Bibi Emy adalah kepala pengurus palazzo sekaligus orang kepercayaan Liam di rumah itu. Agatha takut kalau wanita tua itu membelot dan mengkhianatinya, sama seperti yang dilakukan Fany padanya.
“Aku tidak memiliki wewenang untuk melakukannya, Agatha. Itu adalah bayimu, kau sendiri yang berhak untuk memutuskan.” Agatha tersenyum lega sembari mengelus perutnya dengan sayang.
“Aku senang mendengar panggilanmu yang barusan, rasanya seperti kita berdua benar-benar dekat.”
“Kalau kau menyukainya, aku akan memanggilmu begitu saat Tuan Stefano tidak ada.” Bibi Emy mengerlingkan sebelah matanya.
“Apa Liam akan memarahimu kalau memanggilku begitu?” Agatha mengernyitkan keningnya.
“Ah, itu—sepertinya masih ada pekerjaan yang harus kuurus. Kau, tidak apa-apa kutinggal sendiri?” Wanita itu segera melenggang pergi setelah memastikan Agatha beristirahat dengan nyaman di tempat tidurnya.
&ldqu
“Liam Stefano bahkan berpikir seperti itu. Saat menghadiri pemakaman keluarga Stefano, aku melihat sendiri dengan mata kepalaku kalau Liam hampir membunuhmu dengan pisau. Dia menyalahkanmu atas semua yang terjadi pada keluarganya. Jadi bagaimana bisa aku tidak berpikir hal yang sama? Kalau Liam Stefano saja menyalahkanmu, berarti memang kau pelakunya!”Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Fany, Agatha sudah menahan diri dengan sangat keras. Namun kemarahannya meledak juga pada akhirnya. Sudah cukup selama ini Liam salah paham dan menyalahkannya, dia tidak akan membiarkan orang lain berpikir dan melakukan hal yang sama.“Kau marah? Kenapa kau marah? Seharusnya aku yang marah. Seharusnya aku berada di rumah ini sebagai putri bungsu keluarga Stefano, bukan sebagai maid rendahan seperti ini! Kau yang telah menghancurkan hidupku, Agatha. Aku akan membunuhmu!” Fany mendorong Agatha dan meletakkan kedua tangannya di leher gadis itu.
“Bukankah seharusnya kau berterima kasih padaku karena telah membantumu membalaskan dendammu? Kau jadi tidak perlu repot-repot mengotori tanganmu.”“Balas dendam padanya, itu adalah urusanku. Dan aku paling benci orang lain bertindak melampauiku, apalagi seorang pelayan rendahan sepertimu.” Liam merasa jengah karena semua orang mengatakan hal seperti itu.Francesca pun mengatakan hal yang sama tempo hari saat ayahnya ketahuan telah berbuat jahat pada Agatha.Sementara Fany tidak bisa membendung air matanya saat mendengar Liam menyebutnya sebagai pelayan rendahan beberapa kali. Dirinya yang seharusnya berada di sana sebagai putri bungsu keluarga Stefano, malah berakhir dipermalukan dan dihina seperti sekarang. Gadis itu menangis meratapi nasibnya.“Katakan, dengan cara apa kau ingin mati?” Liam berdiri, sembari menatap angkuh pada Fany yang terduduk lemas di lantai kamar Agatha.“Liam.” Agatha meraih l
“Tidak, Agatha. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian dalam situasi seperti ini. Apalagi kau sedang hamil, dan emosimu tidak stabil. Takutnya kalau Liam yang merawatmu, dia bisa saja memaksamu meminum obatmu. Itu tidak akan baik untuk bayimu.”Agatha perlahan bangkit dari tempat tidurnya dan bersandar pada kepala ranjang.“Kau benar.”“Sekarang aku akan menyuapimu makan, bagaimana?” Agatha mengangguk atas tawaran Candice.Rasanya Agatha tidak bisa menolak kebaikan wanita itu padanya. Candice selalu perhatian dan bersimpati padanya. Kehidupannya juga sempurna, jadi seharusnya dia tidak memiliki sesuatu yang membuatnya cemburu pada Agatha, kan?Namun Agatha masih takut untuk memercayai orang lain lagi. Dia pun tak luput mewaspadai Candice meskipun wanita itu selalu menunjukkan sikap yang baik padanya. Agatha hanya perlu berhati-hati terhadap siapa pun mulai sekarang.“Kau harus makan yang banyak dan
“Karena Tuan Stefano peduli padamu.” Jawab Luca dengan senyuman tipis di wajahnya.“Tidak mungkin.” Gumamnya.‘Sejak kapan pria ini bisa tersenyum?’ Pikir Agatha, merasa terkejut dengan perubahan sikap Luca akhir-akhir ini.“Agatha, kau masih di sana?” Luca mengibaskan tangannya di depan wajah Agatha saat mendapati gadis itu melamun.“Ah, ya. Apa Candice juga akan ada di sana?”“Tentu saja. Tuan Fontana juga pernah menjadi pasien Dokter Ziakas, jadi sudah pasti dirinya juga akan menghadiri acara pernikahan itu.“Hm, baiklah. Terima kasih, kau boleh pergi sekarang.”“Ya, Nyonya Stefano““Untuk hadiah dari Tuan Stefano, akan tiba sebentar lagi.” Lanjutnya.Luca melihat ke arah luar ruangan sembari menjentikkan jari, tak lama kemudian sekitar lima orang sudah berdiri di ruang makan. Tiga orang wanita dengan stelan hitam yan
Suara yang masih sangat dikenalnya, dan juga wajah yang masih sama sejak terakhir kali pertemuan mereka.“Dario, apa yang kau lakukan di sini?” Agatha sama sekali tidak berharap akan bertemu dengan mantan pacarnya itu di sini.“Aku juga ingin menanyakan hal yang sama padamu. Kau tamu dari mempelai pria atau wanita?” Pria itu menaikkan sebalah alisnya sembari menunjuk Agatha dengan tangan yang sedang memegang gelas sampanye.“Mempelai pria.” Jawabnya singkat.“Oh, kau juga mengenal Fred rupanya.” Dario mengangkat tangan dan meminum beberapa teguk sampanye-nya.Mendengar panggilan akrab Dario pada Dokter Frederic, membuat Agatha menyadari satu hal. Dokter Frederic mungkin adalah spesialis dokter pribadi orang-orang kaya di Italia. Terlihat dari rata-rata pasiennya yang merupakan orang-orang dari kalangan atas, dan juga semua tamu yang menghadiri pesta pernikahan hari ini. Mereka semua terlihat luar bias
“Aku tidak tahu kau bisa terlibat dengan pria seperti Dario Pearce.” Liam menaikkan sebelah alisnya.“Terlibat? Ini bukan skandal, kami pernah berpacaran sebelumnya.”Liam berdeham, membuang pandangannya ke mana saja.“Aku tidak peduli. Sekarang kau adalah istriku. Jadi siapa saja yang pernah dekat denganmu sebelumnya, aku sama sekali tidak peduli.”Agatha menelan ludahnya, seharusnya dia sudah bisa memperkirakan jawaban pria itu akan begini.“Dan lagi, betapa bodohnya Dario itu. Selama kalian berpacaran, bagaimana bisa dia menyia-nyiakanmu?” Pertanyaan Liam membuat Agatha kaget.Mungkinkah pria itu tahu kalau Dario pernah berselingkuh dengan Amelie, managernya?“Apa kau tahu—““Kau masih perawan saat bersamaku. Bukankah itu berarti dia menyia-nyiakanmu?” Sekarang Agatha tidak tahu harus mengatakan apa.Pikiran pria memang tidak bisa ditebak.
“Bukan.” Entah apa yang dipikirkan Agatha, dirinya tiba-tiba saja memiliki pemikiran untuk mengatakan kebohongan seperti itu.Hal itu berhasil memprovokasi dan membangkitkan emosi Liam.“Brengsek! Maksudmu kau tidur dengan pria lain saat sudah menikah denganku?” Tanya Liam dengan kemarahan yang tidak ditahan-tahan.“Ya.” Jawabnya singkat, membuat Liam tidak bisa lagi menahan gejolak emosinya.Pria itu lalu meninju tembok di samping Agatha hingga membuat buku-buku jarinya berdarah.“Hebat, Agatha. Hari ini kau sudah mengejutkanku dua kali. Pertama, kau adalah mantan kekasih Dario, pemilik hotel Aira yang terkenal yang jaraknya hanya beberapa langkah dari Juliette. Kedua, beraninya kau hamil anak pria lain!” Suaranya meninggi di akhir kalimat, membuat Agatha menahan napas karena ketakutan.“Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga diri? Selama kau menjadi istriku, aku melarangmu un
“Aku tidak mau.” Jawab Agatha cepat, itu sama saja membiarkan Liam mengetahui kebenarannya.“Kenapa kau menolak? Bukankah kau sangat ingin bercerai dariku?” Liam menaikkan sebelah alisnya, menatap Agatha dengan sikap menantang.“Itu benar, tapi—““Kalau kau sangat ingin bercerai dariku, setidaknya aku harus tahu bayi siapa yang ada di perutmu itu.”“Kau akan menceraikanku?” Ada ketidakrelaan dalam pertanyaan Agatha.“Ya.” Agatha mendengar keraguan dari suara Liam.Seharusnya dia senang karena Liam akhirnya bersedia menceraikannya. Namun entah kenapa, mendengarnya secara langsung dari pria itu tetap saja membuat hatinya sakit.“Jadi bagaimana? Kapan kau memiliki waktu untuk melakukan tes DNA itu?” Lanjutnya.“Aku tidak bilang akan melakukannya.” Ucap Agatha gugup.“Aku tidak akan menceraikanmu tanpa tahu asal usul b
Agatha tidak pernah menyangka kebahagiaan yang sesunguhnya akan datang seperti ini. Hingga membuatnya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua yang terjadi bukanlah mimpi. Rasanya masih seperti kemarin dia bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya setelah perpisahan selama 14 tahun. Rasanya baru kemarin juga mereka menikah dan menghadapi berbagai cobaan dan segala kesalahpahaman.Dan rasanya, seperti baru kemarin juga mereka bertemu kembali setelah perpisahan kedua selama lima tahun. Setelah melewati semua perjalanan panjang itu, akhirnya dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Liam sudah berubah 180 derajat dari saat pertama kali mereka bertemu.Pria itu selalu memanjakan dan menunjukkan rasa cintanya setiap saat, setiap hari. Dia juga menepati janjinya untuk selalu memprioritaskan keluarganya, membahagiakan Agatha dan anak-anaknya. Liam bahkan dengan tulus memindahkan makam ibunya di samping makan ayah dan kakaknya di rumah lama mereka, tidak lagi memisah
“Kukira aku tidak akan pernah puas jika menyangkut dirimu. Bukankah aku sudah sering mengatakannya?” Liam memainkan jari jemarinya di bahu telanjang Agatha.“Kuharap Noah tidak akan pernah menemukan kita dalam keadaan seperti ini.”“Tidak akan. Aku sudah mewanti-wanti Bibi Emy untuk ‘menjaganya’ dengan baik. Kalau sampai bocah itu lolos, aku akan memecatnya.”“Kau ini, masih saja suka sembarangan memecat orang.” Agatha memutar bola matanya malas, menanggapi sikap Liam yang masih suka seenaknya sendiri.***Sudah berminggu-minggu berlalu. Noah sudah mulai bisa beradaptasi hidup di lingkungan Cedar Hills yang dipenuhi dengan vila-vila orang kaya dengan jarak yang sangat jauh antar satu vila dengan vila lainnya. Kehidupannya sama sekali berbeda dengan saat dirinya masih tinggal di Borghetto.Di tempat tingal lamanya, rumah tetangganya berjarak tidak begitu jauh. Namun di Cedar Hills, Noah harus menerima kenyataan kalau dirinya bahkan tidak memiliki tetangga. Setelah pindah ke Como, ayahn
“Tentu saja aku tahu. Aku juga tahu makanan kesukaan semua orang di rumah ini.”“Sungguh?”“Bibi Emy adalah koki terbaik di sini. Kalau kau ingin makan sesuatu, tinggal katakan saja padanya.” Sahut Liam.“Hebat. Ayah bahkan memiliki seorang koki pribadi!”“Baiklah, kau sudah mendapatkan kamarmu. Sekarang giliran ayah mengantar ibumu ke kamar.”“Hm, bersikap baiklah padanya.”“Bibi Emy, tolong jaga dia dengan baik. Pastikan dia tidak tiba-tiba muncul di kamarku.” Ucap Liam memperingati.“Baik, Tuan Stefano.” Bibi Emy mengangguk dan tersenyum, paham betul dengan maksud perkataan majikannya itu.***“Apa Noah menyukai kamar barunya?” Tanya Agatha tanpa memalingkan pandangannya dari kebun lily putih di hadapannya.“Dia sangat menyukainya. Sekarang dia sedang menikmati tortellini cokelat kesukaannya.” Jawab Liam, pria itu berjalan mendekati Agatha dan melingkarkan tangannya posesif di pinggang istrinya.“Baguslah.” Responsnya singkat.“Kau baru tiba beberapa menit di sini dan langsung meli
“Itu—sama sekali bukan urusanku.” Liam menyeringai, menikmati pemandangan menyedihkan dari orang-orang yang telah berlaku buruk pada anak dan istrinya selama lima tahun ini.“Bukankah kalian juga bersikap tidak adil pada Agatha dan Noah saat mereka tidak memiliki apa pun?”“Tuan Stefano, mohon maafkan kesalahan kami di masa lalu. Tidak bisakah kau melupakannya dan—”“Tidak. Sudah kukatakan aku bukan orang pemaaf, jadi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kulakukan.” Liam menggamit lengan Agatha dan membawanya pergi dari sana, mengabaikan rintihan orang-orang yang memohon padanya.Liam tidak peduli, baginya orang-orang yang bersalah pantas untuk dihukum dan menerima karma mereka. Sama sekali tidak layak untuk dimaafkan. Orang-orang itu layak untuk menuai apa yang telah mereka tabor. Sekaligus sebagai peringatan bagi yang lainnya, kalau tidak boleh sembarangan memperlakukan orang lai
“Sejak awal aku sudah menyadari kemiripanku denganmu, hanya saja aku tidak ingin terlalu berharap. Aku takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Jadi aku memilih menunggu sampai kau memberitahuku lebih dulu.”Liam menjulurkan tangan untuk mengusap wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.“Sekarang dengarkan baik-baik. Aku adalah ayahmu. Ayah yang mencintai dan sangat menginginkanmu. Kau akan selalu menjadi lebih penting daripada hidupku sendiri. Ingat itu baik-baik, oke?” Noah mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.“Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah.”“Tidak mau.” Liam mengerutkan keningnya mendengar penolakan Noah.“Aku tidak ingin berada di sekolah itu lagi. Ayah juga mengatakan kemarin kalau aku bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik dari sekolahku yang di sini.”“Itu memang benar. Ayah akan mengantarmu ke sekolah bu
“Aku tidak mau.” Agatha menarik diri sepenuhnya dari berpelukan dengan Liam.“Kenapa?” Tanya pria itu bingung.“Usiaku sudah 29 tahun sekarang.”“Di mataku, kau terlihat jauh lebih muda dan cantik dari gadis muda mana pun.”“Aku hanya akan hamil satu kali lagi. Apa kau keberatan? Atau mau mencari wanita lain untuk memenuhi keinginanmu yang ingin memiliki banyak anak itu?”Liam menarik napas dalam sebelum menjawab, berusaha tidak ada kesalahan pengucapan dan membuat Agatha berubah pikiran.“Terserah kau saja. Berapa pun tidak masalah. Bagiku, asalkan bisa hidup dan menua bersamamu, itu saja sudah cukup. Keinginanku yang paling besar sekarang adalah menjalani hidup denganmu dan juga Noah. Dan berusaha memprioritaskan kebahagiaan kalian berdua.”“Kata-katamu terdengar manis, dari mana kau mempelajarinya?”“Aku mempelajarinya darimu.” Li
“Kau penyihir kecil menantang dengan segala kebaikannya. Dan juga istri yang kucintai. Sangat-sangat kucintai.” Jawabnya.“Kau sudah mengatakannya kemarin.”“Aku akan lebih sering lagi mengatakannya. Sesering mungkin.” Liam tak lagi menyangkal perasaannya, dan dia akan berusaha sejujur mungkin, terutama untuk membuat Agatha tetap di sisinya.Agatha merasa tubuhnya panas dan berkeringat, namun Liam dengan gerakan cepat bangkit dan meraup tubuhnya kembali dalam pelukan. Liam menciumnya, Agatha secara sadar dan sukarela membalas ciumannya.Saat tiba-tiba Liam menghentikan ciumanya, pria itu mendesah di atas bibir Agatha yang peka. Dia mengangkat kedua tangannya dan menangkup wajah Agatha, mata abu-abunya yang gelap penuh dengan hasrat yang menuntut tanggapan positif.“Aku tak akan pernah merasa puas akan dirimu, Tesoro—sayang. Kumohon, pulanglah bersamaku.”Dada Agatha serasa direma
“Anggap saja begitu. Agar rencana balas dendamku ini berjalan lancar, sebaiknya kau ikut pulang bersamaku. Dengan begitu aku bisa menghukummu—tidak—menghamilimu sebanyak yang bisa kau terima.”“Dasar kau mesum.”“Kau kira mudah menahan diri selama lima tahun?”“Siapa suruh kau tidak mencari pelampiasan lain. Dengan kualifikasimu, pasti banyak wanita yang tertarik.”“Kau pikir aku pria seperti apa? Aku adalah pria yang sudah menikah. Aku tidak ingin mengotori diriku dengan berselingkuh!”Sekarang Agatha yakin wajahnya pasti sudah sangat merah. Kenyataan bahwa suaminya tidak menginginkan wanita lain selain dirinya terdengar cukup melegakan.“Aku akan melihat Noah dulu.” Agatha berusaha menghindari Liam dengan menjadikan putranya sebagai alasan.Sejujurnya, dia merasa perlu membujuk anak itu agar tidak terlalu memusuhi Liam. Agatha paham dengan sikap Noah
Merasa malu karena terpergok oleh putranya sendiri tengah melakukan perbuatan tidak senonoh.“Oh, maafkan aku, Agatha. Apa kami datang di saat yang tidak tepat? Haruskah aku membawa Noah pergi lagi?” Tanya Frank dengan hati-hati, pria itu kesulitan berkata-kata melihat tatapan Liam yang setajam pisau.“Kukira paman orang yang baik, ternyata kau lebih mesum dari pria mana pun yang mencoba mendekati ibuku.” Noah segera berlari ke arah keduanya, lalu memberikan beberapa tinju pada Liam, membuat pria itu terhuyung ke belakang akibat serangan dadakan itu.“Apa yang kau lakukan?” Liam berusaha menghalau tangan Noah kecil yang bergerak sangat cepat ke arahnya.“Aku membencimu, karena sudah berani mencium ibuku. Aku akan memukulmu dan menendang pantatmu!” Teriaknya dengan amarah yang meluap-luap.“Agatha.” Liam menatap Agatha seolah meminta pertolongan.“Berhentilah kalian berdua.&rdq