Share

Jebakan Ranjang Nona Muda
Jebakan Ranjang Nona Muda
Author: She Sheila

Jebakan Ranjang

Author: She Sheila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tak mau dan tak akan pernah mau menikah!" seru gadis cantik yang langsung membalikkan wajahnya dengan angkuh.

Seketika tangannya bergerak cepat mengambil tas dengan berlogo huruf H besar di sofa dan keluar dari ruangan tanpa pamit. Ditinggalkannya Bernardo De Quinn, pria 60 tahun yang sudah merawatnya sepenuh hati tanpa didampingi sang istri yang sudah lebih dulu pergi.

"Ikuti dia, jangan biarkan dia sendiri dan melakukan hal gila lagi!" perintah Bernardo pada pria berpakaian serba hitam yang mengangguk seketika.

Tangan tuanya memegangi dada yang terasa sakit setiap kali berurusan dengan gadis nakalnya. Clara Quinn, putri semata wayang yang ia besarkan seorang diri nyatanya harus tumbuh menjadi anak pembangkang dan selalu menolak permintaan sang ayah. Kali ini, bukan yang pertama kalinya Bernardo harus menelan obat-obat dokter untuk mengurangi sakit jantung yang kambuh akibat ulah putri semata wayangnya.

Sementara langkah kaki Clara menyusuri anak-anak tangga dengan cepat. Tubuh rampingnya masuk ke dalam sebuah mobil sport berwarna mewah, hadiah dari ayahnya tahun lalu. Diliriknya pengawal pribadi Bernardo yang sudah duduk manis di sisinya.

"Apa yang kau lakukan di sini, hah?" tanyanya ketus.

"Menemanimu," jawab pria bertubuh kekar yang tak nampak menua walau usianya sudah menginjak kepala empat. "Aku tak akan membiarkan kau pergi sendiri!" tegasnya seolah memaksa Clara menurut.

"Tuan David Klein, kau pengawal pribadi ayahku, jadi keluar atau..."

"Kali ini aku akan menjadi pengawalmu, Nona Clara Quinn!" potong David dengan penuh penekanan pada akhir kalimatnya.

Gadis 25 tahun itu mendengus kesal, tapi matanya langsung bersinar seolah ada rencana baru untuk membuat David jengah nan lengah. Tatapan manik abunya tajam dengan seru mesin yang berteriak siap menghempas keduanya menuju surga dunia, tempat Clara menghabiskan waktunya selama ini.

Setelah menyelesaikan kuliah di Paris, ia kembali ke tanah air dan enggan bekerja. Belanja, berlibur dan berpesta adalah kegiatannya sehari-hari. Ia sama sekali tak tertarik pada dunia kerja, di mana sang ayah berjuang keras memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga. Tak hanya itu, Clara juga selalu membuat masalah, terutama jika ia berhubungan dengan pria.

Berita terakhir yang mencoreng nama besar Quinn adalah saat ia menabrak mobil mantan kekasihnya yang berselingkuh hingga masuk ke sungai. Tak hanya ganti rugi, tapi gadis itu nyaris ditahan, jika Bernardo tak ikut turun tangan.

"Biar aku yang menyetir!" kata David dengan tangan memegangi hand grip erat-erat.

Clara nyaris tergelak mendengar pernyataan sang pengawal. Ia memang sengaja menyetir secara ugal-ugalan untuk membuat David menyerah. Tapi pria itu termasuk kuat menahan semua tingkah pola di luar nalar sang nona muda.

"Ini mobilku dan tak ku biarkan orang lain menyentuhnya!" tolaknya tegas.

Pria itu hanya mengangguk dengan sikap siap, jikalau nanti ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Matanya waspada, melihat sekeliling yang nampaknya mulai kesal dengan Clara. Bunyi klakson dan tak jarang makian terlontar akibat ulahnya. Namun David hanya bisa diam sampai akhirnya mereka berhenti di pelataran sebuah apartemen mewah yang tak pernah ia kunjungi.

"Kau mau ke mana?" tanya David.

"Ini apartemenku, jadi terserah aku mau ke mana!" jawabnya seraya pergi meninggalkan David yang bingung harus menyimpan mobil itu di mana.

Kaki jenjang Clara yang indah dengan mini dress berlengan spageti melangkah pasti ke arah bar yang berada di lantai dua. Ia duduk sebentar  di meja kosong yang terletak di pojok ruangan. Tangannya melambai ke arah bartender kenalannya sambil memberi kode untuk mengantarkan minuman.

Clara mengedarkan pandangan, mulai menilik satu per satu tamu di bar itu, mencari mangsa. Namun ia malah kembali harus melihat David yang baru saja masuk dengan napas terengah-engah. Wajah semakin kesal melihat pria itu berjalan mendekat ke arahnya.

"Tak bisakah kau cari tempat yang lain?" tanyanya sambil menggerutu sebal.

"Aku harus di sini agar tak ada pria lain yang mengganggumu!" jawab David masa bodoh dengan sikap tak suka yang Clara tunjukkan.

Gadis itu menghentak-hentakkan kaki, tanda tak suka. Namun semua sikap yang ia beri tak membuat David pergi. Pria itu malah menyambut kedatangan minuman dengan senang hati. Wajahnya sumringah, karena sang pelayan memberikan dua gelas untuk mereka.

"Aku yang me..."

"Ah...!" seru David yang baru saja menenggak satu sloki alkohol dengan santai. Rasa pahit yang menjalar di sepanjang tenggorokannya membuat manik pualam itu terpejam sesaat. "Harusnya kau diam di rumah dan menikmati semua yang ayahmu beri," katanya setengah menasihati.

Clara berdecih tak suka. Tangannya menggapai botol dan menuangkan alkohol sebanyak yang ia suka. Seperti David, ia pun langsung menghabiskan minumannya dalam satu gerakan saja. Pesta dan minuman adalah kehidupan yang ia jalani setahun ke belakang. Satu sloki tak akan membuatnya mabuk. Maka dari itu, ia menenggak kembali minuman kedua, ketiga hingga tak lagi bisa dihitung dengan jari.

"Hentikan atau kau bisa mabuk!" cegah David.

Seolah tak mau mendengar nasihat sang pengawal, Clara bergerak merengkuh botolnya lagi dan siap menuang. Namun tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya. Rasa panas yang menjalar dari tenggorokan ke arah perut dan terus menguasai seluruh indera. Keringat dingin mulai bercucuran bersama tangan yang menggenggam meja erat.

"Kau kenapa?" tanya David melihat ada yang tak beres.

Clara menggeleng dengan cepat. Matanya nanar menatap David yang nampak begitu tampan nan menggoda di matanya. Dengan kemeja yang terbuka sedikit, jas hitam juga potongan rambut cepak yang rapi, semua menjadi sempurna bagi gadis yang tak pernah sekalipun memperhatikan pengawalnya itu.

"Ah, aku mau pulang!" katanya coba mengontrol isi kepalanya.

Kaki menapak lantai dan mulai berjalan sempoyongan. Ditepis tangan David yang berusaha untuk membantu. Entah mengapa ada aliran listrik ketika kulit keduanya beradu. Rasanya ingin sekali tangan itu menyentuh seluruh tubuhnya.

Clara buru-buru menggelengkan kepalanya lagi dan lagi. Pikirannya sungguh tak bisa dikontrol, dan pulang adalah ide yang buruk. Tangannya menyentuh tombol lift dan bergerak menuju ke apartemennya, bersama David yang terus membuntuti.

"Nona, apa tak sebaiknya jika kita pulang saja?" tawar David yang merasa Clara tak baik-baik saja.

Tak ada jawaban dari bibir bergincu merah muda itu. Matanya terpejam, berusaha untuk menahan gejolak dalam diri yang tiba-tiba saja menguasai. Keringat dingin mulai bercucuran, bersama rasa basah di area sensitifnya yang terus berkedut ingin sesuatu yang lebih.

"Nona Clara, kenapa kau..."

Belum sempat pria itu bertanya, Clara sudah berbalik dan mendorong tubuh besar itu ke sudut. Tangannya menarik kerah baju David dan membawa bibir keduanya beradu. Satu kecupan nyatanya tak cukup, tubuh gadis itu menagih lebih dalam hingga ciuman hangat itu berubah panas.

David mendelik, tangannya menyentuh kedua bahu Clara, sekuat tenaga mendorong. Tapi apa yang dilakukan oleh gadis itu malah sebaliknya. Sang nona muda mengaitkan kedua tangannya ke leher hingga pria itu tak mampu berbuat apapun kecuali menerima semua perlakuan itu.

TING!

Sebelum pintu lift terbuka, Clara sudah melepaskan ciumannya. Wajahnya merah padam menahan malu, dengan kepala menunduk ia berjalan menuju ke arah apartemennya yang tak jauh dari sana. Sementara David terus membuntuti penuh tanya.

"Nona Clara, apa yang tadi..."

Tiba-tiba saja gadis itu membalikkan badan, menahan tubuh besar David hingga nyaris bertabrakan dengannya. Clara menatap nanar, seolah meminta tolong. Tapi pria itu sama sekali tak mengerti dengan apa yang terjadi, hingga sebuah serangan di tubuhnya membuatnya paham apa yang telah terjadi.

"Aku sudah berusaha, tapi rasa ini tak bisa lagi ku tahan!" kata Clara seraya kembali memeluk David dan mencumbunya dengan rakus.

***

Related chapters

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Neraka di Depan Mata

    "Siapa yang meneleponku pagi-pagi sekali?" teriak Clara seraya mengambil ponsel yang entah ada di mana.Tangannya bergerak mencari-cari ke seluruh arah, karena matanya masih berat untuk terbuka. Berdasar indera pendengar dan peraba yang bekerja sama, Clara akhirnya menemukan ponselnya dan mulai menekan tombol hijau tanda panggilan masuk."Halo!" sapanya ketus."Kau di mana? Keributan apa lagi yang sudah kau perbuat, hah?"Rentetan pertanyaan yang kali ini keluar dari mulut orang lain membuat Clara terjaga penuh. Tubuhnya beranjak dengan mata abu terbelalak tak percaya. Maniknya berkeliling, memandangi semua yang ada di dekatnya kini."Kau sungguh keterlaluan! Berita tentangmu muncul di seluruh media, Clara! Kau sudah gila, hah?" cecar pria di seberang yang terus menekannya untuk memikirkan hal yang ia saja tak tahu."Berita? Berita ap..." Gadis itu terhenyak melihat notifikasi yang masuk ke ponsel dan menunjukkan video dirinya dengan seorang pria tampan yang tengah berciuman di lorong

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Dipaksa Menikah!

    "Ada apa?" tanya Clara dengan mata bengkak sisa menangis semalam.Setelah mengantar sang ayah ke peristirahatan terakhir, ia terus mengurung diri di dalam kamar. Makanan yang datang ditolak, begitu juga tamu yang silih berganti ingin bertemu. Wartawan di depan rumah terus menanti kehadiran putri tunggal Bernardo De Quinn yang malam sebelumnya tertangkap basah tengah menjalin kasih dengan pengawal pribadi sang ayah, sebuah skandal yang menghebohkan jagad raya.Sesak di dada Clara masih terasa. Marah, sedih dan sesal bercampur menjadi satu, tanpa ada yang membelanya. Biasanya selalu ada ceramah panjang yang menghantuinya setelah berulah. Tapi kini semua sepi, tak akan ada lagi cecar penuh nasihat yang terlontar untuk kebaikan gadis itu. Semua tergantikan dengan rasa bersalah yang membuatnya tak bisa tidur dan makan dengan tenang. Seandainya ia tak pergi saat itu, atau seandainya saja ia setuju bertemu dengan pria pilihan sang ayah, pasti semua akan baik-baik saja.Masa sulit itu semakin

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Rentetan Derita

    "Minggu depan kalian akan menikah!" kata Leo menegaskan keputusannya sebagai kepala keluarga De Quinn untuk saat ini.Amy mengangguk setuju, sembari menyantap sarapannya pagi itu. Wanita dengan dandanan terang bak lampu neon itu nampak menikmati layanan yang ada di rumah besar sang kakak dengan angkuh. Gayanya bak pemilik rumah, bahkan melebihi Clara yang biasanya begitu manja dan pilih-pilih.Sementara David terus berdiri di sisi calon istrinya, masih bertugas sebagai pengawal pribadi. Sebelum sah menjadi suami-istri, keduanya sepakat untuk tetap bertindak sebagai atasan dan bawahan seperti biasa. "Selain itu, aku ingin mengatakan padamu tentang wasiat terakhir kakakku," katanya yang mampu membuat wajah Clara mendongak.Gadis yang telah kehilangan harap itu hanya mengacak makanannya tanpa selera. Ia sudah tahu bahwa pagi itu akan membicarakan terkait pernikahannya yang sudah di depan mata. Namun tak disangka bahwa sang paman akan mengatakan sebuah permintaan terakhir yang tak sempat

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Takdir yang Mempertemukan

    "Pengantin wanita dipersilakan untuk masuk!"Clara menarik napas dalam sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam gereja kecil yang berada di pinggir kota. Manik abunya mengambang penuh air mata begitu pintu terbuka dan menunjukkan isi di dalam ruangan yang tak diisi banyak orang. Hanya ada Leo dan Amy yang duduk di sisi kiri, sebagai perwakilan keluarganya. Sementara Tuang Charles, pengacara pribadi keluarga, mewakili keluarga dari David yang diketahui adalah seorang yatim piatu.Gadis itu hampir saja tersandung saat berjalan sendiri, tanpa sosok ayah yang mengantarkannya sampai ke altar. Hatinya remuk, tak pernah membayangkan pernikahan kecil yang diselenggarakan sembunyi-sembunyi agar tak ada wartawan yang meliput. Sementara di altar, telah berdiri pengantin pria tampan dengan jas berwana putih, persis seperti gaun yang kini dikenakan Clara. Setangkai mawar menghiasi kantong kirinya, membuat tubuh tegap itu semakin sedap dipandang. Senyumnya lebar, menyambut pengantin cantik dengan

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Hilang Tanpa Sisa

    "Saham milik ayahku dibekukan?"Clara mendengus kesal mendengar berita yang tak hanya mengejutkan, tapi mampu membuat tensinya naik drastis. Charles, pengacara pribadi keluarganya ternyata sudah hadir di kantor lebih dulu dari pada ia dan David. Nampaknya pria tua itu sengaja, untuk mengumpulkan data-data dan juga informasi penting agar nantinya bisa disampaikan pada sang ahli waris seharusnya."Tapi kau adalah pengacara ayahku, Tuan Charles! Harusnya kau bisa membantuku untuk mendapatkan hakku sebagai anaknya!" kata Clara berusaha menekan.Pria tambun berkacamata itu menggeleng pelan. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Leo dan Amy telah menunjuk pengacara baru yang tentu saja membantu mereka untuk melawan Charles. Ditambah lagi munculnya petisi dari para pemegang saham lain yang tak mau gadis 25 tahun itu menggantikan posisi sang ayah."Aku akan coba melobi beberapa pemegang saham lain agar mau memberikmu kesempatan. Tapi aku butuh waktu, karena...""Aku tak butuh alasan apapun

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Tak Ingin Jatuh Cinta

    "Urgh!" seru Clara kesal.Sudah satu jam lamanya ia membolak-balikkan badan, tapi matanya tak jua terpejam. Entah apa yang mengganggu pikirannya. Tapi yang jelas, ia terus melirik pria yang sejak tadi terlelap di sofa empuk dekat ranjangnya.Tangannya menyentuh dada yang kembang kempis tak karuan. Jantungnya terus berdegup kencang, terutama saat melihat wajah David yang tengah mengarungi lautan mimpi. Dengan rambut klimis, jambang tipis dan deru napas yang membuat wajahnya semakin manis."Astaga!" serunya sembari menutup pipi tomatnya dengan selimut.Ini bukan pertama kalinya ia memandangi wajah pengawal yang kini sudah sah menjadi suaminya. Tapi rasanya baru kali ini Clara merasa pria itu menarik. Garis wajah yang keras dan dingin hanya hiasan, karena nyatanya begitu lunak hatinya ketika berhadapan dengan wanita."Apa yang kau lakukan?""Hah? Apa?" tanya Clara yang terkejut begitu mendengar suara bariton David. Gadis itu beranjak dan melihat pria itu sudah dalam posisi duduk. "Kau ta

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Menantang Dunia Baru

    "Wow, kau datang juga!" Leo masuk ke dalam ruang kerja mendiang kakaknya dengan wajah sumringah. Ia memandangi keponakannya bersama sang pengawal pribadi yang baru saja mengikat janji. Keduanya nampak semakin kompak saja, dimulai dari pakaian yang serasi, hingga sikap yang begitu mirip.Clara tengah duduk di meja kerja ayahnya, bersama David mendampingi. Tangan keduanya sibuk dengan beberapa lembar laporan, yang entah kapan. Dari raut wajahnya, terlihat sekali bahwa mereka sedang sibuk berbincang, sebelum akhirnya Leo muncul."Bagaimana? Apakah kau siap menghadapi para pemegang saham kali ini?" tanyanya setengah mengejek.Gadis itu tergelak, menertawakan sikap kekanakan Leo yang jelas saja ditunjukkan hanya untuk memanas-manasinya. Tangannya menggenggam lembaran dengan erat, berusaha menahan amarah. Sementara David dengan sigap menenangkan. Pria 40 tahun itu tak bisa tinggal dia ketika Leo mulai menggoda istrinya. Semain Clara terpancing, semakin mereka berada di titik terendah. Usi

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Kemarahan David

    "Semoga berhasil!"Seorang pria tambun menyalami Clara dan David secara bergantian. Senyumnya merekah, menyambut kedatangan penerus De Quinn dengan jiwa yang lebih muda lagi. Semangatnya meluluhkan separuh peserta rapat yang pada akhirnya memberikan kesempatan pada gadis 25 tahun itu untuk memimpin pabrik kecil mereka yang nyaris saja ditutup tahun ini.Leo dan Amy muncul di akhir. Keduanya tersenyum senang, karena sang keponakan nampak menurut dengan semua anjurannya. Tangannya terjulur, tanda memberikan selamat."Semoga ucapanmu tadi bukan hanya bualan belaka!" kata Leo dengan nada mengejek.Pria paruh baya itu masih percaya bahwa apa yang dilakukan oleh Clara dan David adalah hal yang sia-sia. Pabrik kecil itu sama sekali tak bisa diselamatkan, baik dari segi keuangan, juga sumber daya manusia. Masyarakat sekitar yang banyak bekerja di sana, memiliki perangai yang berbeda dari pabrik-pabrik mereka lainnya.Tak hanya itu, permasalahan limbah juga menimbulkan perselisihan dengan ling

Latest chapter

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Clara Si Pemberani

    "Jadi apa yang harus aku katakan pada mereka?" tanya Clara yang sudah mondar-mandir sejak tadi.David membaca berkas yang sempat terlewat kemarin. Karena buru-buru pulang, ia mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Dan akibatnya, hari ini ada sekelompok masyarakat yang melakukan demo di depan gerbang pabrik, hingga keduanya harus melalui pintu samping.Clara mengintip lewat jendela ruangannya. Matanya terkejut mendapati peserta demo yang semakin banyak. Sebagian dari mereka menuntut pencabutan keputusan pemecatan untuk beberapa orang, termasuk Ratna yang ternyata juga merupakan salah seorang putri daerah. Ialah alasan dari kegiatan demo kali ini."Tunggulah sebentar lagi, kita keluar setelah ada pihak kepolisian."Namun Clara langsung mengambil posisi di samping suaminya. Hatinya tak tenang, karena ini adalah pertama kalinya ia berhadapan dengan segerombolan orang yang tak dikenal. Bukan hanya itu, sikap anarkis dan teriakan penuh makian menggambarkan dengan jelas bagaimana kepribadi

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Saling Tuduh

    "Mobil sudah siap, kita berangkat sekarang!" teriak David dari luar kamar.Satu kalimat dari pria itu membuat Clara tersentak. Gadis itu diam untuk beberapa saat. Sejak semalam sikap mereka menjadi canggung. Lebih tepatnya sejak ciuman yang didaratkan suaminya itu tanpa aba-aba.Tentu saja itu bukan ciuman pertama mereka. Namun kali ini begitu membekas karena David membuat permainan mereka semakin dalam dan nyaris terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Beruntung keduanya masih cukup sadar diri.Gara-gara perbuatannya, David harus menerima takdir untuk tidur di luar. Ya, Clara mengusirnya dan melarang pria itu untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Karena ia butuh istirahat dan melihat wajah suaminya membuatnya semakin tak bisa tidur."Aku turun!" katanya seraya bergerak untuk memulai hari.Dengan satu set pakaian kantor yang rapi, Clara pergi bersama David. Hanya mereka berdua tanpa ditemani sopir. Keduanya sepakat untuk bersama menjalankan tantangan dari Leo. Sehingga intensitas di

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Obat untuk Clara

    "Apa yang terjadi?" tanya David dengan telepon yang tersambung dengan pengeras suara di mobilnya.Pria itu mendengarkan dengan seksama penjelasan demi penjelasan yang diutarakan mantan bawahannya. Kepalanya berdenyut kencang setiap kali sesuatu terjadi pada sang istri. Bukan hanya karena Clara tengah sakit dan beristirahat di rumah, tapi juga karena secara kedewasaan, gadis itu masih cukup muda untuk mengemban tanggung jawab sebesar itu.Kakinya menginjak pedal gas semakin dalam, bersama fokus mata yang tak teralihkan dari jalanan. Tangannya memegangi kepala yang terus memutar otak untuk membuat gadisnya semakin kuat. Bukan untuknya, tapi minimal untuk diri Clara sendiri. Dan itu adalah tugas yang cukup berat bagi David.Clara hidup dengan bergelimang harta dengan jutaan pengawal dan pelayan yang biasa membantunya. Dengan kondisinya kini, ditambah keberadaan Amy dan Leo yang terus merongrong hartanya, maka semua tak akan bisa kembali seperti sedia kala. Gadis itu harus bisa belajar ma

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Ulah Leo

    "Tuan Putriku sedang sakit?" Wajah Leo yang masuk tanpa permisi ke kamar keponakannya mendapat sambutan dingin. Gadis yang masih tergeletak di atas ranjang itu hanya memandang sengit. Tangannya menggenggam ujung bantal, siap melakukan lemparan jikalau pamannya itu mulai menyebalkan."Mau ku panggilkan dokter pribadiku? Atau ku antar ke rumah sakit untuk periksa?" tawarnya dengan senyum yang nampak ramah di luar.Clara memutar matanya malas. Ia sudah tahu betul bahwa kehadiran Leo hanya untuk mengejeknya yang sedang sakit. Tak ada maksud baik di hati pria yang sudah tinggal bersamanya sejak sang ibu meninggalkan rumah. Leo dan Amy berkedok malaikat yang akan menjaga keponakannya yang menderita, tapi kenyataannya tak demikian.Dua orang dewasa itu hadir untuk menjaga harta sang ayah, untuk dimiliki dan dikuasai berdua. Dan saat ini, semua nyaris menjadi nyata. Jika Clara tak segera bangkit dan terus bertumpu pada David yang memang banyak memberikan bantuan."Sudah ku katakan sejak awal

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Sakit Membawa Berkah

    "HATCHI!"Clara memeluk dirinya sendiri bersama selimut tebal di atas kasur empuk. Pendingin ruangan yang biasanya menyala, mendadak padam. Tentu saja karena kondisi sang pemilik yang sedang tak enak badan.Sejak pulang dari restoran, gadis itu langsung membersihkan diri dengan air hangat. Ditambah lagi semangkuk sup hangat dan secangkir teh yang nampaknya belum cukup mengobati rasa dingin yang semakin menusuk tubuhnya. "Kau yakin tak ingin ku antar ke rumah sakit?" tawar David yang masih bertahan dengan sofa empuk di ujung ranjang.Jarak keduanya memang tak terlalu jauh. Tapi keduanya masih setia untuk menjaga privasi masing-masing dengan pisah ranjang. Selain untuk menjaga diri, juga untuk meyakinkan bahwa semua hubungan ini hanya sebuah kesalahan yang diawali dengan ulah licik seseorang."I'm okay!" katanya dengan jari telunjuk dan jempol yang membentuk lingkaran pertanda ia masih baik-baik saja.Namun tak demikian yang dilihat oleh David. Mata istrinya berair, dengan ingus yang m

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Mengenal David

    "Jadi ayahku yang membiayai sekolahmu?" tanya Clara tak percaya. Cangkir di tangannya bergetar hebat, saking bingungnya dengan semua kebaikan sang ayah yang tak pernah ditunjukkan pada putri semata wayangnya.Sebagai anak, Clara merasa begitu tak tahu diri. Bukan hanya dalam hal berbakti, tapi juga mengetahui sifat dan sikap sang ayah, yang sebenarnya. Semua kebaikan yang dilakukan Tuan Bernardo hanya bisa ia dengar tanpa pernah ia ketahui dengan mata kepalanya sendiri.Seperti yang sudah diterima oleh David. Semenjak lepas dari pekerjaan pengawalnya yang lama, pria itu ternyata sudah direkrut oleh sang ayah dan langsung disekolahkan kembali. Pria yang kala itu masih menjadi karyawan baru, mendapatkan banyak sekali keuntungan yang bisa saja dimanfaatkan menjadi tak baik.Namun David yang pada dasarnya memang ingin menuntut ilmu membuat kepercayaan Bernardo semakin besar. Tak hanya itu, suami dari Clara De Quinn itu terus setia, kapanpun dan di mana pun sang ayah berada. Belum cukup sa

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Terhasut

    "Aku tak tahu kau pintar bersandiwara," celetuk Clara sembari masuk ke dalam ruangan mendiang sang ayah.Kantor yang luas dengan lukisan berukuran besar Bernardo terpampang nyata di tengah ruang. Matanya tajam, tepat ke arah tempat duduk empuk yang kini Clara tempati. Keduanya seolah saling berhadapan, seperti biasanya."Aku hanya mengikuti permainan yang sedang berjalan. Aku bisa menjadi apapun yang ku mau, tergantung situasinya. Karena begitulah manusia hidup, seperti air." David menjawab panjang lebar, berusaha menjelaskan dirinya pada sang istri yang baru dinikahinya beberapa hari.Nada bicaranya berubah, sesuai dengan bagaimana cara Clara bertanya. Gadis itu berubah drastis semenjak keluar dari mobil. Ekspresinya kembali dingin, seperti Nona Muda yang biasanya ia temui sehari-hari, kasar dan angkuh. Entah apa yang merasukinya, tapi jelas sekali terlihat perbedaannya."Apa kau juga bersandiwara di depan ayahku?" tanyanya pada David yang tercekat di sofa tamu.Matanya nyalang meng

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Serangan Pertama Leo

    "Kami sudah menikah, sah secara hukum dan agama!" Kilat cahaya berpendar bergantian. Para wartawan terlihat antusias mendengarkan Clara dan David yang duduk berdampingan sebagai sepasang suami-istri. Keduanya sama sekali tak menyangkal bahwa foto yang beredar adalah mereka."Jadi sejak kapan hubungan ini terjalin?" Seorang pria mengacung sembari menyampaikan pertanyaannya.Mendengar pertanyaan itu, Clara tersipu malu. Tangannya menutup bibir yang tersenyum. Pipinya merona, menunjukkan gerak tubuh yang sempurna. Tiba-tiba saja ia mengalungkan kedua tangannya di lengan sang suami."Aku diam-diam mencintainya. Ayahku sepertinya tahu, maka dari itu ia sering kali menjauhkan kami. Tapi sebelum ia pergi, pada pria inilah aku dititipkan. Jadi, aku rasa tak perlu menunggu waktu lama untuk menikah, walaupun hubungan kami baru sebentar."Manik Clara dan David bertemu, seolah memberi semangat satu sama lain. Pria itu tersenyum, sembari menggenggam jari-jari manis istrinya dengan lembut. Sandiwa

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Perang Dimulai

    "Clara, bangun! Clara, kita harus pergi sekarang juga! Clara, ayo!"Wanita cantik dengan beberapa kerutan di wajahnya nampak menggoyang-goyangkan tubuh gadis kecil yang tengah terlelap itu dengan sekuat tenaga. Namun tak ada reaksi apapun, kecuali geliat kecil dengan kelopak yang terbuka, menunjukkan sepasang manik cokelat yang indah."Ibu mau ke mana?" tanya gadis itu polos."Ke tempat yang jauh, pergi dari orang-orang jahat di sini!" jawabnya sembari mengendong Clara kecil."Aku tak mau! Lepaskan aku! Aku ingin disini!" teriakan Clara menggema, bersama tubuh besar yang tersentak di sisinya.David terjaga dengan posisi aktif sepenuhnya. Dilihatnya Clara yang masih tertidur di sofa panjang. Keringat bercucuran dengan gumam penolakan yang terus terdengar. Wajahnya mendekat, menyimak dengan baik apa yang gadis itu ucap."Aku tak mau! Ibu bisa pergi sendiri!" serunya parau.Otak David berpikir keras, bingung karena tak pernah sekalipun mendengarkan celoteh Clara tentang ibunya. Beberapa

DMCA.com Protection Status