Agatha menarik napas kasar sebelum menyetujuinya.
“Baiklah, hanya sepuluh menit. Tidak lebih.”
Dan Agatha berakhir berada di taman rumah sakit bersama Andrew, dia berharap ini adalah pertemuan mereka yang terakhir.
“Apa kau sudah melihat artikelnya?” Agatha mengerutkan kening, dia baru saja sadar kurang dari 24 jam dan pria itu menanyakan soal artikel padanya, tidak masuk akal.
“Liam menerbitkan artikel tentang kematianmu.”
“Tidak mungkin. Suamiku tidak mungkin melakukan hal itu.” Jawabnya dengan nada datar.
“Kontrak pernikahan kalian seharusnya akan berakhir dalam waktu dekat, kan? Dia berniat menceraikanmu dan mengambil Noah.”
“Apa kau pikir aku akan memercayaimu?” Agatha menaikkan sebelah alisnya dan menatap sinis pria itu.
“Aku tahu kau akan mengatakan ini, jadi aku sengaja membawa buktinya padamu.” Andrew kemudian memberikan sebuah map berw
Pria itu memberikan sebuah map berwarna cokelat pada Liam. Pria itu segera membuka isinya. Tangannya gemetar saat matanya dengan cepat membaca isi surat itu.“Agatha menceraikanku? Dia bahkan pergi membawa Noah.” Liam seperti kehilangan udara di sekitannya, napasnya terasa sesak dan kepalanya pusing.Tubuhnya nyaris limbung kalau saja Luca tidak segera menyanggahnya. Liam kemudian meremas kertas itu dan melemparkannya sejauh mungkin.“Kejar dia, kalau surat ini ada di nakas ruanganku, seharusnya dia belum pergi terlalu jauh.” Liam hendak berdiri lagi setelah mengumpulkan segenap tenaganya.“Aku akan melakukannya, kau baru saja mendapatkan transfusi darah, masih perlu banyak istirahat.”“Mana mungkin aku bisa beristirahat saat istri dan anakku pergi?” Liam menatap tajam pada Luca.“Kalau begitu kita cari sama-sama. Aku juga akan mengutus orang untuk mencarinya.”“Kerahka
“Ada apa?” Andrew tampak tidak terkejut sama sekali dengan kedatangan Liam di rumahnya.“Dimana Agatha?” Pria itu mengerutkan kening lalu tersenyum sebelum duduk di sofa di seberang Liam.“Dia istrimu, kenapa malah bertanya padaku?”“Aku sudah tahu semuanya. Kau menemui Agatha di rumah sakit.”“Benar. Kami tidak sengaja bertemu dan mengobrol sebentar, apa ada masalah?”“Apa yang kau katakan padanya? Bukankah aku sudah memperingatimu sebelumnya untuk tidak pernah mengganggunya lagi?”“Hanya menanyakan kabar, tidak ada yang lain.”Liam tersenyum setelah sudut matanya menatap keseluruhan ruangan di rumah itu.“Agatha tidak ada di sini.” Lanjut Andrew.“Aku tahu.”Liam menghela napas sebelum berdiri sembari membenarkan jasnya.“Bagaimana kalau aku menyembunyikannya di suatu tempat?”
“Bagus. Karena kalau kau tidak bisa bersikap tegas, maka aku yang akan menuntutnya karena telah menyebarkan berita palsu tentang kematian Agatha. Aku tidak peduli meski dia ibumu sekali pun.” Ancamnya.“Kau juga harus membawa Agatha dan Noah kembali dalam keadaan hidup dan sehat. Kalau sampai terjadi sesuatu pada mereka berdua, aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Air mata mengambang di pelupuk matanya.Liam tahu Candice sangat menyayangi Agatha. Wanita itu tidak pernah dekat dengan orang lain sebelumnya, Candice tidak pernah cocok bergaul dengan sosialita kelas atas mana pun di Italia. Namun dengan Agatha, mereka lebih terlihat seperti saudara daripada sekedar teman dekat.Liam menarik napas dalam, merasa putus asa dan marah dalam waktu bersamaan.“Tanpa kau suruh pun, aku akan membawa mereka pulang hidup-hidup.”“Bagus. Mau sampai kapan kau terus menerus menyalahkannya atas kematian keluargamu.” Cela
“Pelan-pelan, Andrew. Begitu menemukan keberadaan Agatha, pertama-tama yang akan kulakukan adalah menyingkirkan bayi itu.” Kata Andrew, dia menengok tepat saat Agatha melajukan mobilnya.Untungnya pria itu tidak menyadari kalau mobil tua yang baru saja melintas adalah milik Agatha. Jadi Andrew mengabaikan dan membiarkannya begitu saja tanpa kecurigaan sedikit pun.Misinya saat ini adalah menemukan Agatha sebelum Liam dan membawanya bersamanya untuk pergi bersamanya. Dia sudah bertindak sejauh ini untuk memisahkan Agatha dari Liam, jadi dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan Agatha sepenuhnya.“Sebenarnya pergi ke mana kau, Agatha?” Desis Andrew frustasi, dia membanting tangan yang memegangi foto Agatha di sisi tubuhnya.“Setidaknya aku senang karena dapat mengalahkan Liam sampai dia menderita seperti itu. Tapi kenapa kau juga menjauhiku, Agatha? Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya kita pergi bersama-sama dan menikah di sebuah tempat yang indah. Ya, hanya k
“Tidak. Karena sebelumnya, Nyonya Falon sempat bertemu dengan Nyonya Stefano. Tepatnya sehari sebelum kecelakaan.”“Apa kau tahu apa yang mereka lakukan atau bicarakan?” Oliver menggeleng.“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?” Tanya Oliver hati-hati, dirinya takut salah bicara dan menyebabkan kekacauan.“Sudah kukatakan aku ingin mengetahui semuanya.”“Seingatku, pertemuan itu terjadi saat Tuan Stefano tidak berada di Italia. Beliau sedang melakukan perjalanan bisnis saat Nyonya Falon mendatangi Nyonya Stefano. Lalu keesokan harinya, begitu tiba di Italia, Tuan Stefano langsung menuju tempat istrinya untuk memberi kejutan. Tapi kenyataannya, mereka malah mengejutkan banyak orang dengan kecelakaan besar itu.”“Apa ada hal yang lainnya?”“Sepertinya tidak ada. Tunggu—sepertinya di hari kecelakaan itu, Nyonya Stefano berniat pergi. Karena di mobilnya yang terti
“Aku menemukannya di mobil Nyonya Stefano bersama dengan beberapa koper dan barang-barang lainnya.”“Sepertinya Nyonya Stefano terdahulu berniat menceraikan ayahmu. Dilihat dari surat cerai itu, dia sudah menandatanganinya lebih dulu.” Lanjutnya.DEG!Persis seperti yang dikatakan Oliver, koper-koper itu memang ada di mobil ibu tirinya.Liam merasakan de’javu. Kejadiannya sama persis dengan yang sedang dialaminya saat ini. Agatha pergi dengan meninggalkan surat cerai yang sudah ditandatangani, yang membedakan adalah, Liam masih belum tahu di mana keberadaan istri dan anaknya saat ini.Jadi dia sengaja menyuruh Luca untuk fokus mengurus pencarian Agatha, sedangkan Detektif Patrcik fokus untuk mencari tahu tentang kebenaran masa lalu keluarganya.“Apa ada informasi lain kenapa ibu tiriku ingin menceraikan ayahku?” Detektif Patrick terdiam sejenak, menimbang-nimbang untuk mengatakannya sekarang atau tid
“Ibu memang datang ke Italia untuk mengganggu hubungan ayah dan ibu tirimu.” Nyonya Falon terpaksa mengatakannya, demi kehidupan damai dan gelimangan harta.Sungguh dirinya tidak akan bisa hidup tanpa dikelilingi kekuasaan dan kekayaan, toh Liam sudah mengatakan kalau dia tidak akan menuntutnya.“Jadi ibu mengajak ayahmu untuk bertemu dengan dalih membicarakan perihal hak asuh Adrian yang sudah memasuki usia legal. Dan benar, kami memang menghabiskan malam bersama di hotel malam itu.”Liam memejamkan mata untuk menahan amarah. Perasaan jengkelnya menggeliat di dalam dadanya. Tidak habis pikir dengan kelakuan ibunya yang berakhir mengorbankan nyawa banyak orang.“Keesokan harinya ayahmu pergi ke luar negeri untuk melakukan perjalanan bisnis. Tapi alasan yang sebenarnya adalah dia ingin menghindari istrinya karena rasa bersalah. Karena peristiwa itu terjadi hanya beberapa hari sebelum mereka merayakan ulang tahun pernikahan yan
“Kau memang seorang keturunan Stefano. Cara berpikirmu dan juga sikapmu saat menghadapi orang lain sama persis dengan ayah dan juga kakekmu. Bahkan caramu mengintimidasi orang pun sama.”“Bagaimana pun kau terlihat sangat hancur saat itu. Jadi ibu membumbuinya sedikit dan menjadikanmu Liam Stefano yang sekarang. Tapi ibu tidak menyangka kau malah kembali ke Italia hanya untuk menemui Agatha. Kau bahkan menikahinya.”“Karena hanya dia satu-satunya wanita yang kucintai.”“Bulshit soal cinta.” Nyonya Falon tertawa meremehkan.“Bukankah ibu sama saja? Menjadi bodoh karena mencintai pria seperti Antonio? Kalau aku tidak salah, mungkin juga ibu lebih menyayangi Francesca dari pada anak-anak ibu sendiri.”“Karena aku yang merawat dan membesarkan Francesca. Aku menganggapnya seperti anakku sendiri. Dia cantik dan bisa diandalkan. Kalau aku beruntung bisa membuatmu jatuh cinta padanya, semua
Agatha tidak pernah menyangka kebahagiaan yang sesunguhnya akan datang seperti ini. Hingga membuatnya berkali-kali meyakinkan diri kalau semua yang terjadi bukanlah mimpi. Rasanya masih seperti kemarin dia bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya setelah perpisahan selama 14 tahun. Rasanya baru kemarin juga mereka menikah dan menghadapi berbagai cobaan dan segala kesalahpahaman.Dan rasanya, seperti baru kemarin juga mereka bertemu kembali setelah perpisahan kedua selama lima tahun. Setelah melewati semua perjalanan panjang itu, akhirnya dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Liam sudah berubah 180 derajat dari saat pertama kali mereka bertemu.Pria itu selalu memanjakan dan menunjukkan rasa cintanya setiap saat, setiap hari. Dia juga menepati janjinya untuk selalu memprioritaskan keluarganya, membahagiakan Agatha dan anak-anaknya. Liam bahkan dengan tulus memindahkan makam ibunya di samping makan ayah dan kakaknya di rumah lama mereka, tidak lagi memisah
“Kukira aku tidak akan pernah puas jika menyangkut dirimu. Bukankah aku sudah sering mengatakannya?” Liam memainkan jari jemarinya di bahu telanjang Agatha.“Kuharap Noah tidak akan pernah menemukan kita dalam keadaan seperti ini.”“Tidak akan. Aku sudah mewanti-wanti Bibi Emy untuk ‘menjaganya’ dengan baik. Kalau sampai bocah itu lolos, aku akan memecatnya.”“Kau ini, masih saja suka sembarangan memecat orang.” Agatha memutar bola matanya malas, menanggapi sikap Liam yang masih suka seenaknya sendiri.***Sudah berminggu-minggu berlalu. Noah sudah mulai bisa beradaptasi hidup di lingkungan Cedar Hills yang dipenuhi dengan vila-vila orang kaya dengan jarak yang sangat jauh antar satu vila dengan vila lainnya. Kehidupannya sama sekali berbeda dengan saat dirinya masih tinggal di Borghetto.Di tempat tingal lamanya, rumah tetangganya berjarak tidak begitu jauh. Namun di Cedar Hills, Noah harus menerima kenyataan kalau dirinya bahkan tidak memiliki tetangga. Setelah pindah ke Como, ayahn
“Tentu saja aku tahu. Aku juga tahu makanan kesukaan semua orang di rumah ini.”“Sungguh?”“Bibi Emy adalah koki terbaik di sini. Kalau kau ingin makan sesuatu, tinggal katakan saja padanya.” Sahut Liam.“Hebat. Ayah bahkan memiliki seorang koki pribadi!”“Baiklah, kau sudah mendapatkan kamarmu. Sekarang giliran ayah mengantar ibumu ke kamar.”“Hm, bersikap baiklah padanya.”“Bibi Emy, tolong jaga dia dengan baik. Pastikan dia tidak tiba-tiba muncul di kamarku.” Ucap Liam memperingati.“Baik, Tuan Stefano.” Bibi Emy mengangguk dan tersenyum, paham betul dengan maksud perkataan majikannya itu.***“Apa Noah menyukai kamar barunya?” Tanya Agatha tanpa memalingkan pandangannya dari kebun lily putih di hadapannya.“Dia sangat menyukainya. Sekarang dia sedang menikmati tortellini cokelat kesukaannya.” Jawab Liam, pria itu berjalan mendekati Agatha dan melingkarkan tangannya posesif di pinggang istrinya.“Baguslah.” Responsnya singkat.“Kau baru tiba beberapa menit di sini dan langsung meli
“Itu—sama sekali bukan urusanku.” Liam menyeringai, menikmati pemandangan menyedihkan dari orang-orang yang telah berlaku buruk pada anak dan istrinya selama lima tahun ini.“Bukankah kalian juga bersikap tidak adil pada Agatha dan Noah saat mereka tidak memiliki apa pun?”“Tuan Stefano, mohon maafkan kesalahan kami di masa lalu. Tidak bisakah kau melupakannya dan—”“Tidak. Sudah kukatakan aku bukan orang pemaaf, jadi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kulakukan.” Liam menggamit lengan Agatha dan membawanya pergi dari sana, mengabaikan rintihan orang-orang yang memohon padanya.Liam tidak peduli, baginya orang-orang yang bersalah pantas untuk dihukum dan menerima karma mereka. Sama sekali tidak layak untuk dimaafkan. Orang-orang itu layak untuk menuai apa yang telah mereka tabor. Sekaligus sebagai peringatan bagi yang lainnya, kalau tidak boleh sembarangan memperlakukan orang lai
“Sejak awal aku sudah menyadari kemiripanku denganmu, hanya saja aku tidak ingin terlalu berharap. Aku takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Jadi aku memilih menunggu sampai kau memberitahuku lebih dulu.”Liam menjulurkan tangan untuk mengusap wajah Noah yang sudah basah oleh air mata.“Sekarang dengarkan baik-baik. Aku adalah ayahmu. Ayah yang mencintai dan sangat menginginkanmu. Kau akan selalu menjadi lebih penting daripada hidupku sendiri. Ingat itu baik-baik, oke?” Noah mengangguk mendengar penjelasan ayahnya.“Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke sekolah.”“Tidak mau.” Liam mengerutkan keningnya mendengar penolakan Noah.“Aku tidak ingin berada di sekolah itu lagi. Ayah juga mengatakan kemarin kalau aku bisa mendapatkan sekolah yang lebih baik dari sekolahku yang di sini.”“Itu memang benar. Ayah akan mengantarmu ke sekolah bu
“Aku tidak mau.” Agatha menarik diri sepenuhnya dari berpelukan dengan Liam.“Kenapa?” Tanya pria itu bingung.“Usiaku sudah 29 tahun sekarang.”“Di mataku, kau terlihat jauh lebih muda dan cantik dari gadis muda mana pun.”“Aku hanya akan hamil satu kali lagi. Apa kau keberatan? Atau mau mencari wanita lain untuk memenuhi keinginanmu yang ingin memiliki banyak anak itu?”Liam menarik napas dalam sebelum menjawab, berusaha tidak ada kesalahan pengucapan dan membuat Agatha berubah pikiran.“Terserah kau saja. Berapa pun tidak masalah. Bagiku, asalkan bisa hidup dan menua bersamamu, itu saja sudah cukup. Keinginanku yang paling besar sekarang adalah menjalani hidup denganmu dan juga Noah. Dan berusaha memprioritaskan kebahagiaan kalian berdua.”“Kata-katamu terdengar manis, dari mana kau mempelajarinya?”“Aku mempelajarinya darimu.” Li
“Kau penyihir kecil menantang dengan segala kebaikannya. Dan juga istri yang kucintai. Sangat-sangat kucintai.” Jawabnya.“Kau sudah mengatakannya kemarin.”“Aku akan lebih sering lagi mengatakannya. Sesering mungkin.” Liam tak lagi menyangkal perasaannya, dan dia akan berusaha sejujur mungkin, terutama untuk membuat Agatha tetap di sisinya.Agatha merasa tubuhnya panas dan berkeringat, namun Liam dengan gerakan cepat bangkit dan meraup tubuhnya kembali dalam pelukan. Liam menciumnya, Agatha secara sadar dan sukarela membalas ciumannya.Saat tiba-tiba Liam menghentikan ciumanya, pria itu mendesah di atas bibir Agatha yang peka. Dia mengangkat kedua tangannya dan menangkup wajah Agatha, mata abu-abunya yang gelap penuh dengan hasrat yang menuntut tanggapan positif.“Aku tak akan pernah merasa puas akan dirimu, Tesoro—sayang. Kumohon, pulanglah bersamaku.”Dada Agatha serasa direma
“Anggap saja begitu. Agar rencana balas dendamku ini berjalan lancar, sebaiknya kau ikut pulang bersamaku. Dengan begitu aku bisa menghukummu—tidak—menghamilimu sebanyak yang bisa kau terima.”“Dasar kau mesum.”“Kau kira mudah menahan diri selama lima tahun?”“Siapa suruh kau tidak mencari pelampiasan lain. Dengan kualifikasimu, pasti banyak wanita yang tertarik.”“Kau pikir aku pria seperti apa? Aku adalah pria yang sudah menikah. Aku tidak ingin mengotori diriku dengan berselingkuh!”Sekarang Agatha yakin wajahnya pasti sudah sangat merah. Kenyataan bahwa suaminya tidak menginginkan wanita lain selain dirinya terdengar cukup melegakan.“Aku akan melihat Noah dulu.” Agatha berusaha menghindari Liam dengan menjadikan putranya sebagai alasan.Sejujurnya, dia merasa perlu membujuk anak itu agar tidak terlalu memusuhi Liam. Agatha paham dengan sikap Noah
Merasa malu karena terpergok oleh putranya sendiri tengah melakukan perbuatan tidak senonoh.“Oh, maafkan aku, Agatha. Apa kami datang di saat yang tidak tepat? Haruskah aku membawa Noah pergi lagi?” Tanya Frank dengan hati-hati, pria itu kesulitan berkata-kata melihat tatapan Liam yang setajam pisau.“Kukira paman orang yang baik, ternyata kau lebih mesum dari pria mana pun yang mencoba mendekati ibuku.” Noah segera berlari ke arah keduanya, lalu memberikan beberapa tinju pada Liam, membuat pria itu terhuyung ke belakang akibat serangan dadakan itu.“Apa yang kau lakukan?” Liam berusaha menghalau tangan Noah kecil yang bergerak sangat cepat ke arahnya.“Aku membencimu, karena sudah berani mencium ibuku. Aku akan memukulmu dan menendang pantatmu!” Teriaknya dengan amarah yang meluap-luap.“Agatha.” Liam menatap Agatha seolah meminta pertolongan.“Berhentilah kalian berdua.&rdq