Rapat itu menjelaskan mengenai strategi dan penjualan untuk properti baru yang akan segera digarap oleh KINGSLEY properti. Mereka menargetkan perumahan kelas elit untuk para orang kaya raya.
“Update kembali izin pembangunan. Untuk desainnya, kali ini saya ingin mengadakan sayembara, mengenai keuangan kalian bisa diskusikan dengan sekretaris saya. Rapat selesai.”
Lucien berdiri dan diikuti oleh Lucien. Lucien dan Kilian menaiki lift, Lucien memegang ponselnya.
“Beritahu keluargaku, aku tidak bisa makan malam bersama mereka.”
“Baik, Pak.”
Usai lift terbuka, Lucien masuk ke dalam ruangan kerjanya. Tidak selang lama, Kilian masuk membawakan sebuah dokumen yang berhubungan dengan informasi Lizbeth.
Dokumen itu berisi tentang informasi pribadi Lizbeth, serta keluarganya. Riwayat pendidikannya, serta hubungan asmaranya yang belum lama ini kandas. Lucien menyunggingkan bibirnya usai membaca semua itu.
“Bagaimana dengan rekaman cctv di tempat yang lain?” tanya Lucien.
Kilian mengambil sebuah remot dan menyalakan sebuah layar besar di seberang sana, lalu dia merogoh ponselnya. Ponsel dan layar di depannya langsung terhubung secara otomatis.
“Saya mendapatkan beberapa rekaman cctv di hotel tempat Lizbeth dan keluarganya menginap, hingga salon yang terakhir didatanginya. Saya pastikan kalau Lizbeth adalah perempuan yang Anda cari.”
Lucien yang menatap layar di depan sana, mengepal erat tangannya. Dia memicingkan matanya. Seorang Lucien bisa melakukan apa saja, menemukan Lizbeth seharusnya bukan hal sulit. Mengingat dia dan keluarganya adalah orang berpengaruh. Serta tidak ada yang berani menyinggung seorang Lucien.
Dia melihat video Lizbeth meninggalkan salon, dan pergi ke klub malam. Sampai rekaman hotel, saat dia pergi meninggalkan Lucien seorang diri.
Tangan Lucien, kini meremas dokumen yang berisikan identitas Lizbeth. “Gadis lima juta, akhirnya aku menemukanmu!”
Lucien sudah selesai nonton rekaman cctv. Dia mengerjapkan matanya selama beberapa saat.
“Panggil dia kemari.”
“Anda akan langsung menghakiminya?” tanya Kilian.
Lucien menatap lurus ke depan, sorot matanya mengatakan dia ingin sekali membuat perhitungan dengan Lizbeth.
“Tidak akan pernah kulepaskan!”
Saat itu Lizbeth sedang membuat laporan di depan komputernya, dan panggilan masuk melalui telepon kantor. Saat ketika, Lizbeth hendak berbicara. Suara Sonia sudah lebih dulu terdengar.
“Lizbeth, pergi menghadap CEO untuk interview.”
Lizbeth melotot usai mendengar perintah atasannya. “Interview?”
“Pergi sekarang.”
Lizbeth masih memegang gagang telepon, lalu menghela napas. Ia mengerjapkan matanya. Firasatnya mengatakan kalau Lucien akan mempersulitnya.
Lizbeth mengetuk pintu ruangan kerja Lucien, setelah itu dia masuk ke dalam dan melihat sosok Lucien berdiri membelakanginya. Lucien saat ini sedang memandang keluar gedung perkantoran.
“Bapak memanggil saya untuk interview?”
Lucien berbalik badan, mata mereka bertemu. Lucien mengayunkan langkah kakinya mendekati Lizbeth, satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.
Kini Lucien telah berdiri berhadapan dengan Lizbeth yang berusaha menyembunyikan kegugupannya.
“Pa— pak, interview nya, apakah bisa dimulai seka—”
Suara Lizbeth tercekat, ketika Lucien menekuk tubuhnya dan menatap lekat wajah Lizbeth yang memang sangat mirip dengan sosok perempuan yang ditidurinya malam itu. Saking dekatnya wajah mereka, sampai-sampai Lizbeth melotot.
“Nona lima juta, apa kamu sudah melupakan saya?”
Deg! Jantung Lizbeth berdegup kencang, saat pertanyaan itu keluar dari mulut Lucien.
“Ma— maaf, saya tidak mengerti apa yang dikatakan Bapak!”
Senyuman yang terukir di bibir Lucien, bagaikan bulan sabit yang gelap.
“Berhentilah berpura-pura. Malam itu, kita sudah melewatkan malam panas sampai 4 ronde. Kamu lupa?”
Wajah Lizbeth tiba-tiba merona, dia menurunkan pandangannya dan merasa malu. Bagaimana mungkin, Lizbeth melupakannya. Bagaimanapun, itu adalah pengalaman pertamanya.
“Sepertinya Anda salah orang. Saya tidak pernah melakukan malam panas dengan Anda!” ucap Lizbeth kekeh.
Lucien menarik pinggang Lizbeth. Lizbeth semakin terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Lucien. Mata mereka saling menatap begitu intens.
“Haruskah saya mengingatkanmu, Lilibeth?”
Deg! Lizbeth terkejut, saat Lucien tahu nama masa kecilnya. Katup bibir Lizbeth terangkat, sedangkan tatapan puas terukir di wajah Lucien.
‘Apa mungkin dia mencari informasi tentangku?’
Wajah yang begitu dekat membuat tubuh Lizbeth mendadak panas. “Bisakah Anda melepaskan saya?” pinta Lizbeth.
Tangan kanan Lucien menarik kacamata yang dikenakan oleh Lizbeth dan melemparkannya ke sembarang arah. Sontak Lizbeth terkejut, kini Lucien meraih dagu Lizbeth.
“Baiklah. Jika kamu masih tidak ingat, saya akan membantumu mengingatnya kembali.”
Lizbeth melotot. Lucien meraih kepala Lizbeth, dan mendaratkan ciuman di bibir Lizbeth. Menciumnya dengan paksa, meskipun Lizbeth melakukan pemberontakan. Namun, Lucien masih enggan melepaskannya. Dia malah semakin menyesap bibir Lizbeth semakin dalam dan memeluk erat tubuh Lizbeth. Di satu sisi, Lizbeth masih berusaha melakukan penolakan.
“Arrgh!” desis Lucien saat keduanya saling menggigit. Ciuman itu terlepas.
Lucien tersenyum seraya menyeka bibirnya, smirk tercipta di wajah tampannya.
“Sekarang kau mengingatnya?”
“Aku tidak mengingat apa yang kau maksudkan!” kata Lizbeth hendak pergi.
Lucien menarik tangan Lizbeth, membuat tubuhnya berputar, hingga berada dalam dekapan Lucien. “Haruskah kita mengulanginya lagi di sini, supaya kau mengingat saya dengan jelas?”
Lucien mengangkat tubuh Lizbeth yang saat ini masih membeku dalam keterkejutan. Lucien menurunkan Lizbeth di atas meja kerjanya. Lucien menekan tangannya pada meja, semakin mendekatkan wajahnya. Lizbeth semakin gugup, saat dia hendak turun. Tangan Lucien sudah lebih dulu menekan lengan Lizbeth.
Lizbeth merasakan tangan Lucien menyentuh paha dan merobek paksa stocking yang dikenakannya. Lizbeth berusaha melarikan diri, tetapi Lucien menjatuhkan tubuhnya dan mengunci kedua tangannya.
“Lepaskan aku!” berontak Lizbeth.
Beberapa dokumen dan barang di sekitar meja kerja berjatuhan. Separuh badan Lucien menaiki meja. Jantung Lizbeth berdebar kencang, sorot tajam Lucien menyiratkan kalau dia tidak akan melepaskan Lizbeth.
“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Lizbeth seraya melanjutkan ucapannya. “Pecat saja aku!”
“Memecatmu saja tidak cukup!” jawab Lucien seraya menyentuh bibir Lizbeth dengan ibu jarinya.
Aroma musk ditubuh Lucien, mengingatkan Lizbeth pada malam itu. Lucien mendekatkan bibirnya, seperti akan mencium Lizbeth. Namun, Lizbeth sudah lebih dulu memalingkan wajahnya.
Interview yang dikatakan Sonia, ternyata hanyalah akal-akalan Lucien, agar Lizbeth datang mencarinya. Di satu sisi Lizbeth cemas orang lain masuk ke dalam ruangan kerja Lucien dan memergoki mereka yang seperti ini.
“Apa kamu tidak takut orang lain masuk, dan melihat kita seperti ini?”
Lucien tersenyum miring. “Di dunia ini tidak ada yang kutakuti!” jawab Lucien dengan tatapan tajam lurus menatap Lizbeth.
Lizbeth terbelalak.Namun, Lucien tidak mengindahkan ucapan Lizbeth, dia mendaratkan bibirnya di tengkuknya, sementara satu tangannya membuka paksa kancing kemeja yang dikenakan Lizbeth. Lucien mencium dan menggigit dadanya!
“Lucien, jangan, uuuh!”Lizbeth merasakan napas Lucien mulai tidak beraturan, dia juga menyadari kalau Lucien tidak akan mudah melepaskannya.Kini kemeja Lizbeth terbuka sepenuhnya, memperlihatkan bra dan tanda merah yang belum sepenuhnya memudar. Lucien membuat tanda di tempat yang sama, dan ciuman Lucien semakin naik ke atas dan mengulum bibir Lizbeth. Tubuh Lucien benar-benar mendominasi. Tubuhnya hampir sepenuhnya menindih tubuh Lizbeth, membuat Lizbeth sama sekali tidak bisa melawan, ciuman Lucien semakin liar dan tangannya telah merobek sepenuhnya bagian belakang stocking yang dikenakan oleh Lizbeth.“Berhenti!” pinta Lizbeth, takut dia tidak bisa mengendalikan dirinya.Namun, Lucien sama sekali tidak mengindahkan perkataannya. Dia terus menciumi bagian tubuhnya. Saat Lucien menyesap tengkuk Lizbeth, suara Lizbeth terdengar. “Aku Mengingatmu!”Setelah mendengar jawaban dari Lizbeth, Lucien tidak menghentikan aksinya. Dia mendaratkan bibirnya kembali di bibir Lizbeth, membuat L
Seusai mandi, Lucien makan malam di bawah di temani oleh Kilian. Bukan sekali dua kali, Kilian memang kerap kali menemani Lucien makan bersama. Terkadang di meja besar ini, Lucien hanya makan seorang diri, bersama banyak hidangan lezat.Kepala pelayan perempuan bernama Freya membungkuk kepada Lucien.“Tuan, Nyonya meminta Anda untuk pulang di akhir pekan ini.” Setelah menyampaikan pesan itu, Freya mundur dan menjauh dari meja makan.Lucien yang sedang mengunyah makannya, kemudian meneguk segelas air putih.“Bukannya aku sudah memintamu untuk memberitahu dia, kalau aku sedang sibuk?”“Saya sudah memberitahu ibu Anda. Ibu Anda meminta saya mengosongkan jadwal Anda.”“Kau saja yang pergi mewakiliku.”Kilian diam menatap Lucien. Alasan Lucien malas bertemu dengan ibunya, karena sang ibu terus menjodohkannya dengan banyak gadis. Sedangkan gadis yang dicarikan ibunya tidak memenuhi standarnya. Di mata Lucien, mereka hanya menyukai paras tampannya. Juga uangnya, tidak ada yang tulus. Lucien
Lizbeth melotot, napas Lucien terasa hangat menyapu telinganya. Setelah mengatakan itu, Lucien tidak melanjutkan perkataannya. Lizbeth pun berdiri dengan tegak.“Nanti, Kilian akan memberitahumu. Kau … sama sekali tidak boleh menolak.”Lucien mengangkat tangannya sebagai isyarat, agar Lizbeth segera meninggalkan ruangan kerjanya. Tanpa mengucap kata, Lizbeth membungkuk lalu pergi.Lizbeth masuk ke dalam lift, saat di lift beberapa pegawai di kantor menatapnya sinis. Mereka juga sengaja berbisik di hadapan Lizbeth.“Kau sudah tahu, akhir-akhir ini dia sering sekali naik ke lantai tertinggi.”“Aku sudah mendengarnya. Dia pasti sedang menggoda CEO kita, wajar saja dia melakukan itu. Aku dengar kekasihnya pergi menikahi gadis lain, dia pasti frustasi!”Mendengar mereka membicarakannya membuat Lizbeth menatap mereka. Kedua pegawai di lift itu menatap balik Lizbeth.“Tolong jangan membuat berita yang tidak benar. Jika kalian penasaran dengan cerita aslinya, kalian bisa tanyakan padaku.”
“Uuuh —”Sentuhan hangat terasa membakar tubuh Lizbeth, saat bibir pria itu mendarat di tengkuknya. Tangannya yang gagah meraba ke dalam dres merah, menekan keindahan yang belum pernah terjamah.Ketika mata keduanya saling bertemu, pria tampan itu mendekap erat tubuh Lizbeth seraya mendaratkan bibirnya, menciumnya dengan lembut. “Mmmmptth.”Ciuman itu mampu menghipnotis Lizbeth. Dalam waktu singkat pakaian yang dikenakan mereka saling berjatuhan ke lantai. Lizbeth memeluk pria itu, seraya membalas setiap ciuman yang diberikan pria itu. Semakin Lizbeth menciumnya, semakin tenggorokannya terasa kering, membuatnya semakin tidak bisa berhenti menciumnya.Napas yang semakin memburu membuat keduanya semakin tidak bisa menahan gejolak di dada. Sentuhan tangannya menyapu punggung halus Lizbeth yang terekspos. “Aku pasti akan memuaskanmu,” ucapnya seraya membelai wajah Lizbeth.Kelopak mata Lizbeth bergetar, saat sesuatu yang hangat baru saja menyapu tengkuk hingga dadanya. Rasanya hangat da
Lizbeth baru saja kembali ke sebuah resort di tepi pantai di kota New York, dimana tadinya dia akan melangsungkan pernikahan hari ini.Saat Lizbeth kembali pemberkataan pernikahan telah selesai, tinggal menunggu resepsi nanti malam. Kedua keluarga berkumpul di salah satu ruangan di dalam resort itu. Sedangkan para tamu undangan masih berada di sekitar lokasi pernikahan.Saat ini Lizbeth tengah mengemasi pakaiannya ke dalam koper, karena hari ini dia sudah memesan pesawat untuk kembali ke Los Angeles.Saat dia hendak meninggalkan kamar hotel, dia berpapasan dengan Martha, ibu tirinya. Tatapan Martha penuh senyuman penghinaan. Seolah dia sedang menertawakan kekalahan Lizbeth. “Aku hanya pulang untuk mengambil barangku.”Martha bersedekap seraya tersenyum miring. “Jangan muncul di hadapan para tamu undangan. Perempuan jelek sepertimu tidak pantas untuk Elmer, jangan salahkan Valeria, semua ini salahmu karena tidak becus menjaga pacarmu.”Lizbeth melotot, tatapan matanya membuat Marth
Waktu telah berlalu, akhirnya Lizbeth kembali bekerja. Setelah satu minggu menghabiskan masa cutinya dipenginapan. Sebelum berangkat kerja, dia memakan sepotong roti. Lalu pergi menaiki bus menuju tempat kerjanya. Lizbeth bekerja di sebuah perusahaan Real Estate sebagai resepsionis.Setibanya di perusahaan, dia mendengar bisikan teman-temannya yang satu divisi dengannya.“Aku dengar pernikahannya gagal! Kekasihnya lebih memilih menikahi kakaknya.”“Kasihan sekali. Pasti kakaknya lebih cantik, sampai hari inipun aku heran. Bisa-bisanya si cupu seperti dia bekerja di sini.”“Aku dengar, dia menggoda kepala divisi kita.”Lizbeth yang berada di loker pura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan. Dia mengabaikannya begitu saja. Hingga sebuah suara terdengar membanting pintu loker.“Jaga bicara kalian. Hati Lilibeth, jauh lebih cantik daripada mulut kalian berdua!” tegur Grace teman dekat Lizbeth.Kedua perempuan yang membicarakan Lizbeth pergi. Grace menghampiri Lizbeth yang kini menu
‘Mungkin ini hanya perasaanku saja.’“Sebaiknya kamu jangan melamun. Jika CEO killer melihatnya, kamu bisa habis diomelinya.”“CEO Killer?” Lizbeth dan Angela berjalan ke arah meja resepsionis.“Kamu tidak tahu CEO kita?”Lizbeth menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu apapun.”Angela memperhatikan Lizbeth dari atas sampai ujung kakinya. Angela menggelengkan kepalanya.“Jujur saja kamu tidak cantik. Sebagai seorang resepsionis, kita harus tampil cantik. Ada bagusnya kamu tidak lagi memakai kacamata, sebaiknya kamu memakai lensa kontak, dan make up mu ini, aduh … lalu, gaya rambutmu ini kuno sekali. Sepertinya kamu tidak akan lama bekerja di sini.”Lizbeth terkejut mendengarnya. “Apa maksudmu?”“Ada desas desus kalau bos kita keturunan mafia! Dia sangat kejam, resepsionis sebelummu, dia hanya hanya bertahan selama satu minggu!” bisik Angela.“Hah?”Setelah itu Angela tidak lagi memberitahu kelanjutan ceritanya. Lizbeth dan Angela mulai fokus kepada pekerjaan masing-masing.Lucien, y
Lizbeth melotot, napas Lucien terasa hangat menyapu telinganya. Setelah mengatakan itu, Lucien tidak melanjutkan perkataannya. Lizbeth pun berdiri dengan tegak.“Nanti, Kilian akan memberitahumu. Kau … sama sekali tidak boleh menolak.”Lucien mengangkat tangannya sebagai isyarat, agar Lizbeth segera meninggalkan ruangan kerjanya. Tanpa mengucap kata, Lizbeth membungkuk lalu pergi.Lizbeth masuk ke dalam lift, saat di lift beberapa pegawai di kantor menatapnya sinis. Mereka juga sengaja berbisik di hadapan Lizbeth.“Kau sudah tahu, akhir-akhir ini dia sering sekali naik ke lantai tertinggi.”“Aku sudah mendengarnya. Dia pasti sedang menggoda CEO kita, wajar saja dia melakukan itu. Aku dengar kekasihnya pergi menikahi gadis lain, dia pasti frustasi!”Mendengar mereka membicarakannya membuat Lizbeth menatap mereka. Kedua pegawai di lift itu menatap balik Lizbeth.“Tolong jangan membuat berita yang tidak benar. Jika kalian penasaran dengan cerita aslinya, kalian bisa tanyakan padaku.”
Seusai mandi, Lucien makan malam di bawah di temani oleh Kilian. Bukan sekali dua kali, Kilian memang kerap kali menemani Lucien makan bersama. Terkadang di meja besar ini, Lucien hanya makan seorang diri, bersama banyak hidangan lezat.Kepala pelayan perempuan bernama Freya membungkuk kepada Lucien.“Tuan, Nyonya meminta Anda untuk pulang di akhir pekan ini.” Setelah menyampaikan pesan itu, Freya mundur dan menjauh dari meja makan.Lucien yang sedang mengunyah makannya, kemudian meneguk segelas air putih.“Bukannya aku sudah memintamu untuk memberitahu dia, kalau aku sedang sibuk?”“Saya sudah memberitahu ibu Anda. Ibu Anda meminta saya mengosongkan jadwal Anda.”“Kau saja yang pergi mewakiliku.”Kilian diam menatap Lucien. Alasan Lucien malas bertemu dengan ibunya, karena sang ibu terus menjodohkannya dengan banyak gadis. Sedangkan gadis yang dicarikan ibunya tidak memenuhi standarnya. Di mata Lucien, mereka hanya menyukai paras tampannya. Juga uangnya, tidak ada yang tulus. Lucien
“Lucien, jangan, uuuh!”Lizbeth merasakan napas Lucien mulai tidak beraturan, dia juga menyadari kalau Lucien tidak akan mudah melepaskannya.Kini kemeja Lizbeth terbuka sepenuhnya, memperlihatkan bra dan tanda merah yang belum sepenuhnya memudar. Lucien membuat tanda di tempat yang sama, dan ciuman Lucien semakin naik ke atas dan mengulum bibir Lizbeth. Tubuh Lucien benar-benar mendominasi. Tubuhnya hampir sepenuhnya menindih tubuh Lizbeth, membuat Lizbeth sama sekali tidak bisa melawan, ciuman Lucien semakin liar dan tangannya telah merobek sepenuhnya bagian belakang stocking yang dikenakan oleh Lizbeth.“Berhenti!” pinta Lizbeth, takut dia tidak bisa mengendalikan dirinya.Namun, Lucien sama sekali tidak mengindahkan perkataannya. Dia terus menciumi bagian tubuhnya. Saat Lucien menyesap tengkuk Lizbeth, suara Lizbeth terdengar. “Aku Mengingatmu!”Setelah mendengar jawaban dari Lizbeth, Lucien tidak menghentikan aksinya. Dia mendaratkan bibirnya kembali di bibir Lizbeth, membuat L
Rapat itu menjelaskan mengenai strategi dan penjualan untuk properti baru yang akan segera digarap oleh KINGSLEY properti. Mereka menargetkan perumahan kelas elit untuk para orang kaya raya. “Update kembali izin pembangunan. Untuk desainnya, kali ini saya ingin mengadakan sayembara, mengenai keuangan kalian bisa diskusikan dengan sekretaris saya. Rapat selesai.”Lucien berdiri dan diikuti oleh Lucien. Lucien dan Kilian menaiki lift, Lucien memegang ponselnya.“Beritahu keluargaku, aku tidak bisa makan malam bersama mereka.”“Baik, Pak.”Usai lift terbuka, Lucien masuk ke dalam ruangan kerjanya. Tidak selang lama, Kilian masuk membawakan sebuah dokumen yang berhubungan dengan informasi Lizbeth.Dokumen itu berisi tentang informasi pribadi Lizbeth, serta keluarganya. Riwayat pendidikannya, serta hubungan asmaranya yang belum lama ini kandas. Lucien menyunggingkan bibirnya usai membaca semua itu.“Bagaimana dengan rekaman cctv di tempat yang lain?” tanya Lucien.Kilian mengambil sebuah
‘Mungkin ini hanya perasaanku saja.’“Sebaiknya kamu jangan melamun. Jika CEO killer melihatnya, kamu bisa habis diomelinya.”“CEO Killer?” Lizbeth dan Angela berjalan ke arah meja resepsionis.“Kamu tidak tahu CEO kita?”Lizbeth menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu apapun.”Angela memperhatikan Lizbeth dari atas sampai ujung kakinya. Angela menggelengkan kepalanya.“Jujur saja kamu tidak cantik. Sebagai seorang resepsionis, kita harus tampil cantik. Ada bagusnya kamu tidak lagi memakai kacamata, sebaiknya kamu memakai lensa kontak, dan make up mu ini, aduh … lalu, gaya rambutmu ini kuno sekali. Sepertinya kamu tidak akan lama bekerja di sini.”Lizbeth terkejut mendengarnya. “Apa maksudmu?”“Ada desas desus kalau bos kita keturunan mafia! Dia sangat kejam, resepsionis sebelummu, dia hanya hanya bertahan selama satu minggu!” bisik Angela.“Hah?”Setelah itu Angela tidak lagi memberitahu kelanjutan ceritanya. Lizbeth dan Angela mulai fokus kepada pekerjaan masing-masing.Lucien, y
Waktu telah berlalu, akhirnya Lizbeth kembali bekerja. Setelah satu minggu menghabiskan masa cutinya dipenginapan. Sebelum berangkat kerja, dia memakan sepotong roti. Lalu pergi menaiki bus menuju tempat kerjanya. Lizbeth bekerja di sebuah perusahaan Real Estate sebagai resepsionis.Setibanya di perusahaan, dia mendengar bisikan teman-temannya yang satu divisi dengannya.“Aku dengar pernikahannya gagal! Kekasihnya lebih memilih menikahi kakaknya.”“Kasihan sekali. Pasti kakaknya lebih cantik, sampai hari inipun aku heran. Bisa-bisanya si cupu seperti dia bekerja di sini.”“Aku dengar, dia menggoda kepala divisi kita.”Lizbeth yang berada di loker pura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan. Dia mengabaikannya begitu saja. Hingga sebuah suara terdengar membanting pintu loker.“Jaga bicara kalian. Hati Lilibeth, jauh lebih cantik daripada mulut kalian berdua!” tegur Grace teman dekat Lizbeth.Kedua perempuan yang membicarakan Lizbeth pergi. Grace menghampiri Lizbeth yang kini menu
Lizbeth baru saja kembali ke sebuah resort di tepi pantai di kota New York, dimana tadinya dia akan melangsungkan pernikahan hari ini.Saat Lizbeth kembali pemberkataan pernikahan telah selesai, tinggal menunggu resepsi nanti malam. Kedua keluarga berkumpul di salah satu ruangan di dalam resort itu. Sedangkan para tamu undangan masih berada di sekitar lokasi pernikahan.Saat ini Lizbeth tengah mengemasi pakaiannya ke dalam koper, karena hari ini dia sudah memesan pesawat untuk kembali ke Los Angeles.Saat dia hendak meninggalkan kamar hotel, dia berpapasan dengan Martha, ibu tirinya. Tatapan Martha penuh senyuman penghinaan. Seolah dia sedang menertawakan kekalahan Lizbeth. “Aku hanya pulang untuk mengambil barangku.”Martha bersedekap seraya tersenyum miring. “Jangan muncul di hadapan para tamu undangan. Perempuan jelek sepertimu tidak pantas untuk Elmer, jangan salahkan Valeria, semua ini salahmu karena tidak becus menjaga pacarmu.”Lizbeth melotot, tatapan matanya membuat Marth
“Uuuh —”Sentuhan hangat terasa membakar tubuh Lizbeth, saat bibir pria itu mendarat di tengkuknya. Tangannya yang gagah meraba ke dalam dres merah, menekan keindahan yang belum pernah terjamah.Ketika mata keduanya saling bertemu, pria tampan itu mendekap erat tubuh Lizbeth seraya mendaratkan bibirnya, menciumnya dengan lembut. “Mmmmptth.”Ciuman itu mampu menghipnotis Lizbeth. Dalam waktu singkat pakaian yang dikenakan mereka saling berjatuhan ke lantai. Lizbeth memeluk pria itu, seraya membalas setiap ciuman yang diberikan pria itu. Semakin Lizbeth menciumnya, semakin tenggorokannya terasa kering, membuatnya semakin tidak bisa berhenti menciumnya.Napas yang semakin memburu membuat keduanya semakin tidak bisa menahan gejolak di dada. Sentuhan tangannya menyapu punggung halus Lizbeth yang terekspos. “Aku pasti akan memuaskanmu,” ucapnya seraya membelai wajah Lizbeth.Kelopak mata Lizbeth bergetar, saat sesuatu yang hangat baru saja menyapu tengkuk hingga dadanya. Rasanya hangat da