Sementara itu di hutan buatan, saat ini Raven dan Vivian sedang mengobrol santai sembari sesekali mantap ke arah jendela tempat pengawas hutan tadi mengintip mereka.
“Apa kamu yakin orang-orangmu benar-benar tidak mengincar kita?“ tanya Vivian setelah cukup lama penjaga hutan itu tak lagi mengintip di jendela.“Aku yakin. Jika mereka memang mengincar kita, mereka pasti sudah sampai di sini,” jawab Raven sembari mengusap lembut kepala Vivian yang saat ini masih dalam pelukannya.Kemudian Vivian menjauhkan tubuhnya dari Raven dan segera mengambil kaos yang diberikan oleh penjaga hutan tadi. “Kamu bisa memakai ini sendiri 'kan?“ tanyanya sembari menyodorkan kaos tersebut.“Sepertinya jika banyak bergerak lukaku akan terbuka kembali,” jawab Raven dengan mata yang terus menatap kaos yang saat ini masih berada di tangan Vivian.Helaan kasar pun muncul dari bibir Vivian.“Baiklah untuk kali ini saja kamu bisa menganggapku bodoh,” uj“Ya, mungkin saja kita tidak akan bisa keluar dari sini,” jawab Raven sembari terus menatap Vivian dengan tenang.“Jangan bercanda, bukankah kamu bilang kalau anak buah kamu tidak mengejar kita?“ Vivian menatap mata Raven lekat. Dia yakin bisa membaca kebohongan dari gerak pupil mata Raven.“Tapi aku tidak tahu berapa orang yang sedang mengejar kita,” jawab Raven tanpa membuat gerakan berarti agar Vivian tak curiga dengan apa pun.Kemudian Vivian mendorong tubuh Raven. “Aku tidak ingin bercanda lagi. Aku tahu kamu itu bukan orang yang mudah menyerah, tidak mungkin kamu pasrah hanya karena tekanan seperti ini,” sahutnya sembari mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu.Senyum pun muncul di bibir Raven. “Kamu memang benar mengenalku,” sahutnya.“Tentu saja aku mengenalmu, kita ini suami istri.“ Sesaat kemudian Vivian kembali mengarahkan pandangannya pada Raven. “Dan aku ingin kamu mengerti, aku masih ingin tetap dengan tujuanku semula. Kita bisa berpura-pura akur di depan Shi
Tentu saja Vivian tak akan percaya dengan bujuk rayu Rain yang sudah sangat jelas di matanya, akan tetapi karena ada hal menguntungkan di dalam rencana Rain kali ini, akhirnya Vivian pun mengangguk.“Baiklah, tapi ini benar hanya untuk mencocokkan saja kan? Karena jika aku ketahuan membocorkan desain perhiasan yang akan diluncurkan, maka aku pasti akan disalahkan oleh perusahaan. Kamu pasti mengerti konsekuensinya,” ucap Vivian sembari menunjukkan ekspresi innocent di wajahnya. Karakter Heta yang diperankan olehnya membuatnya harus memasang ekspresi penuh kegelisahan dan kebimbangan pada permintaan Rain kali ini.“Tentu saja aku tahu, mana mungkin aku tega berbuat sesuatu yang merugikan kamu. Bahkan aku sudah terang-terangan melamar kamu di depan publik, jadi aku tidak akan mungkin membuat nama baik kamu menjadi buruk. Kamu harus percaya padaku,” rayu Rain sembari menggenggam erat kedua telapak tangan Vivian.“Dasar wanita bodoh, aku hanya ingin memanfaatkan kamu. Siapa yang peduli
Sementara itu saat ini Raven sedang duduk dengan santai di tengah sebuah ruangan sembari memegang ponsel di tangannya.“Ikuti terus dia,” titah Raven yang kemudian mematikan panggilan tersebut. Kemudian dengan santai dia mengarahkan kembali pandangannya pada Charles yang saat ini berdiri tak jauh di depannya dan juga seorang laki-laki yang tengah berlutut dengan kepala yang ditutupi dengan kain hitam.“Lepaskan aku!“ teriak laki-laki tersebut sembari meronta ingin melepaskan diri karena tangan dan kakinya tengah diikat.“David,” ucap Raven dengan santai sembari terus menatap ke arah laki-laki yang kepalanya tengah ditutupi kain hitam tersebut dengan tenang.Mendengar namanya dipanggil dengan cara seperti itu, laki-laki yang pernah menjadi rekan Vivian saat berkerja sebagai pencuri berlian pun berhenti meronta. “Siapa kamu?“ tanyanya.Kemudian Raven pun memberi tanda pada Charles agar membuka kain hitam yang menutupi kepala laki-laki bernama David itu.“Kamu …,” gumam David k
“Ehem!“ Dehem Yana keras.Seketika Vivian dan Sean pun menoleh menatap ke arah Yana dan beberapa pegawai yang juga ikut menoleh ke arah mereka.“Maaf Pak Sean kami semua ingin meminta izin untuk memeriksa secara langsung berlian-berlian yang akan ditampilkan pada kontes nanti,” ucap Yana dengan sopan.Dan ketika Sean mengganti posisi tubuhnya, Vivian pun dengan cepat melangkah dan bergabung dengan Yana dan yang lainnya. “Benar Pak Sean, kami harus memastikan semuanya dalam keadaan baik sebelum beralih untuk mengerjakan yang lainnya,” imbuhnya.“Baiklah, kalian bisa melakukan apa pun yang diperlukan,” sahut Sean dengan tenang.“Terima kasih,” ujar Vivian dan timnya dengan kompak. Setelah itu Vivian dan timnya segera mengecek berlian-berlian tersebut di bawah pengawasan seorang penjaga yang ditugaskan khusus untuk mengawasi kegiatan hari itu. “Ck, sepertinya Sean benar-benar takut aku mengambil benda-benda mengkilat ini,” batin Vivian sembari melirik ke arah Sean yang saat ini juga
Perdebatan pun terjadi, Vivian bertingkah seolah tak terima dengan apa yang Rain lakukan. Dia pun berkali-kali menarik jas yang dikenakan Rain hingga akhirnya dengan kasar laki-laki berkuasa itu menepis tangan Vivian dengan kuat, hingga membuatnya terjerembab di lantai. “Ishh!“ desis Vivian dengan ekspresi yang makin menyedihkan.Tentu saja ini langsung menjadi sorotan semua orang yang ada di ruangan itu. Mereka bahkan mulai berbisik-bisik tentang apa yang terjadi.“Kamu jangan mencari masalah di sini, jika tidak ak—” Kalimat Rain tiba-tiba tertahan di tenggorokannya. Ya, dia tidak mungkin membocorkan rahasia tentang gambar berlian yang dia curi lewat Vivian.Dia sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membuat semua salinan berlian tersebut dalam waktu tiga hari. Tujuannya hari ini benar-benar untuk membuat citra perusahaan Raven jatuh seperti yang diinginkan oleh ayahnya.“Coba saja kalau kamu berani mengatakannya, aku akan langsung meneriakkan plagiat kepadamu. Kamu sudah benar
Menit terus berganti, kini semua model dari perusahaan Raven telah tampil dengan elegan. Dan perhiasan-perhiasan dadakan yang tim Vivian kombinasikan justru menuai banyak pujian dari banyak orang yang hadir saat itu karena memberikan kesan eksentrik tapi menarik bagi mereka.“Bagus,” gumam Vivian sembari tersenyum menatap acara tersebut dari belakang panggung.“Ini berkat kamu He,” sahut Yana yang saat ini juga sedang mengamati pertunjukan tersebut.Vivian pun menoleh. “Tidak, ini semua berkat kalian. Kalian semua sudah bekerja keras hari ini, aku seharusnya berterima kasih untuk kalian semua malam ini. Tapi …,” ujarnya yang sengaja menampakkan ekspresi ragu-ragu di wajahnya.Dan sesaat kemudian, sebuah tanggapan yang Vivian inginkan dari Yana pun muncul. “Tenang saja, lain kali pun boleh. Lebih baik kita menyelesaikan saja semua hal lebih dulu baru setelah itu merayakannya,” ucap Yana sembari menepuk pundak Vivian.“Iya, lebih baik kita selesaikan semuanya dulu. Lagi pula set
Beberapa jam berlalu. Sebab Raven tak juga kembali setelah kejadian di pantai malam itu, Vivian pun memutuskan untuk mengambil Shine dari rumah besar tersebut.“Apa kamu tidak senang pergi dari rumah Papamu?“ tanya Vivian yang saat ini sedang menyetir mobilnya. Sesaat kemudian dia melirik ke arah Shine yang duduk di sampingnya.Ya, sejak keluar dari rumah Raven, Shine terus saja berwajah murung. Bahkan setelah masuk ke dalam mobil, Shine terus saja menatap ke luar kaca di sampingnya.Sesaat kemudian tiba-tiba si laki-laki kecil tersebut menghela napas panjang dan kemudian menoleh ke arah Mamanya. “Jangan menutupi yang itu dengan yang lain Ma. Papa pasti marah kalau tahu aku membantu Mama mengambil benda itu,” ujarnya sembari menatap malas pada wajah wanita yang sebenarnya sangat disayanginya itu.Ya, Shine adalah orang yang membantunya menghapus rekaman CCTV dan apa pun yang bisa membuat Vivian ketahuan kalau dia telah mengganti black swan dengan duplikat buatannya.Lang
Beberapa jam berlalu, kini Raven dan Sean tengah duduk bersama di sofa yang ada di ruang kerja. Mereka terus mengobrol masalah perusahaan dan kejadian hari ini, hingga sebuah ketukan muncul di pintu ruangan itu.“Tuan, ini perhiasan yang Anda minta,” ucap seorang laki-laki yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu sembari menyerahkan sebuah kotak perhiasan dengan ukuran cukup besar.“Baik, kamu bisa pergi sekarang,” titah Raven yang membuat salah satu karyawannya itu segera meninggalkan ruangan tersebut.Setelah itu, Sean yang penasaran pun segera mengambil kotak yang baru saja diletakkan di atas meja tersebut. “Perhiasan apa yang kamu inginkan?“ tanyanya sembari membuka kotak tersebut.“Black swan? Kenapa?“ tanya Sean sembari beralih menatap ke arah sahabatnya itu.“Coba perhatikan perhiasan itu, apakah ada yang berbeda!“ titah Raven sembari terus menatap satu set perhiasan di depan Sean dari tempatnya.Sean pun mengambil cincin dari dalam box tersebut dan memutar-mutar b