tukang parkir.Cungkring Neraka segera bangkit kembali. Masih terasa linu kakinya, tapi ia langsung melompat dengan ganas dengan kedua tangan terjulur ke depan.“Heaaah...!”Dari kedua tangan keluar sinar merah yang menyatu dan membentuk seperti tombak memanjang menghantam tubuh Jejaka. Pemuda ganteng itu hanya melompat menghidar sinar tersebut. tetapi telapak kakinya mengeras dan menukik ke bawah. Dari ujung jempol kaki kanan keluar sinar putih perak sebesar lidi. Claaap...! sinar itu tepat mengenai sinar merah mirip tombak itu.Craas...!Blegaarrr...!Tubuh Cungkring Neraka yang sedang melayang gaya Superman itu terpental balik. Melayang-layang di udara dan menghantam pohon yang sedang bergetar skibat ledakan dahsyat itu.Braak...! Kkrrrekk... bruukk!Pohon itu tumbang seketika
Rupanya Hantu Cungkring tadi segera salurkan kekuatan hawa dinginnya merembes keluar melalui tiap lubang pori-pori. Hawa dinginnya itu yang digunakan melawan gelombang hawa panas, sehingga ia tidak terbakar sedikit-pun. Rasa panaspun tidak dirasakannya sedikitpun. Hanya dia yang masih tetap segar dan tidak bergeming dari tempatnya. Tentunya hal itu dikarenakan ia berilmu tinggi, lebih tinggi dari Cungkring Neraka.Jejaka bangkit dan melompat turun dari pohon.Wuutt...! Tahu-tahu ia sudah berdiri di depan Hantu Cungkring. Dalam jarak lima langkah ke depan. Si Hantu Cungkring menatap dengan angkuh. Tapi kemudian melirik adik perguruannya yang tak berkutik, hanya terdengar erangannya yang samar-samar. Hantu Cungkring kembali memandang Jejaka sambil berkata menggeram,“Siafa gurumu sebenarnya, Jadah Goreng?!”“Aku tak punya guru. Mau apa?” tantang Jejaka rada tengil.“Usiamu cukuf muda, tapi ilmumu tinggi juga! Kau bisa bu