Share

Sebuah Pilihan Sulit

Author: Caramelly
last update Last Updated: 2025-03-26 12:38:06

Rapat itu membahas strategi penjualan properti baru yang akan segera digarap oleh KINGSLEY Properti. Target utama mereka adalah perumahan kelas elit yang ditujukan untuk para konglomerat.

“Perbarui izin pembangunan. Untuk desain, kali ini saya ingin mengadakan sayembara. Masalah anggaran, diskusikan dengan sekretaris saya. Rapat selesai.”

Lucien berdiri, meninggalkan ruang rapat, diikuti oleh Kilian. Ia langsung kembali ke ruang kerjanya, dan tidak lama kemudian Kilian menyerahkan sebuah dokumen penting yang Lucien minta.

Di waktu yang berbeda Lizbeth sedang membuat laporan di depan komputernya, telepon kantor berdering. Ia mengangkatnya, lalu segera pergi menemui manajernya.

“Ibu memanggil saya?” tanya  Lizbeth yang berdiri di hadapan Sonia.

Sonia mengisyaratkan agar Lizbeth duduk. Entah kenapa, firasat Lizbeth merasa tidak enak.

“Lizbeth, saya senang sekali kamu bisa bergabung dengan perusahaan ini. Kamu cekatan dalam bekerja. Tapi, maaf … kamu tidak bisa lagi melanjutkan pekerjaan di sini.”

Deg!

Lizbeth  terkejut. “Ke— kenapa saya  dipecat, Bu? Salah saya apa?” ucapnya panik dan langsung teringat dengan kejadian beberapa hari  yang lalu. “Apa karena bunga hari  itu?” lanjut Lizbeth.

Sonia sama sekali tidak  memberikan penjelasan. Diamnya menusuk hati Lizbeth yang tengah membutuhkan pekerjaan ini, penghasilannya adalah satu-satunya cara agar dia bisa bertahan hidup. Ia tidak bisa kehilangan pekerjaan ini begitu saja.

“Bu, tolong jangan pecat saya. Saya sungguh tidak tahu apa-apa soal bunga itu.  Tolong jangan pecat saya, saya membutuhkan pekerjaan ini. Tolong beri saya kesempatan?”

Sonia hanya bisa menarik napas panjang. Melihat tidak ada jawaban. Lizbeth beranjak, matanya berkaca-kaca.

“Saya akan meminta maaf secara langsung ke Pak Lucien,” ucapnya lirih.

Meski Sonia berusaha menahannya, Lizbeth sudah melangkah keluar. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju ruangan CEO. Sebelum masuk ke dalam, Lizbeth sempat mengontrol emosinya agar tidak menangis.

Saat ia masuk, Lucien dan Kilian sedang berdiskusi. Kehadiran Lizbeth membuat mereka menghentikan pembicaraan.

Lizbeth berdiri tegak dengan kedua tangannya yang gemetar. ”Tolong jangan pecat saya.”

Matanya yang berkaca-kaca menatap ke bawah. Lucien hanya diam, menatap tanpa ekspresi. Kilian hendak berkata sesuatu, namun Lucien mengangkat tangan, menyuruhnya pergi.

Keheningan memenuhi ruangan.

Air mata Lizbeth menetes, dia tidak menyangka akan memohon kepada pria yang pernah ditidurinya. Dia merasa malu, dan kehilangan muka.

Lucien yang duduk di kursi kerjanya menatap dingin Lizbeth, yang bahkan tidak berani menatap matanya.

“Saya ingin minta maaf tentang bunga hari itu. Saya sungguh tidak tahu itu akan menimbulkan masalah,” suara Lizbeth lirih.

Lucien menatapnya lama. “Standar kami tinggi. Kamu tidak cocok untuk posisi ini.”

Lizbeth terdiam. Ucapan itu menghujam langsung ke dalam hatinya. Ia tahu, penampilannya biasa saja. Tak secantik wanita-wanita yang mungkin biasa ada di sekitar pria seperti Lucien.

Air mata menetes pelan. Ia tidak sudah bisa membendungnya lagi.

“Enyah!” kata Lucien dingin, tanpa perasaan.

Lizbeth membeku. Apapun yang terjadi, dia tidak boleh kehilangan pekerjaannya. Sekarang dia tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya ini caranya bertahan hidup untuk saat ini.

“Saya mohon, jangan pecat saya. Saya berjanji akan melakukan apa saja untuk perusahaan. Tolong jangan pecat saya!” lirihnya penuh harapan. “Jika perlu berlutut, saya akan berlutut agar Anda bisa memaafkan saya!”

Lucien menajamkan tatapannya. “Apa pun?”

Lizbeth yang kini berlutut, mengangguk. Hatinya semakin sedih.

“Kalau begitu, buktikan,” katanya dingin. Ia berjalan pelan, mendekat.

Lucien meraih dagu Lizbeth. Lizbeth mendongak gugup saat Lucien berdiri dekat dengannya. “Tidur denganku!” kata Lucien dingin.

“Apa maksud Anda?” tanyanya ragu.

“Kau benar-benar tidak ingat aku, ya?”

Lizbeth menatap bingung. “Apa ... maksud Anda malam itu?”

Lucien tak menjawab. Ia hanya memandang lekat-lekat wajah di hadapannya. Wajah Lizbeth yang sulit ia lupakan sejak malam yang membara itu. Lalu, perlahan ia menyeringai.

Lizbeth masih terjejut, Lucien memberinya sebuah pilihan yang sangat sulit. Sebelum Lizbeth berpikir, Lucien menarik tangan Lizbeth, membuat tubuhnya lebih dekat dengannya.

“Jadi, sekarang kau pura-pura tidak kenal, Lilibeth?”

Lizbeth membelalak. Nama masa kecilnya keluar dari bibir pria itu. “Bagaimana Anda tahu?”

Lucien tidak menjawab dan semakin menarik tubuh Lizbeth membuatnya hampir menyatu dengan tubuhnya. Lizbeth berusaha melepaskan diri, namun genggaman Lucien lebih kuat.

 “Kau pikir aku tidak akan mencarimu, setelah malam itu?”

Tangan kanan Lucien menarik kacamata yang dikenakan oleh Lizbeth dan melemparkannya ke sembarang arah. Lizbeth melotot, tatapan mata keduanya sangat lekat. Jantung Lizbeth berdegup kencang, takut dan cemas.

Sebelum Lizbeth sempat menjawab, Lucien sudah  lebih dulu  meraih belakang kepala Lizbeth, lalu mendaratkan ciuman di bibir Lizbeth.

Lucien menciumnya dengan paksa. Meskipun Lizbeth melakukan pemberontakan. Lucien enggan melepaskannya. Lucien menyesap semakin dalam. Lucien memeluknya dan pelukannya semakin erat, membuat tubuh Lizbeth gemetar. Di satu sisi, Lizbeth masih berusaha melakukan penolakan.

“Arrgh!” desis Lucien saat keduanya saling menggigit, dan ciuman itu terlepas.

Lucien menyeka bibirnya. Smirk tercipta di wajah  tampannya. Lucien melihat kemarahan di wajah Lizbeth.

“Apa kau sudah mengingatnya?”

Sebelum Lizbeth merespon. Lucien sudah lebih dulu mengangkat tubuh Lizbeth yang saat ini masih membeku dalam keterkejutan.

Lucien menurunkan Lizbeth di atas meja kerjanya. Lucien menekan tangannya pada meja, semakin mendekatkan wajahnya. Kegugupan itu, dapat Lucien lihat dari wajah Lizbeth. Saat Lizbeth hendak bergeser, tangan Lucien sudah lebih dulu menjatuhkan tubuh Lizbeth di meja. Dan perlahan mengunci kedua tangannya.

Di satu sisi, Lizbeth merasakan tangan Lucien menyentuh paha dan merobek paksa stocking yang dikenakannya. Lizbeth berusaha melarikan diri, dalam pemberontakannya. Namun, tidak berhasil.

“Lepaskan aku!” berontak Lizbeth.

Beberapa dokumen dan barang di sekitar meja kerja berjatuhan. Separuh badan Lucien menaiki meja. Jantung Lizbeth berdebar kencang, sorot tajam Lucien menyiratkan kalau dia tidak akan melepaskan Lizbeth.

“Apa yang akan kamu lakukan?”

Aroma musk ditubuh Lucien, mengingatkan Lizbeth  pada malam itu. Lucien mendekatkan bibirnya, seperti akan mencium Lizbeth. Namun, Lizbeth sudah lebih dulu memalingkan wajahnya.

“Apa Anda tidak takut orang lain masuk, dan melihat kita seperti ini?” tanya Lizbeth, agar Lucien tidak berbuat hal yang aneh-aneh.

Lucien tersenyum miring. “Di dunia ini tidak ada yang kutakuti!” jawab Lucien dengan tatapan tajam lurus menatap Lizbeth.

Lizbeth terbelalak. Namun, Lucien tidak mengindahkan ucapan Lizbeth, dia mendaratkan bibirnya di tengkuknya, sementara satu tangannya membuka paksa kancing kemeja yang dikenakan Lizbeth. Lucien mencium dan menggigit dadanya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Takkan Pernah Kulepaskan!

    “Lucien, jangan, uuuh!”Lizbeth merasakan napas Lucien yang mulai memburu. Dia sadar, pria itu tak akan menggubris permohonannya, apalagi melepaskannya.Kemejanya kini terbuka sepenuhnya, memperlihatkan bra dan tanda merah yang belum sepenuhnya pudar dari malam itu. Lizbeth merasa malu setengah mati. Saat Lucien melihatnya.Tanpa diduga, Lucien membuat tanda di tempat yang sama. Lizbeth menggigit bibirnya saat sensasi malam itu kembali menyeruak. Setelah selesai membuat tanda merah di tempat yang sama, Lizbeth melihat ekspresi puas di wajah Lucien.“Aku mohon lepaskan aku!” pinta Lizbeth, matanya mulai berkaca-kaca.Lucien mendekatkan wajah ke telinganya. Lizbeth mengira ia akan membisikkan sesuatu, tapi yang terjadi, Lucien justru mengecup telinganya, lalu kembali melumat bibirnya dengan paksa.Tubuh Lucien sepenuhnya mendominasi, hampir menindih Lizbeth. Dia tak punya ruang untuk melawan. Ciuman Lucien makin liar. Membuat Lizbeth semakin tidak bisa melawan. Tangannya merobek paksa ba

    Last Updated : 2025-03-26
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Bertahan Hidup

    Malam itu Lizbeth mabuk. Ia menghabiskan waktu di bar, untuk melupakan rasa sakit di hatinya. Lizbeth menari-nari dalam keadaan sempoyongan saat hendak meninggalkan bar. Wajahnya tertunduk, langkahnya tak terarah, hingga tanpa sengaja ia menabrak Lucien dan jatuh ke pelukannya. Peristiwa itu berakhir dengan malam panas yang tak pernah ia duga.Andai saja Lizbeth tahu Lucien akan menjadi atasannya, dia tak akan pernah membiarkan dirinya terlibat sejauh itu. Meniduri pria yang kini menjadi bosnya hanya menambah panjang daftar masalah dalam hidupnya.Meski tak tahu pasti apa yang ada di benak Lucien, setidaknya saat ini dia masih memiliki pekerjaannya. Dengan begitu ia dapat bertahan. Lizbeth berniat untuk menjaga jarak, agar tidak menyinggungnya lagi. Serta berharap pria itu bisa melupakannya.***Pagi itu Angela melongo ketika melihat Lizbeth baru tiba di ruang loker."Gila, kupikir kamu nggak bakal balik lagi," ucapnya heran."Aku harus bertahan hidup," sahut Lizbeth pelan sambil menut

    Last Updated : 2025-03-27
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Keinginan Lucien

    Lizbeth melotot, merasakan napas hangat Lucien menyapu telinganya. Namun, pria itu tidak melanjutkan ucapannya. Lizbeth pun berdiri tegak dengan rahang mengeras.“Nanti, Kilian akan memberitahumu. Kau… sama sekali tidak boleh menolak.”“Baik Pak,” jawab Lizbeth.Lucien mengangkat tangan, memberi isyarat agar Lizbeth segera keluar dari ruang kerjanya. Tanpa membalas sepatah kata pun, Lizbeth membungkuk lalu berbalik dan pergi.Lizbeth menghela napas seraya menunggu lift terbuka. Dia pun masuk ke dalam lift, dan tidak lama lift kembali terbuka. Beberapa pegawai masuk ke dalam lift.Di dalam lift, beberapa pegawai langsung menatap sinis padanya. Tatapan itu bukan sekadar tidak suka, ada penilaian kejam di dalamnya. Mereka sengaja membisikkan kalimat-kalimat tajam tepat di hadapan Lizbeth.“Kau sudah dengar. Akhir-akhir ini dia sering sekali naik ke lantai tertinggi.”“Aku juga mendengarnya. Dia pasti sedang menggoda CEO kita, wajar saja dia melakukan itu. Aku dengar kekasihnya pergi menik

    Last Updated : 2025-03-31
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kepahitan Di Hati

    Martha, Mateo, Valeria, dan Elmer masih membeku dalam keterkejutannya. Lizbeth menatap orang-orang yang selama ini menjadi luka terdalam dalam hidupnya. Dingin. Tegas.“Mereka keluarga saya,” jawab Lizbeth dengan sorot tajam menusuk. Pandangannya menghantam Martha, lalu bergeser ke Elmer yang masih terpaku menatapnya.Senyum tipis ... nyaris seperti ejekan, terukir di wajah Lucien. Matanya tak lepas dari ekspresi Lizbeth, mengamati tiap detailnya.“Oh… menarik,” gumam Lucien, yang saat ini sedang mengamati ekspresi Lizbeth dan tidak teduga.Mateo tersenyum kaku. Udara di sekeliling terasa membeku, dan ia mencoba mencairkan suasana yang kian menusuk. Sementara Martha menatap Lizbeth dengan pandangan yang sudah tak lagi menyembunyikan kebencian. Di sisi lain, Valeria merapatkan cengkeramannya pada tangan Elmer, seolah hendak menunjukkan siapa yang sekarang memiliki pria itu.“Emh, Tuan Lucien, bagaimana Anda bisa mengenal putri saya?” tanya Mateo, berusaha tetap tenang, meski matanya ber

    Last Updated : 2025-04-03
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Jatuh Kepelukanku

    Lizbeth terbelalak. Air matanya menetes, hatinya terasa dicabik, dipenuhi luka dan kecewa yang menyayat.“Urusan keluargamu tidak ada hubungannya denganku. Memecat atau menginjaknya, itu urusanku,” ucap Lucien dingin, suaranya setajam bilah pisau.Ia membalikkan tubuh, melangkah pergi. Suara dinginnya kembali terdengar, menusuk hati Lizbeth. “Sampai kapan kau akan diam saja? Apa kau ingin dipecat?” ejeknya tajam.Lizbeth menatap Mateo dalam kesedihan. Langkah berat oleh rasa kecewa. Tak ada lagi yang bisa dikatakan, sebanyak apa pun ia mencoba menjelaskan. Mateo tetap tidak akan percaya. Baginya, Martha dan Valeria selalu benar. Sementara dirinya, darah daging Mateo, justru tak berarti apa-apa. Dan selalu salah di matanya.Lucien meninggalkan pesta, dan Mateo tidak sanggup menghentikannya. Pria itu masuk ke mobil, disusul oleh Lizbeth. Tak lama, mobil melaju menjauh dari rumah Mateo. Tempat perayaan pernikahan Valeria dan Elmer tengah berlangsung megah. Acara yang juga menjadi ajang se

    Last Updated : 2025-04-04
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Mengulangi Malam Panas

    Lizbeth yang masih duduk di tempat tidur melotot, lalu berdiri. Namun, langkah kakinya terasa berat untuk melangkah ke arah Lucien.“Saya hanya lelah. Saya ingin istirahat,” jawabnya.Lucien berdiri dan menghampiri Lizbeth, kedua tangannya memegangi gelas yang berisikan wine. Sorot mata dingin Lucien penuh peringatan. Ia menyodorkan gelas yang berisikan wine kepada Lizbeth.Lizbeth akhirnya mengambil gelas wine itu. Lucien tersenyum tipis, sorot matanya sedingin iblis. Lalu, dia dan Lizbeth bersulang. Meneguk minuman masing-masing, Lizbeth meneguknya habis. Sudah lama sekali dia tidak meminum wine seenak ini.Manik mata Lizbeth melirik ke arah wine di atas meja. Domaine de la Romanee-Conti Grand Cru. Wine yang berasal dari Burgundy, Prancis, wine yang diminumnya saat ini memiliki harganya mencapai miliaran. Selera seorang Lucien memang berbeda dari yang lain.Lizbeth melihat Lucien kembali duduk di sofa, dia menepuk sofa. Di sisinya masih kosong, dia ingin Lizbeth duduk di sisinya. L

    Last Updated : 2025-04-05
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Aku Bukan Bidakmu

    “Ikatan?”Lucien menatap Lizbeth dengan tatapan tajam. “Ya, ikatan … jadilah teman tidurku, yang menghangatkan ranjangku.”Seketika Lizbeth melotot, usai mendengar keinginan Lucien. Lizbeth mengerutkan keningnya. “Apa di matamu aku begitu hina Lucien? Lebih baik kamu pecat saja aku,” jawab Lizbeth berusaha melepaskan diri dari Lucien. Namun, tangan Lucien semakin kuat mengunci kedua tangannya. Sorot mata Lucien berubah menjadi dingin, wajahnya menggelap.“Kau pikir setelah kau keluar dari KINGSLEY, kamu bisa bebas? Akan kupastikan dunia ini tidak akan menerimamu.”Lizbeth terbelalak mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Lucien.“Kau gila! Kenapa orang-orang kaya senang sekali menindas orang lemah.”“Lizbeth Cassiel Llewellyn, di dunia ini kau hanya bisa menggantungkan hidupmu padaku. Aku bisa memberimu kemewahan yang tidak pernah kamu dapatkan dari keluargamu. Di dunia ini hanya aku yang bisa menampungmu.”Lizbeth tidak bisa berkata-kata, dia benar-benar tercengang dengan ucapan L

    Last Updated : 2025-04-06
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kontrak Seumur Hidup

    Lizbeth menguatkan dirinya, membawa tubuhnya menemui Lucien yang kini berada di kamarnya. Di waktu yang sama Lucien membuka pintu kamarnya, pada saat itu juga Lizbeth jatuh ke pelukan Lucien.Lucien melirik seorang pelayan di belakang Lizbeth. “Nona terus bersikeras ingin menemui Anda!”Lirikan mata Lucien memberikan isyarat agar pelayan itu pergi.“Saat kau berada dalam kesulitan, kau selalu jatuh ke dalam pelukanku Lilibeth!”Lizbeth yang berada dalam pelukan Lucien mengangkat wajahnya menatap Lucien yang kini menundukkan wajahnya menatap mata Lizbeth.“Tawaranmu itu, apa masih berlaku?”Lucien mengerjapkan matanya.” — tentu.”Lizbeth berusaha meraih pakaian Lucien dan berpegangan pada pakaian Lucien.“Tidak lebih dari sekadar asisten, aku ingin berdiri di kakiku untuk kali ini saja. Aku berjanji akan bekerja dengan keras, tidak akan mengecewakanmu.”Mata Lizbeth berbinar, Lucien hanya diam membuat Lizbeth mengerutkan keningnya. “Kenapa kamu diam saja? Aku memang tidak terlahir kur

    Last Updated : 2025-04-07

Latest chapter

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Ingin Melindungimu

    Lizbeth mengernyitkan kening, lalu berdiri menatap Lucien yang tampak tenang. Pria itu seolah tak tergoyahkan sedikit pun oleh kekacauan yang sedang menimpa Elmer. Seolah masalah itu tak pernah ada."Kamu melakukan semua ini karena mereka menghinaku?" tanyanya dengan suara datar namun bergetar."Padahal aku sudah bilang, masalah ini tak perlu diperpanjang. Atau—" Lizbeth menatapnya lekat, seolah ingin membaca isi pikiran Lucien, " … kau memang punya maksud lain?" Lucien tak langsung menjawab. Ia hanya diam, matanya menatap Lizbeth dalam-dalam, hingga suara ketukan pintu memecah ketegangan.Lucien bangkit dan membuka pintu. Seorang pelayan hotel mendorong troli berisi makanan. Tidak lama setelah itu, pelayan pergi. Lucien mendorong troli masuk.Lizbeth refleks bergerak, bermaksud membantunya. Namun, tangan Lucien menahan."Biar aku saja," ucapnya singkat.Ia menyusun makanan di meja makan. Sementara Lizbeth berdiri mematung, matanya mengamati setiap gerak Lucien yang tetap tenang. Tak

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Pembalasan Lucien

    Mendengar itu semua membuat matanya berkaca-kaca. Lizbeth tidak bisa menipu hatinya, kalau ucapan Lucien membuat hatinya hangat, membuatnya tersentuh.“Lucien, apa kamu selalu berkata semanis ini kepada semua perempuan?” tanya Lizbeth.Lucien menggeleng pelan. Mata yang semula memandangnya dingin, kini menatap penuh kehangatan. Lizbeth tidak percaya, pria tampan, kaya, bahkan dekat dengan kata sempurna. Mana mungkin tidak memiliki seseorang di hatinya? Kenapa harus dirinya. Apa hanya karena dirinya telah tidur bersama? Bukankah itu hal biasa bagi mereka? Kenapa Lucien seolah tergila-gila kepadanya?Lucien membelai wajah Lizbeth.“Kau hanya perlu tahu, aku milikmu. Dan kau milikku, kamu harus ingat ini.”Bagaimana mungkin Lizbeth melupakannya, semua kalimat yang pernah Lucien katakan padanya, tersimpan rapi di ingatannya. Lizbeth tersenyum, lalu menghela napas seraya mengangkat wajahnya. Kata-kata manis seperti ini memang hanya ia dapatkan dari Lucien.“Aku rasa kamu terlalu terobsesi

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kesepian Lagi

    Lizbeth tercengang mendengar ucapan Lucien. Kelopak matanya bergetar, dan perlahan ia menghela napas."Aku tidak mau kamu menentukan hidupku, Lucien. Hidupku adalah tanggung jawabku sendiri."Lucien meraih dagunya, menatap mata Lizbeth dengan lembut, penuh kehangatan."Aku tahu, kalau aku mengaturmu, kamu pasti akan kabur dariku. Tapi aku tak akan membiarkan itu terjadi. Lakukanlah apa yang kamu sukai."Tangannya kembali membelai rambut Lizbeth, seolah gadis itu adalah putri kecil yang harus selalu dijaga.Setelah hampir enam jam penerbangan, Lizbeth akhirnya mengetahui ke mana tujuan akhir mereka—New York. Kota di mana kisah mereka bermula. Tapi benarkah New York adalah satu-satunya titik awal cerita itu? Hanya Lucien yang tahu jawabannya.Kini Lizbeth telah berganti pakaian kasual, Lizbeth turun bersama Lucien dan Kilian. Ternyata, bukan hanya di LA, di New York pun keluarga Kingsley memiliki landasan udara pribadi. Di seberang sana berdiri hanggar megah, bahkan lebih besar daripad

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Hidupmu Milikku!

    Ya, saat ini ada Lucien yang berada di sisinya,melindunginya, menjaganya. Lucien benar-benar membuktikan bahwa dia adalah milik Lizbeth, dan Lizbeth adalah miliknya. Setiap ucapan Lucien malam ini menggugah hati Lizbeth, membuatnya terharu dalam diam.Tak sedikit mata memandang iri. Perlakuan Lucien terhadap Lizbeth membuat banyak orang tak habis pikir. Pria sesempurna seperti Lucien, bisa begitu setia dan penuh perlindungan. Bahkan membuat Valeria merasa iri, atas sikap Lucien malam ini.Tanpa banyak bicara, Lucien membawa Lizbeth menuju ruangan VIP yang sebelumnya disebutkan oleh Alex. Sementara itu, Alex sendiri mengusir Elmer dan Valeria dengan tidak hormat. Keduanya telah menciptakan kegaduhan dan menyebarkan fitnah yang tak bisa dimaafkan.“Pak Lucien, aku mohon, maafkan aku. Lizbeth, aku mohon, maafkan aku…” Suara Elmer terdengar getir, penuh rasa sesal.Sorot mata mencemooh dari para tamu menghantam Valeria seperti tombak. Wajahnya memucat, tubuhnya kaku. Ia bahkan tak mampu m

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Permohonan Maaf untuk Lizbeth

    Lizbeth dan Lucien menoleh bersamaan. Suasana mendadak terasa kaku, sorot mata orang-orang di sekitar mereka perlahan tertuju pada satu sosok Valeria.Tatapan Lizbeth dan Valeria bertemu. Dada Lizbeth berdegup keras, ada luka lama yang kembali menganga. Luka yang baru saja mulai mengering, kini kembali disayat hanya dengan satu tatapan dari wanita yang pernah merebut segalanya darinya.Lucien menggenggam tangan Lizbeth lebih erat, seolah menyalurkan ketenangan dan perlindungan lewat genggaman itu. Tatapan matanya tajam namun hangat, meyakinkan Lizbeth bahwa dia tidak sendirian.Namun, senyum miring Valeria menyulut bara. Senyum yang mengandung ejekan, seolah ingin menyalakan bara api di tengah pesta acara amal yang dipenuhi orang penting.“Sepertinya rencanamu untuk menggoda Lucien sudah berhasil. Selamat,” ucap Valeria dingin, namun nadanya tajam menampar harga diri Lizbeth.Seisi ruangan perlahan menoleh, bisikan-bisikan kecil terdengar di antara para tamu. Sorot mata mereka mulai b

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Pesta Acara Amal

    Sorot mata Lucien memancarkan kerinduan yang terpendam begitu lama. “Saya mengerti, Tuan,” ucap Kilian, suaranya tenang namun tegas.Sejak malam panas yang tak terlupakan itu, Lizbeth terus menghantui pikiran Lucien. Ia tak bisa melupakannya. Suara lembut Lizbeth, aroma tubuhnya, hingga tanda lahir kecil di telinga kirinya. Semuanya terekam jelas di ingatannya. Lucien memanfaatkan semua koneksi yang ia miliki untuk mencari wanita itu, bahkan memerintahkan Kilian memeriksa rekaman CCTV di seluruh penjuru New York.Kamera demi kamera diperiksa. Setiap gerakan Lizbeth dilacak sejak ia meninggalkan hotel malam itu. Dari sinilah mereka tahu tempat-tempat yang dikunjungi Lizbeth sebelum pertemuan mereka yang kedua di kantor.Lucien tak sekadar yakin, ia sudah tahu. Semua petunjuk mengarah pada satu nama, Lizbeth. Wanita itu menyembunyikan kecantikannya ... tidak hanya dari dunia, tapi juga dari dirinya sendiri. Ketika Lucien tahu kebenarannya, ia tak hanya merasa terkejut... tapi terpukul.

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Nyawaku!

    “Tidak. Terima kasih,” jawab Lizbeth tersenyum lalu pergi.Lucien tersenyum, lalu dia mandi. Lizbeth masuk ke dalam kamarnya yang berseberangan dengan kamar Lucien.Lizbeth mengambil ponsel dalam tasnya. Dia melihat ada beberapa pesan masuk ke dalam ponselnya.[Aku sudah mengatur perjodohanmu. Kamu harus menikahi pria yang kupilih. Tidak ada penolakan. Ini kesempatan terakhirmu. Jika kamu menolak, aku tidak akan memberikan saham perusahaan sepeserpun padamu. Jangan salahkan aku jika aku membongkar makam ibumu.]Lizbeth tercengang dengan isi pesan menohok dari Mateo. Lizbeth mengepal tangannya, dia tidak menyangka Mateo sampai seperti ini menekannya. Lizbeth menghela napas, ia membenamkan wajahnya dan menunduk.“Apa yang harus aku lakukan sekarang. Keluar dari rumah pun, kau masih mengancamku.”Sejujurnya Lizbeth sudah tidak ingin berurusan dengan sang ayah. Bagaimanapun, dia sudah kecewa. Kesabarannya juga ada batasannya. Selama ini dia selalu mengalah dan mengalah, dia sudah mengorba

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kisah Romantis

    ‘Di dunia ini tidak ada yang boleh menghinamu lagi. Kau hanya boleh menangis karenaku.’Lizbeth memegang tangan Lucien yang kini memeluknya. Jika cinta sejati itu memang ada, jika ketulusan itu memang ada. Dapatkan Lizbeth merasakannya, mendapatkan kasih sayang yang sebenarnya. Mendapatkan kebahagiaan yang dia dambakan? Bukan sekadar pelangi, lalu pergi.***Esok harinya Lucien dan Lizbeth meninggalkan villa bersama. Para pelayan yang bekerja di villa membungkuk kepada Lucien. Mereka masuk ke dalam mobil yang dikendarai langsung oleh Lucien.Saat di perjalanan, mobil Lucien dan mobil yang dikendarai Kilian berpapasan. Lucien tersenyum miring, Lizbeth yang menangkap ekspresi di wajah Lucien itu terheran. Kilian yang tiba di villa langsung masuk ke dalam dan mengumpulkan seluruh pelayan di villa yang berjumlah 10 orang.“Saya sudah mentransfer gaji terakhir kalian, beserta bonus. Hari ini juga kosongkan villa ini.”Para pekerja terkejut mendengarnya. Kilian membalikkan badan, para pelay

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kehilanganmu

    Degup jantung Lizbeth kembali terasa berkobar. Bisa-bisanya Lucien menyentuh hatinya dengan kalimat yang begitu manis.“Lucien, mungkin kau keliru dengan perasaanmu saat ini. Suatu hari nanti kamu akan menyesal, bahkan melupakannya.”Lucien tidak menjawab, dia semakin erat memeluk Lizbeth.‘Aku akan lebih menderita jika kehilanganmu, Lilibeth.’Lizbeth menghela napas, dia hendak melepaskan pelukan itu. Namun, Lucien semakin memeluk erat tubuhnya. Lizbeth juga tidak ingin menanam sebuah harapan pada cinta, jika pada akhirnya dia kembali kehilangan.“Jujur saja aku tidak ingin lagi berharap lagi pada manusia. Tolong jangan memanfaatkanku, aku tahu kamu hanya terobsesi karena pernah tidur denganku.”Lucien memutar tubuh Lizbeth menghadapnya. Lucien menggelengkan kepalanya. “Aku menginginkanmu lebih dari itu Lizbeth.”Lucien mendaratkan bibirnya di kening Lizbeth. Lizbeth memejamkan matanya, air matanya menetes. Perempuan yang haus kasih sayang, mana mungkin tidak luluh jika diperlakukan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status