“Ehem!“ Dehem Yana keras.Seketika Vivian dan Sean pun menoleh menatap ke arah Yana dan beberapa pegawai yang juga ikut menoleh ke arah mereka.“Maaf Pak Sean kami semua ingin meminta izin untuk memeriksa secara langsung berlian-berlian yang akan ditampilkan pada kontes nanti,” ucap Yana dengan sopan.Dan ketika Sean mengganti posisi tubuhnya, Vivian pun dengan cepat melangkah dan bergabung dengan Yana dan yang lainnya. “Benar Pak Sean, kami harus memastikan semuanya dalam keadaan baik sebelum beralih untuk mengerjakan yang lainnya,” imbuhnya.“Baiklah, kalian bisa melakukan apa pun yang diperlukan,” sahut Sean dengan tenang.“Terima kasih,” ujar Vivian dan timnya dengan kompak. Setelah itu Vivian dan timnya segera mengecek berlian-berlian tersebut di bawah pengawasan seorang penjaga yang ditugaskan khusus untuk mengawasi kegiatan hari itu. “Ck, sepertinya Sean benar-benar takut aku mengambil benda-benda mengkilat ini,” batin Vivian sembari melirik ke arah Sean yang saat ini juga
Perdebatan pun terjadi, Vivian bertingkah seolah tak terima dengan apa yang Rain lakukan. Dia pun berkali-kali menarik jas yang dikenakan Rain hingga akhirnya dengan kasar laki-laki berkuasa itu menepis tangan Vivian dengan kuat, hingga membuatnya terjerembab di lantai. “Ishh!“ desis Vivian dengan ekspresi yang makin menyedihkan.Tentu saja ini langsung menjadi sorotan semua orang yang ada di ruangan itu. Mereka bahkan mulai berbisik-bisik tentang apa yang terjadi.“Kamu jangan mencari masalah di sini, jika tidak ak—” Kalimat Rain tiba-tiba tertahan di tenggorokannya. Ya, dia tidak mungkin membocorkan rahasia tentang gambar berlian yang dia curi lewat Vivian.Dia sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membuat semua salinan berlian tersebut dalam waktu tiga hari. Tujuannya hari ini benar-benar untuk membuat citra perusahaan Raven jatuh seperti yang diinginkan oleh ayahnya.“Coba saja kalau kamu berani mengatakannya, aku akan langsung meneriakkan plagiat kepadamu. Kamu sudah benar
Menit terus berganti, kini semua model dari perusahaan Raven telah tampil dengan elegan. Dan perhiasan-perhiasan dadakan yang tim Vivian kombinasikan justru menuai banyak pujian dari banyak orang yang hadir saat itu karena memberikan kesan eksentrik tapi menarik bagi mereka.“Bagus,” gumam Vivian sembari tersenyum menatap acara tersebut dari belakang panggung.“Ini berkat kamu He,” sahut Yana yang saat ini juga sedang mengamati pertunjukan tersebut.Vivian pun menoleh. “Tidak, ini semua berkat kalian. Kalian semua sudah bekerja keras hari ini, aku seharusnya berterima kasih untuk kalian semua malam ini. Tapi …,” ujarnya yang sengaja menampakkan ekspresi ragu-ragu di wajahnya.Dan sesaat kemudian, sebuah tanggapan yang Vivian inginkan dari Yana pun muncul. “Tenang saja, lain kali pun boleh. Lebih baik kita menyelesaikan saja semua hal lebih dulu baru setelah itu merayakannya,” ucap Yana sembari menepuk pundak Vivian.“Iya, lebih baik kita selesaikan semuanya dulu. Lagi pula set
Beberapa jam berlalu. Sebab Raven tak juga kembali setelah kejadian di pantai malam itu, Vivian pun memutuskan untuk mengambil Shine dari rumah besar tersebut.“Apa kamu tidak senang pergi dari rumah Papamu?“ tanya Vivian yang saat ini sedang menyetir mobilnya. Sesaat kemudian dia melirik ke arah Shine yang duduk di sampingnya.Ya, sejak keluar dari rumah Raven, Shine terus saja berwajah murung. Bahkan setelah masuk ke dalam mobil, Shine terus saja menatap ke luar kaca di sampingnya.Sesaat kemudian tiba-tiba si laki-laki kecil tersebut menghela napas panjang dan kemudian menoleh ke arah Mamanya. “Jangan menutupi yang itu dengan yang lain Ma. Papa pasti marah kalau tahu aku membantu Mama mengambil benda itu,” ujarnya sembari menatap malas pada wajah wanita yang sebenarnya sangat disayanginya itu.Ya, Shine adalah orang yang membantunya menghapus rekaman CCTV dan apa pun yang bisa membuat Vivian ketahuan kalau dia telah mengganti black swan dengan duplikat buatannya.Lang
Beberapa jam berlalu, kini Raven dan Sean tengah duduk bersama di sofa yang ada di ruang kerja. Mereka terus mengobrol masalah perusahaan dan kejadian hari ini, hingga sebuah ketukan muncul di pintu ruangan itu.“Tuan, ini perhiasan yang Anda minta,” ucap seorang laki-laki yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu sembari menyerahkan sebuah kotak perhiasan dengan ukuran cukup besar.“Baik, kamu bisa pergi sekarang,” titah Raven yang membuat salah satu karyawannya itu segera meninggalkan ruangan tersebut.Setelah itu, Sean yang penasaran pun segera mengambil kotak yang baru saja diletakkan di atas meja tersebut. “Perhiasan apa yang kamu inginkan?“ tanyanya sembari membuka kotak tersebut.“Black swan? Kenapa?“ tanya Sean sembari beralih menatap ke arah sahabatnya itu.“Coba perhatikan perhiasan itu, apakah ada yang berbeda!“ titah Raven sembari terus menatap satu set perhiasan di depan Sean dari tempatnya.Sean pun mengambil cincin dari dalam box tersebut dan memutar-mutar b
Sementara itu, saat ini Vivian sudah berhasil masuk ke dalam ruang penyimpanan perhiasan setelah memecahkan kata sandi pintu ruangan tersebut. Dia pun segera melangkah ke arah tempat di mana black swan terakhir kali diletakkan.“Untung saja belum ada yang menyadari,” batin Vivian sembari mengambil kalung duplikat buatannya, lalu menggantinya dengan yang asli.“Huh, bikin repot saja,” gerutu Vivian sembari memasukkan kalung palsu tersebut ke dalam sakunya. Lalu dengan santai dia berbalik badan, tetapi sesuatu mengejutkan langsung membuatnya berhenti bergerak.“Selamat malam Nyonya, kami diberi perintah oleh Tuan untuk membawa Anda kembali,” ucap Charles yang kini berdiri di depan Vivian bersama tiga anak buahnya.“Jadi dia sudah tahu kalau aku menukar kalung ini, pantas saja semuanya berjalan sangat lancar,” batin Vivian sembari menatap dingin ke arah Charles dan tiga laki-laki di belakangnya.“Katakan pada dia aku ada urusan lain, jadi aku tidak akan pulang bersama kalian,”
Saat ini Vivian tengah menaiki taksi menuju salah satu tempat yang dianggap mereka cukup aman. Ya, dan Vivian meninggalkan mobilnya di tempat Samuel untuk menghilangkan jejak mereka.“Apa benar aku harus ke sana?” pikir Vivian yang merasa ragu dengan hal ini. Padahal dia tahu dengan jelas kalau orang yang mereka tuju adalah orang yang selalu baik pada mereka berdua sejak pertama kali kenal sampai saat ini, tapi entah kenapa ada perasaan mengganjal di dalam hati Vivian saat ini.“Kenapa Ma?“ tanya Shine saat melihat ekspresi wajah Vivian yang terasa aneh baginya.Vivian yang sempat melamun pun kembali menoleh ke arah anak laki-lakinya. “Tidak apa-apa Sayang, hanya saja dari tadi Paman Roland tidak mengangkat telepon Mama,” jawabnya.“Apa jangan-jangan Paman Roland sedang keluar,” sahut shine sembari mengangguk-ngangguk seolah tengah memahami sesuatu.Vivian pun tersenyum kecil melihat tanggapan anak laki-lakinya itu. Dia tidak mungkin mengatakan rasa gelisahnya tentang Rolland
Sehari berlalu dengan cepat, kini Vivian dan Shine sudah berada di tempat Samuel dan Jessi akan mengadakan pesta pernikahan mereka. Sementara Shine tengah bermain dengan teman sebayanya, kini Jessi tengah berbicara dengan Vivian di salah satu kamar yang sudah disiapkan untuk para tamu jauh.“Apa kamu yakin?“ Ekspresi terkejut tak ingin disembunyikan Jessi ketika mendengar apa yang Vivian dengan tentang Roland. “Kamu yakin, mereka tidak sedang menipumu … maksudku para anak buah Aldrich itu, apa kamu yakin mereka tidak melihat kamu dan tiba-tiba ingin memanfaatkan kesempatan itu dan sejenisnya?“Vivian mengusap-usap wajahnya dengan kasar. “Tidak. Aku yakin mereka tidak melihat kedatanganku,” jawabnya sembari menatap ke arah kaki meja. Dia terus merenung di dalam hatinya.“Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apa kamu ingin kembali pada Raben?“ tanya Jessi yang merasa khawatir sekaligus iba pada sahabatnya itu.Vivian menghembus napas panjang. “Aku tidak tahu. Tapi yang j