“Karena Tuan Stefano peduli padamu.” Jawab Luca dengan senyuman tipis di wajahnya.
“Tidak mungkin.” Gumamnya.
‘Sejak kapan pria ini bisa tersenyum?’ Pikir Agatha, merasa terkejut dengan perubahan sikap Luca akhir-akhir ini.
“Agatha, kau masih di sana?” Luca mengibaskan tangannya di depan wajah Agatha saat mendapati gadis itu melamun.
“Ah, ya. Apa Candice juga akan ada di sana?”
“Tentu saja. Tuan Fontana juga pernah menjadi pasien Dokter Ziakas, jadi sudah pasti dirinya juga akan menghadiri acara pernikahan itu.
“Hm, baiklah. Terima kasih, kau boleh pergi sekarang.”
“Ya, Nyonya Stefano“
“Untuk hadiah dari Tuan Stefano, akan tiba sebentar lagi.” Lanjutnya.
Luca melihat ke arah luar ruangan sembari menjentikkan jari, tak lama kemudian sekitar lima orang sudah berdiri di ruang makan. Tiga orang wanita dengan stelan hitam yan
Suara yang masih sangat dikenalnya, dan juga wajah yang masih sama sejak terakhir kali pertemuan mereka.“Dario, apa yang kau lakukan di sini?” Agatha sama sekali tidak berharap akan bertemu dengan mantan pacarnya itu di sini.“Aku juga ingin menanyakan hal yang sama padamu. Kau tamu dari mempelai pria atau wanita?” Pria itu menaikkan sebalah alisnya sembari menunjuk Agatha dengan tangan yang sedang memegang gelas sampanye.“Mempelai pria.” Jawabnya singkat.“Oh, kau juga mengenal Fred rupanya.” Dario mengangkat tangan dan meminum beberapa teguk sampanye-nya.Mendengar panggilan akrab Dario pada Dokter Frederic, membuat Agatha menyadari satu hal. Dokter Frederic mungkin adalah spesialis dokter pribadi orang-orang kaya di Italia. Terlihat dari rata-rata pasiennya yang merupakan orang-orang dari kalangan atas, dan juga semua tamu yang menghadiri pesta pernikahan hari ini. Mereka semua terlihat luar bias
“Aku tidak tahu kau bisa terlibat dengan pria seperti Dario Pearce.” Liam menaikkan sebelah alisnya.“Terlibat? Ini bukan skandal, kami pernah berpacaran sebelumnya.”Liam berdeham, membuang pandangannya ke mana saja.“Aku tidak peduli. Sekarang kau adalah istriku. Jadi siapa saja yang pernah dekat denganmu sebelumnya, aku sama sekali tidak peduli.”Agatha menelan ludahnya, seharusnya dia sudah bisa memperkirakan jawaban pria itu akan begini.“Dan lagi, betapa bodohnya Dario itu. Selama kalian berpacaran, bagaimana bisa dia menyia-nyiakanmu?” Pertanyaan Liam membuat Agatha kaget.Mungkinkah pria itu tahu kalau Dario pernah berselingkuh dengan Amelie, managernya?“Apa kau tahu—““Kau masih perawan saat bersamaku. Bukankah itu berarti dia menyia-nyiakanmu?” Sekarang Agatha tidak tahu harus mengatakan apa.Pikiran pria memang tidak bisa ditebak.
“Bukan.” Entah apa yang dipikirkan Agatha, dirinya tiba-tiba saja memiliki pemikiran untuk mengatakan kebohongan seperti itu.Hal itu berhasil memprovokasi dan membangkitkan emosi Liam.“Brengsek! Maksudmu kau tidur dengan pria lain saat sudah menikah denganku?” Tanya Liam dengan kemarahan yang tidak ditahan-tahan.“Ya.” Jawabnya singkat, membuat Liam tidak bisa lagi menahan gejolak emosinya.Pria itu lalu meninju tembok di samping Agatha hingga membuat buku-buku jarinya berdarah.“Hebat, Agatha. Hari ini kau sudah mengejutkanku dua kali. Pertama, kau adalah mantan kekasih Dario, pemilik hotel Aira yang terkenal yang jaraknya hanya beberapa langkah dari Juliette. Kedua, beraninya kau hamil anak pria lain!” Suaranya meninggi di akhir kalimat, membuat Agatha menahan napas karena ketakutan.“Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga diri? Selama kau menjadi istriku, aku melarangmu un
“Aku tidak mau.” Jawab Agatha cepat, itu sama saja membiarkan Liam mengetahui kebenarannya.“Kenapa kau menolak? Bukankah kau sangat ingin bercerai dariku?” Liam menaikkan sebelah alisnya, menatap Agatha dengan sikap menantang.“Itu benar, tapi—““Kalau kau sangat ingin bercerai dariku, setidaknya aku harus tahu bayi siapa yang ada di perutmu itu.”“Kau akan menceraikanku?” Ada ketidakrelaan dalam pertanyaan Agatha.“Ya.” Agatha mendengar keraguan dari suara Liam.Seharusnya dia senang karena Liam akhirnya bersedia menceraikannya. Namun entah kenapa, mendengarnya secara langsung dari pria itu tetap saja membuat hatinya sakit.“Jadi bagaimana? Kapan kau memiliki waktu untuk melakukan tes DNA itu?” Lanjutnya.“Aku tidak bilang akan melakukannya.” Ucap Agatha gugup.“Aku tidak akan menceraikanmu tanpa tahu asal usul b
“Menikah yang sebenarnya. Di tempat yang bagus dengan dekorasi yang indah. Kau bisa memilih sendiri lokasinya.”“Apa?” Giliran Agatha yang sulit memercayai pendengarannyaLiam mengajaknya menikah. Menikah sungguhan! Pria itu bahkan membahas tentang lokasi dan dekorasi.Agatha menarik napas dalam, berusaha mengatur detak jantungnya yang seketika menggila. Dirinya masih tidak percaya kalau kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulut seorang Liam Stefano.“Tapi kontraknya?”“Lupakan kontraknya.” Jawabnya ringan.“Aku ingin kau menyadari satu hal, kalau aku mungkin memang brengsek, tapi aku tidak cukup kejam untuk membunuh darah dagingku sendiri. Percayalah, aku pun menginginkannya.”Di saat yang harusnya membahagiakan ini, Agatha justru merasa takut. Dia takut Liam sedang mempermainkannya. Dia juga takut Liam memiliki rencana besar dibaliknya.‘Aku tidak akan melep
“Asal menebak saja. Hanya wanita hamil yang tidak diperbolehkan mabuk di hari pernikahannya sendiri.” Agatha tersenyum atas sikap pengertian Theo.“Kau benar.”“Lagipula kau hamil saat sudah menikah dengan Liam, jadi apa salahnya.”“Begitulah.”“Agatha!” Candice berseru saat langkahnya sudah semakin dekat dengan tempat Agatha berada.“Aku senang sekali hari ini. Selamat atas pernikahanmu.” Wanita itu memeluk Agatha dengan erat, sesekali menggoyangkan bahunya untuk menunjukkan kebahagiannya.“Terima kasih karena sudah datang, Canie.”“Tentu saja aku harus datang. Tapi maaf karena sedikit terlambat.”“Tidak masalah, acaranya sepertinya masih panjang.” Agatha melihat ke sekeliling ruangan, di mana masih sangat banyak orang yang datang dan pergi secara bergantian.“Benar. Pestanya benar-benar luar biasa. Khas Liam Stefano sekali.” Agatha mengangguk setuju dengan penilaian sahabatnya.Segala hal yang ada di pesta pernikahan ini, semuanya ditentukan dan diputuskan oleh Liam. Pria itu memast
Liam merasakan Agatha bergetar, menikmati pemandangan tak berdaya penuh kenikmatan yang membuat bibir gadis itu membentuh ‘oh’ tanda tak percaya.Sekali lagi, Agatha mencoba penolakan terakhirnya.“Sebenarnya kita tidak harus melakukan hal ini.” Katanya memprotes setengah hati.“Kau ingin berhenti?” Sambil berucap, Liam membiarkan jemarinya terus mengelus tubuh Agatha, dan gadis itu menggeleng karena perhatiannya kini teralihkan.“Tidak!”Liam mencium Agatha, lalu bergumam saat bibir mereka begitu dekat.“Jangan coba-coba menentangnya sementara tubuhmu menginginkannya, Agatha.”Agatha merasakan pipinya menghangat.Liam menarik Agatha dalam dekapan dan mulai menciumnya lagi. Kali ini benar-benar menciumnya dengan ciuman yang alam dan mengeksplorasi. Ciuman yang membaurkan semua hal lain, kecuali kebutuhan untuk menyatu secepatnya.“Liam.” Desah Agatha
“Ingat, Liam. Kau tidak akan membiarkan Agatha mendapatkan satu sen pun uang ayahmu, kan?”“Pergilah, bu. Aku akan menyelesaikannya dengan caraku. Dan kalau ibu masih ingin menetap di sini, sebaiknya ibu tinggal bersamanya.” Liam menunjuk Francesca dengan sebelah alisnya.Nyonya Marie mengepalkan kedua tangannya di samping tubuh. Dirinya menjadi sangat marah sekarang ini, namun tidak bisa melakukan apa pun untuk menghadapi putranya mengingat sifat pria itu yang sangat keras kepala.Agatha yang tanpa sengaja mendengar pertengkaran ibu dan anak itu hanya bisa menyembunyikan diri di balik tembok pembatas lantai dua. Dia tidak memiliki keberanian untuk menyapa ibu mertuanya, karena sepertinya Nyonya Marie tidak menyukainya, terbukti beberapa kali wanita itu mengingatkan Liam perihal balas dendamnya.Agatha ingin merasa sedih, namun kemudian dia menarik napas dalam dan segera menghubungi seseorang dari ponselnya.“Candice,
Agatha tidak pernah menyangka kebahagiaan yang sesunguhnya akan datang seperti ini. Hingga membuatnya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua yang terjadi bukanlah mimpi. Rasanya masih seperti kemarin dia bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya setelah perpisahan selama 14 tahun. Rasanya baru kemarin juga mereka menikah dan menghadapi berbagai cobaan dan segala kesalahpahaman.Dan rasanya, seperti baru kemarin juga mereka bertemu kembali setelah perpisahan kedua selama lima tahun. Setelah melewati semua perjalanan panjang itu, akhirnya dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Liam sudah berubah 180 derajat dari saat pertama kali mereka bertemu.Pria itu selalu memanjakan dan menunjukkan rasa cintanya setiap saat, setiap hari. Dia juga menepati janjinya untuk selalu memprioritaskan keluarganya, membahagiakan Agatha dan anak-anaknya. Liam bahkan dengan tulus memindahkan makam ibunya di samping makan ayah dan kakaknya di rumah lama mereka, tidak lagi memisah
“Kukira aku tidak akan pernah puas jika menyangkut dirimu. Bukankah aku sudah sering mengatakannya?” Liam memainkan jari jemarinya di bahu telanjang Agatha.“Kuharap Noah tidak akan pernah menemukan kita dalam keadaan seperti ini.”“Tidak akan. Aku sudah mewanti-wanti Bibi Emy untuk ‘menjaganya’ dengan baik. Kalau sampai bocah itu lolos, aku akan memecatnya.”“Kau ini, masih saja suka sembarangan memecat orang.” Agatha memutar bola matanya malas, menanggapi sikap Liam yang masih suka seenaknya sendiri.***Sudah berminggu-minggu berlalu. Noah sudah mulai bisa beradaptasi hidup di lingkungan Cedar Hills yang dipenuhi dengan vila-vila orang kaya dengan jarak yang sangat jauh antar satu vila dengan vila lainnya. Kehidupannya sama sekali berbeda dengan saat dirinya masih tinggal di Borghetto.Di tempat tingal lamanya, rumah tetangganya berjarak tidak begitu jauh. Namun di Cedar Hills, Noah harus menerima kenyataan kalau dirinya bahkan tidak memiliki tetangga. Setelah pindah ke Como, ayahn
“Tentu saja aku tahu. Aku juga tahu makanan kesukaan semua orang di rumah ini.”“Sungguh?”“Bibi Emy adalah koki terbaik di sini. Kalau kau ingin makan sesuatu, tinggal katakan saja padanya.” Sahut Liam.“Hebat. Ayah bahkan memiliki seorang koki pribadi!”“Baiklah, kau sudah mendapatkan kamarmu. Sekarang giliran ayah mengantar ibumu ke kamar.”“Hm, bersikap baiklah padanya.”“Bibi Emy, tolong jaga dia dengan baik. Pastikan dia tidak tiba-tiba muncul di kamarku.” Ucap Liam memperingati.“Baik, Tuan Stefano.” Bibi Emy mengangguk dan tersenyum, paham betul dengan maksud perkataan majikannya itu.***“Apa Noah menyukai kamar barunya?” Tanya Agatha tanpa memalingkan pandangannya dari kebun lily putih di hadapannya.“Dia sangat menyukainya. Sekarang dia sedang menikmati tortellini cokelat kesukaannya.” Jawab Liam, pria itu berjalan mendekati Agatha dan melingkarkan tangannya posesif di pinggang istrinya.“Baguslah.” Responsnya singkat.“Kau baru tiba beberapa menit di sini dan langsung meli
“Itu—sama sekali bukan urusanku.” Liam menyeringai, menikmati pemandangan menyedihkan dari orang-orang yang telah berlaku buruk pada anak dan istrinya selama lima tahun ini.“Bukankah kalian juga bersikap tidak adil pada Agatha dan Noah saat mereka tidak memiliki apa pun?”“Tuan Stefano, mohon maafkan kesalahan kami di masa lalu. Tidak bisakah kau melupakannya dan—”“Tidak. Sudah kukatakan aku bukan orang pemaaf, jadi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kulakukan.” Liam menggamit lengan Agatha dan membawanya pergi dari sana, mengabaikan rintihan orang-orang yang memohon padanya.Liam tidak peduli, baginya orang-orang yang bersalah pantas untuk dihukum dan menerima karma mereka. Sama sekali tidak layak untuk dimaafkan. Orang-orang itu layak untuk menuai apa yang telah mereka tabor. Sekaligus sebagai peringatan bagi yang lainnya, kalau tidak boleh sembarangan memperlakukan orang lai
“Sejak awal aku sudah menyadari kemiripanku denganmu, hanya saja aku tidak ingin terlalu berharap. Aku takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Jadi aku memilih menunggu sampai kau memberitahuku lebih dulu.”Liam menjulurkan tangan untuk mengusap wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.“Sekarang dengarkan baik-baik. Aku adalah ayahmu. Ayah yang mencintai dan sangat menginginkanmu. Kau akan selalu menjadi lebih penting daripada hidupku sendiri. Ingat itu baik-baik, oke?” Noah mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.“Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah.”“Tidak mau.” Liam mengerutkan keningnya mendengar penolakan Noah.“Aku tidak ingin berada di sekolah itu lagi. Ayah juga mengatakan kemarin kalau aku bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik dari sekolahku yang di sini.”“Itu memang benar. Ayah akan mengantarmu ke sekolah bu
“Aku tidak mau.” Agatha menarik diri sepenuhnya dari berpelukan dengan Liam.“Kenapa?” Tanya pria itu bingung.“Usiaku sudah 29 tahun sekarang.”“Di mataku, kau terlihat jauh lebih muda dan cantik dari gadis muda mana pun.”“Aku hanya akan hamil satu kali lagi. Apa kau keberatan? Atau mau mencari wanita lain untuk memenuhi keinginanmu yang ingin memiliki banyak anak itu?”Liam menarik napas dalam sebelum menjawab, berusaha tidak ada kesalahan pengucapan dan membuat Agatha berubah pikiran.“Terserah kau saja. Berapa pun tidak masalah. Bagiku, asalkan bisa hidup dan menua bersamamu, itu saja sudah cukup. Keinginanku yang paling besar sekarang adalah menjalani hidup denganmu dan juga Noah. Dan berusaha memprioritaskan kebahagiaan kalian berdua.”“Kata-katamu terdengar manis, dari mana kau mempelajarinya?”“Aku mempelajarinya darimu.” Li
“Kau penyihir kecil menantang dengan segala kebaikannya. Dan juga istri yang kucintai. Sangat-sangat kucintai.” Jawabnya.“Kau sudah mengatakannya kemarin.”“Aku akan lebih sering lagi mengatakannya. Sesering mungkin.” Liam tak lagi menyangkal perasaannya, dan dia akan berusaha sejujur mungkin, terutama untuk membuat Agatha tetap di sisinya.Agatha merasa tubuhnya panas dan berkeringat, namun Liam dengan gerakan cepat bangkit dan meraup tubuhnya kembali dalam pelukan. Liam menciumnya, Agatha secara sadar dan sukarela membalas ciumannya.Saat tiba-tiba Liam menghentikan ciumanya, pria itu mendesah di atas bibir Agatha yang peka. Dia mengangkat kedua tangannya dan menangkup wajah Agatha, mata abu-abunya yang gelap penuh dengan hasrat yang menuntut tanggapan positif.“Aku tak akan pernah merasa puas akan dirimu, Tesoro—sayang. Kumohon, pulanglah bersamaku.”Dada Agatha serasa direma
“Anggap saja begitu. Agar rencana balas dendamku ini berjalan lancar, sebaiknya kau ikut pulang bersamaku. Dengan begitu aku bisa menghukummu—tidak—menghamilimu sebanyak yang bisa kau terima.”“Dasar kau mesum.”“Kau kira mudah menahan diri selama lima tahun?”“Siapa suruh kau tidak mencari pelampiasan lain. Dengan kualifikasimu, pasti banyak wanita yang tertarik.”“Kau pikir aku pria seperti apa? Aku adalah pria yang sudah menikah. Aku tidak ingin mengotori diriku dengan berselingkuh!”Sekarang Agatha yakin wajahnya pasti sudah sangat merah. Kenyataan bahwa suaminya tidak menginginkan wanita lain selain dirinya terdengar cukup melegakan.“Aku akan melihat Noah dulu.” Agatha berusaha menghindari Liam dengan menjadikan putranya sebagai alasan.Sejujurnya, dia merasa perlu membujuk anak itu agar tidak terlalu memusuhi Liam. Agatha paham dengan sikap Noah
Merasa malu karena terpergok oleh putranya sendiri tengah melakukan perbuatan tidak senonoh.“Oh, maafkan aku, Agatha. Apa kami datang di saat yang tidak tepat? Haruskah aku membawa Noah pergi lagi?” Tanya Frank dengan hati-hati, pria itu kesulitan berkata-kata melihat tatapan Liam yang setajam pisau.“Kukira paman orang yang baik, ternyata kau lebih mesum dari pria mana pun yang mencoba mendekati ibuku.” Noah segera berlari ke arah keduanya, lalu memberikan beberapa tinju pada Liam, membuat pria itu terhuyung ke belakang akibat serangan dadakan itu.“Apa yang kau lakukan?” Liam berusaha menghalau tangan Noah kecil yang bergerak sangat cepat ke arahnya.“Aku membencimu, karena sudah berani mencium ibuku. Aku akan memukulmu dan menendang pantatmu!” Teriaknya dengan amarah yang meluap-luap.“Agatha.” Liam menatap Agatha seolah meminta pertolongan.“Berhentilah kalian berdua.&rdq