Home / Romansa / Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO / Takkan Pernah Kulepaskan!

Share

Takkan Pernah Kulepaskan!

Author: Caramelly
last update Last Updated: 2025-03-26 13:36:03

“Lucien, jangan, uuuh!”

Lizbeth merasakan napas Lucien yang mulai memburu. Dia sadar, pria itu tak akan menggubris permohonannya, apalagi melepaskannya.

Kemejanya kini terbuka sepenuhnya, memperlihatkan bra dan tanda merah yang belum sepenuhnya pudar dari malam itu. Lizbeth merasa malu setengah mati. Saat Lucien melihatnya.

Tanpa diduga, Lucien membuat tanda di tempat yang sama. Lizbeth menggigit bibirnya saat sensasi malam itu kembali menyeruak. Setelah selesai membuat tanda merah di tempat yang sama, Lizbeth melihat ekspresi puas di wajah Lucien.

“Aku mohon lepaskan aku!” pinta Lizbeth, matanya mulai berkaca-kaca.

Lucien mendekatkan wajah ke telinganya. Lizbeth mengira ia akan membisikkan sesuatu, tapi yang terjadi, Lucien justru mengecup telinganya, lalu kembali melumat bibirnya dengan paksa.

Tubuh Lucien sepenuhnya mendominasi, hampir menindih Lizbeth. Dia tak punya ruang untuk melawan. Ciuman Lucien makin liar. Membuat Lizbeth semakin tidak bisa melawan. Tangannya merobek paksa bagian belakang stocking Lizbeth.

“Berhenti!” seru Lizbeth, Lucien sempat menarik wajahnya. Lizbeth takut kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Tapi Lucien tak menggubrisnya. Dia  kembali menciumi dan terus mencium Lizbeth, mencumbu tiap jengkal kulitnya. Membuat tubuh Lizbeth semakin merasakan panas dari sentuhan Lucien. Saat Lucien menyesap tengkuknya, suara Lizbeth terdengar lirih.

“Aku mohon berhenti ...”

Namun permintaan itu tetap diabaikan. Lucien kembali mencium bibir Lizbeth, membuatnya nyaris kehabisan napas. Ia menarik diri sejenak, menatap mata Lizbeth yang membara.

“Aku tidak akan berhenti sebelum kau memberiku jawaban yang memuaskan.”

Ia meraih kepala Lizbeth dan kembali menyesap bibirnya. Lizbeth berontak, tapi sia-sia. Nafasnya makin berat, tubuhnya lunglai.

Mata mereka bertemu, napas keduanya terengah.

“Aku mengingatnya ... aku sudah mengingatnya!” seru Lizbeth. “Sekarang, bisakah kamu melepaskanku?”

Lucien tampak ragu melepaskannya Lizbeth menyadari kalau Lucien sudah menyadari kalau dirinya adalah perempuan yang tidur dengannya malam itu.

“Maaf jika hari itu aku menyinggungmu. Itu cuma one night stand. Tak ada hubungannya dengan pekerjaanku. Tolong jangan pecat aku. Aku berjanji akan bungkam,” ucap Lizbeth lirih, mencoba meyakinkan.

Lucien tersenyum miring dan akhirnya menjauhkan tubuhnya. Lizbeth buru-buru menutupi dadanya, turun dari meja, dan mengancingkan kemejanya satu per satu.

“Tolong jangan buat saya malu lagi!” ucap Lizbeth berusaha tenang. “Tolong lupakan malam itu. Anggap saja tidak pernah terjadi. Tapi jika kau tetap ingin memecatku ... aku tak bisa melawan.”

Lucien menatapnya tajam, dan mencekal tangan Lizbeth. “Aku tidak sedang mempermainkanmu. Tapi kau harus tahu, dunia ini tidak sesederhana permintaan maaf.”

Ketegangan di antara mereka mencapai puncaknya. Lizbeth menarik napas panjang.

“Jika Anda ingin membalas saya karena malam itu… lakukanlah dengan cara yang profesional, bukan begini.”

Lucien mengerutkan kening, ekspresinya berubah. Untuk sesaat, ia terlihat ragu, lalu melepaskan tangan Lizbeth.

“Keluar,” ucapnya singkat.

Lizbeth terdiam. “Apa saya dipecat?”

Lucien kembali ke meja kerjanya dan duduk. Dia sama sekali tidak memberikan jawaban kepada Lizbeth. Hati Lizbeth terasa perih.

Dengan tubuh gemetar, Lizbeth membungkuk sopan dan melangkah keluar. Saat pintu tertutup, Lucien menyandarkan tubuhnya, menatap langit-langit. Tangannya meremas profil Lizbeth yang masih terbuka di meja.

"Gadis lima juta... Kau sungguh tidak tahu siapa yang sedang kau hadapi."

Darah Lucien berdesir mengingat kenangan panas yang membakar tubuhnya dan membuatnya tidak  dapat melepaskan hasrat yang ingin dituang kembali.

Lizbeth yang baru keluar dari ruangan kerja Lucien, menghela napas. Tubuhnya masih terasa lemas dan jantungnya masih berdegup kencang. Matanya berbinar dan sempat terpejam.

“Hah, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa hidupku sudah berakhir!” gumamnya pelan. Setetes air mata jatuh. Ia tahu mencari pekerjaan di zaman sekarang tidaklah mudah.

Tabungannya semakin menipis. Jika dia kehilangan pekerjaannya sekarang. Maka dunianya benar-benar hancur.

Lizbeth masuk ke toilet. Setelah memastikan tidak ada orang, ia menatap lehernya di cermin. Bekas merah itu terlihat jelas. Ia menarik napas dalam, melepas stocking-nya, dan membuangnya ke tempat sampah.

Hingga detik ini, napas Lucien masih membekas di pikirannya.

Ia kembali ke meja resepsionis. Angela mengerutkan kening saat melihatnya.

“Eh, kacamatamu?”

Lizbeth baru sadar kacamatanya entah di mana. Angela menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, menyadari sesuatu yang berbeda.

“Kamu... dimarahi ya?”

“Aku terjatuh di toilet. Kacamataku patah,” jawab Lizbeth cepat. Dan tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya.

Melihat ekspresinya, Angela tak bertanya lebih lanjut. Seolah sudah bisa menebak segalanya.

Hari itu Lizbeth tetap bekerja seperti biasa, meski hatinya tahu, dia sudah dipecat. Tapi ia tak mau pergi sebelum menyelesaikan pekerjaannya.

Menjelang senja, Lizbeth baru pulang ke penginapan. Ia merasa sangat lelah. Ia membawa beberapa belanjaan untuk makan malam.

Tak disadari, sebuah mobil mengawasinya dari kejauhan.

Malam itu Lizbeth hanya makan burger seadanya. Ia harus berhemat. Lucien sudah memecatnya. Saat mengunyah, air mata kembali menetes. Ia merindukan masakan ibunya, dan kehangatan keluarga.

“Mom, aku merindukanmu! Aku ingin sekali mencicipi masakanmu.” Lizbeth memeluk lututnya, larut dalam tangisannya.

Seumur hidupnya, dia tidak akan pernah lagi mencicipi masakan ibunya. Hatinya semakin sakit.

Lizbeth, hanya ingin bahagia. Tapi mungkinkah itu terlalu berlebihan baginya?

Sementara itu, Lucien baru saja tiba di mansion megahnya. Para pelayan berdiri berjejer menyambutnya.

“Selamat datang kembali, Tuan,” ucap kepala pelayan bernama Freya, sambil membungkuk.

Lucien berjalan menuju kamarnya. Ia melucuti pakaiannya dan berendam dalam jacuzzi. Kilian menuangkan segelas wine ke gelasnya, dan musik klasik mengalun tenang.

Lucien menyesap wine perlahan. Pikirannya kembali berpusat kepada Lizbeth. Ciuman mereka masih membekas, membangkitkan gejolak di dalam dirinya.

“Lizbeth Cassiel Llewellyn ... kau tak akan pernah kulepaskan,” ucap Lucien sambil memejamkan mata, menekan hasrat yang kembali bangkit

***

Dering ponsel terus berbunyi, panggilan tak henti, memaksa Lizbeth membuka mata. Jam baru menunjukkan pukul 06.30. Dengan mata sepet, ia menjawab panggilan itu.

"Halo?"

"Sepertinya tidurmu nyenyak. Cepat bangun! Kamu lupa kalau hari ini kamu masuk kerja?" suara Sonia, atasannya, terdengar dari seberang.

Lizbeth terperanjat. Diam sejenak. Apa dia tak salah dengar? Atau masih bermimpi?

"A-a-aku tidak jadi dipecat?" tanyanya tergesa.

"Kamu beruntung, Lizbeth. Saat sampai di kantor nanti, berterima kasihlah pada pak Lucien."

Panggilan itu berakhir. Ponselnya jatuh ke kasur. Perasaannya saat ini bercampur senang, dia tidak tahu apa harus sedih lagi. Atau harus senang karena tidak jadi dipecat?

"Kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran? Lucien ... seandainya malam itu aku tak menidurimu..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Bertahan Hidup

    Malam itu Lizbeth mabuk. Ia menghabiskan waktu di bar, untuk melupakan rasa sakit di hatinya. Lizbeth menari-nari dalam keadaan sempoyongan saat hendak meninggalkan bar. Wajahnya tertunduk, langkahnya tak terarah, hingga tanpa sengaja ia menabrak Lucien dan jatuh ke pelukannya. Peristiwa itu berakhir dengan malam panas yang tak pernah ia duga.Andai saja Lizbeth tahu Lucien akan menjadi atasannya, dia tak akan pernah membiarkan dirinya terlibat sejauh itu. Meniduri pria yang kini menjadi bosnya hanya menambah panjang daftar masalah dalam hidupnya.Meski tak tahu pasti apa yang ada di benak Lucien, setidaknya saat ini dia masih memiliki pekerjaannya. Dengan begitu ia dapat bertahan. Lizbeth berniat untuk menjaga jarak, agar tidak menyinggungnya lagi. Serta berharap pria itu bisa melupakannya.***Pagi itu Angela melongo ketika melihat Lizbeth baru tiba di ruang loker."Gila, kupikir kamu nggak bakal balik lagi," ucapnya heran."Aku harus bertahan hidup," sahut Lizbeth pelan sambil menut

    Last Updated : 2025-03-27
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Keinginan Lucien

    Lizbeth melotot, merasakan napas hangat Lucien menyapu telinganya. Namun, pria itu tidak melanjutkan ucapannya. Lizbeth pun berdiri tegak dengan rahang mengeras.“Nanti, Kilian akan memberitahumu. Kau… sama sekali tidak boleh menolak.”“Baik Pak,” jawab Lizbeth.Lucien mengangkat tangan, memberi isyarat agar Lizbeth segera keluar dari ruang kerjanya. Tanpa membalas sepatah kata pun, Lizbeth membungkuk lalu berbalik dan pergi.Lizbeth menghela napas seraya menunggu lift terbuka. Dia pun masuk ke dalam lift, dan tidak lama lift kembali terbuka. Beberapa pegawai masuk ke dalam lift.Di dalam lift, beberapa pegawai langsung menatap sinis padanya. Tatapan itu bukan sekadar tidak suka, ada penilaian kejam di dalamnya. Mereka sengaja membisikkan kalimat-kalimat tajam tepat di hadapan Lizbeth.“Kau sudah dengar. Akhir-akhir ini dia sering sekali naik ke lantai tertinggi.”“Aku juga mendengarnya. Dia pasti sedang menggoda CEO kita, wajar saja dia melakukan itu. Aku dengar kekasihnya pergi menik

    Last Updated : 2025-03-31
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kepahitan Di Hati

    Martha, Mateo, Valeria, dan Elmer masih membeku dalam keterkejutannya. Lizbeth menatap orang-orang yang selama ini menjadi luka terdalam dalam hidupnya. Dingin. Tegas.“Mereka keluarga saya,” jawab Lizbeth dengan sorot tajam menusuk. Pandangannya menghantam Martha, lalu bergeser ke Elmer yang masih terpaku menatapnya.Senyum tipis ... nyaris seperti ejekan, terukir di wajah Lucien. Matanya tak lepas dari ekspresi Lizbeth, mengamati tiap detailnya.“Oh… menarik,” gumam Lucien, yang saat ini sedang mengamati ekspresi Lizbeth dan tidak teduga.Mateo tersenyum kaku. Udara di sekeliling terasa membeku, dan ia mencoba mencairkan suasana yang kian menusuk. Sementara Martha menatap Lizbeth dengan pandangan yang sudah tak lagi menyembunyikan kebencian. Di sisi lain, Valeria merapatkan cengkeramannya pada tangan Elmer, seolah hendak menunjukkan siapa yang sekarang memiliki pria itu.“Emh, Tuan Lucien, bagaimana Anda bisa mengenal putri saya?” tanya Mateo, berusaha tetap tenang, meski matanya ber

    Last Updated : 2025-04-03
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Jatuh Kepelukanku

    Lizbeth terbelalak. Air matanya menetes, hatinya terasa dicabik, dipenuhi luka dan kecewa yang menyayat.“Urusan keluargamu tidak ada hubungannya denganku. Memecat atau menginjaknya, itu urusanku,” ucap Lucien dingin, suaranya setajam bilah pisau.Ia membalikkan tubuh, melangkah pergi. Suara dinginnya kembali terdengar, menusuk hati Lizbeth. “Sampai kapan kau akan diam saja? Apa kau ingin dipecat?” ejeknya tajam.Lizbeth menatap Mateo dalam kesedihan. Langkah berat oleh rasa kecewa. Tak ada lagi yang bisa dikatakan, sebanyak apa pun ia mencoba menjelaskan. Mateo tetap tidak akan percaya. Baginya, Martha dan Valeria selalu benar. Sementara dirinya, darah daging Mateo, justru tak berarti apa-apa. Dan selalu salah di matanya.Lucien meninggalkan pesta, dan Mateo tidak sanggup menghentikannya. Pria itu masuk ke mobil, disusul oleh Lizbeth. Tak lama, mobil melaju menjauh dari rumah Mateo. Tempat perayaan pernikahan Valeria dan Elmer tengah berlangsung megah. Acara yang juga menjadi ajang se

    Last Updated : 2025-04-04
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Mengulangi Malam Panas

    Lizbeth yang masih duduk di tempat tidur melotot, lalu berdiri. Namun, langkah kakinya terasa berat untuk melangkah ke arah Lucien.“Saya hanya lelah. Saya ingin istirahat,” jawabnya.Lucien berdiri dan menghampiri Lizbeth, kedua tangannya memegangi gelas yang berisikan wine. Sorot mata dingin Lucien penuh peringatan. Ia menyodorkan gelas yang berisikan wine kepada Lizbeth.Lizbeth akhirnya mengambil gelas wine itu. Lucien tersenyum tipis, sorot matanya sedingin iblis. Lalu, dia dan Lizbeth bersulang. Meneguk minuman masing-masing, Lizbeth meneguknya habis. Sudah lama sekali dia tidak meminum wine seenak ini.Manik mata Lizbeth melirik ke arah wine di atas meja. Domaine de la Romanee-Conti Grand Cru. Wine yang berasal dari Burgundy, Prancis, wine yang diminumnya saat ini memiliki harganya mencapai miliaran. Selera seorang Lucien memang berbeda dari yang lain.Lizbeth melihat Lucien kembali duduk di sofa, dia menepuk sofa. Di sisinya masih kosong, dia ingin Lizbeth duduk di sisinya. L

    Last Updated : 2025-04-05
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Aku Bukan Bidakmu

    “Ikatan?”Lucien menatap Lizbeth dengan tatapan tajam. “Ya, ikatan … jadilah teman tidurku, yang menghangatkan ranjangku.”Seketika Lizbeth melotot, usai mendengar keinginan Lucien. Lizbeth mengerutkan keningnya. “Apa di matamu aku begitu hina Lucien? Lebih baik kamu pecat saja aku,” jawab Lizbeth berusaha melepaskan diri dari Lucien. Namun, tangan Lucien semakin kuat mengunci kedua tangannya. Sorot mata Lucien berubah menjadi dingin, wajahnya menggelap.“Kau pikir setelah kau keluar dari KINGSLEY, kamu bisa bebas? Akan kupastikan dunia ini tidak akan menerimamu.”Lizbeth terbelalak mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Lucien.“Kau gila! Kenapa orang-orang kaya senang sekali menindas orang lemah.”“Lizbeth Cassiel Llewellyn, di dunia ini kau hanya bisa menggantungkan hidupmu padaku. Aku bisa memberimu kemewahan yang tidak pernah kamu dapatkan dari keluargamu. Di dunia ini hanya aku yang bisa menampungmu.”Lizbeth tidak bisa berkata-kata, dia benar-benar tercengang dengan ucapan L

    Last Updated : 2025-04-06
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kontrak Seumur Hidup

    Lizbeth menguatkan dirinya, membawa tubuhnya menemui Lucien yang kini berada di kamarnya. Di waktu yang sama Lucien membuka pintu kamarnya, pada saat itu juga Lizbeth jatuh ke pelukan Lucien.Lucien melirik seorang pelayan di belakang Lizbeth. “Nona terus bersikeras ingin menemui Anda!”Lirikan mata Lucien memberikan isyarat agar pelayan itu pergi.“Saat kau berada dalam kesulitan, kau selalu jatuh ke dalam pelukanku Lilibeth!”Lizbeth yang berada dalam pelukan Lucien mengangkat wajahnya menatap Lucien yang kini menundukkan wajahnya menatap mata Lizbeth.“Tawaranmu itu, apa masih berlaku?”Lucien mengerjapkan matanya.” — tentu.”Lizbeth berusaha meraih pakaian Lucien dan berpegangan pada pakaian Lucien.“Tidak lebih dari sekadar asisten, aku ingin berdiri di kakiku untuk kali ini saja. Aku berjanji akan bekerja dengan keras, tidak akan mengecewakanmu.”Mata Lizbeth berbinar, Lucien hanya diam membuat Lizbeth mengerutkan keningnya. “Kenapa kamu diam saja? Aku memang tidak terlahir kur

    Last Updated : 2025-04-07
  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Topeng

    Lucien melirik ke arah Lizbeth. Lizbeth menatapnya balik dengan isyarat.“Bapak mau saya bantu pilihkan?” tanya Lizbeth.Lucien memiringkan kepalanya. Keduanya saling bertatapan untuk waktu yang lama.“Pilih yang kau sukai,” ucap Lucien.Lizbeth membelalak, apa dia tidak salah dengar. Lucien memintanya untuk memilih? Lizbeth menunjuk dirinya untuk memastikan. Lucien menjawabnya dengan kedipan mata. Lizbeth masih tidak mengerti, kenapa Lucien melakukan semua itu.Awalnya Lizbeth berpikir kalau Lucien ingin dirinya membantu memilih pakaian untuk seseorang. Lucien sampai mendatangkan toko ke rumahnya.“Silakan Nona. Sesi ini, Anda dapat memilih pakaian formal untuk bekerja.” Pegawai itu menunjukkan semua pakaian kepada Lizbeth.Hari itu Lizbeth membeku dan tidak tahu harus memilih pakaian mana. Lucien akhirnya turun tangan, dia memilihkan pakaian langsung untuk Lizbeth.“Ini cocok untukmu.” Lucien mendekatkan pakaian yang masih tergantung di hanger itu kepada Lizbeth.“Kenapa kamu melakuk

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Pengakuan Cinta yang Manis

    Lizbeth sama sekali tidak terkejut dengan ucapan Lucien. Ia tahu, seorang Lucien tidak akan pernah menarik kembali ucapannya. Namun, meski tak ingin memikirkannya lebih jauh, tetap ada rasa tak nyaman di lubuk hatinya. Bagaimanapun, tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya untuk membalas dendam pada Elmer.Malam itu, Lizbeth memilih tidur. Sementara ponselnya kembali disita oleh Lucien. Kini, Lizbeth hanya menggunakan ponsel kantor. Ia tak bisa membantah. Kekuasaan Lucien jauh lebih besar dari yang ia bayangkan.Lucien tak ingin Lizbeth membaca pesan-pesan tidak berguna dari orang-orang yang selama ini menyakitinya. Maka hari itu, tak ada satu pun panggilan atau pesan dari Martha dan Valeria yang sampai ke Lizbeth. Semuanya telah dihapus oleh Lucien. Bahkan, lebih jauh lagi, Lucien sudah memblokir mereka.Meski kelopak matanya tertutup, hati Lizbeth masih berbicara. Mengapa Lucien melakukan semua ini kepada perempuan yang baru saja ia cintai? Apakah ini bagian dari pembuktian,

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Ingin Melindungimu

    Lizbeth mengernyitkan kening, lalu berdiri menatap Lucien yang tampak tenang. Pria itu seolah tak tergoyahkan sedikit pun oleh kekacauan yang sedang menimpa Elmer. Seolah masalah itu tak pernah ada."Kamu melakukan semua ini karena mereka menghinaku?" tanyanya dengan suara datar namun bergetar."Padahal aku sudah bilang, masalah ini tak perlu diperpanjang. Atau—" Lizbeth menatapnya lekat, seolah ingin membaca isi pikiran Lucien, " … kau memang punya maksud lain?" Lucien tak langsung menjawab. Ia hanya diam, matanya menatap Lizbeth dalam-dalam, hingga suara ketukan pintu memecah ketegangan.Lucien bangkit dan membuka pintu. Seorang pelayan hotel mendorong troli berisi makanan. Tidak lama setelah itu, pelayan pergi. Lucien mendorong troli masuk.Lizbeth refleks bergerak, bermaksud membantunya. Namun, tangan Lucien menahan."Biar aku saja," ucapnya singkat.Ia menyusun makanan di meja makan. Sementara Lizbeth berdiri mematung, matanya mengamati setiap gerak Lucien yang tetap tenang. Tak

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Pembalasan Lucien

    Mendengar itu semua membuat matanya berkaca-kaca. Lizbeth tidak bisa menipu hatinya, kalau ucapan Lucien membuat hatinya hangat, membuatnya tersentuh.“Lucien, apa kamu selalu berkata semanis ini kepada semua perempuan?” tanya Lizbeth.Lucien menggeleng pelan. Mata yang semula memandangnya dingin, kini menatap penuh kehangatan. Lizbeth tidak percaya, pria tampan, kaya, bahkan dekat dengan kata sempurna. Mana mungkin tidak memiliki seseorang di hatinya? Kenapa harus dirinya. Apa hanya karena dirinya telah tidur bersama? Bukankah itu hal biasa bagi mereka? Kenapa Lucien seolah tergila-gila kepadanya?Lucien membelai wajah Lizbeth.“Kau hanya perlu tahu, aku milikmu. Dan kau milikku, kamu harus ingat ini.”Bagaimana mungkin Lizbeth melupakannya, semua kalimat yang pernah Lucien katakan padanya, tersimpan rapi di ingatannya. Lizbeth tersenyum, lalu menghela napas seraya mengangkat wajahnya. Kata-kata manis seperti ini memang hanya ia dapatkan dari Lucien.“Aku rasa kamu terlalu terobsesi

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kesepian Lagi

    Lizbeth tercengang mendengar ucapan Lucien. Kelopak matanya bergetar, dan perlahan ia menghela napas."Aku tidak mau kamu menentukan hidupku, Lucien. Hidupku adalah tanggung jawabku sendiri."Lucien meraih dagunya, menatap mata Lizbeth dengan lembut, penuh kehangatan."Aku tahu, kalau aku mengaturmu, kamu pasti akan kabur dariku. Tapi aku tak akan membiarkan itu terjadi. Lakukanlah apa yang kamu sukai."Tangannya kembali membelai rambut Lizbeth, seolah gadis itu adalah putri kecil yang harus selalu dijaga.Setelah hampir enam jam penerbangan, Lizbeth akhirnya mengetahui ke mana tujuan akhir mereka—New York. Kota di mana kisah mereka bermula. Tapi benarkah New York adalah satu-satunya titik awal cerita itu? Hanya Lucien yang tahu jawabannya.Kini Lizbeth telah berganti pakaian kasual, Lizbeth turun bersama Lucien dan Kilian. Ternyata, bukan hanya di LA, di New York pun keluarga Kingsley memiliki landasan udara pribadi. Di seberang sana berdiri hanggar megah, bahkan lebih besar daripad

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Hidupmu Milikku!

    Ya, saat ini ada Lucien yang berada di sisinya,melindunginya, menjaganya. Lucien benar-benar membuktikan bahwa dia adalah milik Lizbeth, dan Lizbeth adalah miliknya. Setiap ucapan Lucien malam ini menggugah hati Lizbeth, membuatnya terharu dalam diam.Tak sedikit mata memandang iri. Perlakuan Lucien terhadap Lizbeth membuat banyak orang tak habis pikir. Pria sesempurna seperti Lucien, bisa begitu setia dan penuh perlindungan. Bahkan membuat Valeria merasa iri, atas sikap Lucien malam ini.Tanpa banyak bicara, Lucien membawa Lizbeth menuju ruangan VIP yang sebelumnya disebutkan oleh Alex. Sementara itu, Alex sendiri mengusir Elmer dan Valeria dengan tidak hormat. Keduanya telah menciptakan kegaduhan dan menyebarkan fitnah yang tak bisa dimaafkan.“Pak Lucien, aku mohon, maafkan aku. Lizbeth, aku mohon, maafkan aku…” Suara Elmer terdengar getir, penuh rasa sesal.Sorot mata mencemooh dari para tamu menghantam Valeria seperti tombak. Wajahnya memucat, tubuhnya kaku. Ia bahkan tak mampu m

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Permohonan Maaf untuk Lizbeth

    Lizbeth dan Lucien menoleh bersamaan. Suasana mendadak terasa kaku, sorot mata orang-orang di sekitar mereka perlahan tertuju pada satu sosok Valeria.Tatapan Lizbeth dan Valeria bertemu. Dada Lizbeth berdegup keras, ada luka lama yang kembali menganga. Luka yang baru saja mulai mengering, kini kembali disayat hanya dengan satu tatapan dari wanita yang pernah merebut segalanya darinya.Lucien menggenggam tangan Lizbeth lebih erat, seolah menyalurkan ketenangan dan perlindungan lewat genggaman itu. Tatapan matanya tajam namun hangat, meyakinkan Lizbeth bahwa dia tidak sendirian.Namun, senyum miring Valeria menyulut bara. Senyum yang mengandung ejekan, seolah ingin menyalakan bara api di tengah pesta acara amal yang dipenuhi orang penting.“Sepertinya rencanamu untuk menggoda Lucien sudah berhasil. Selamat,” ucap Valeria dingin, namun nadanya tajam menampar harga diri Lizbeth.Seisi ruangan perlahan menoleh, bisikan-bisikan kecil terdengar di antara para tamu. Sorot mata mereka mulai b

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Pesta Acara Amal

    Sorot mata Lucien memancarkan kerinduan yang terpendam begitu lama. “Saya mengerti, Tuan,” ucap Kilian, suaranya tenang namun tegas.Sejak malam panas yang tak terlupakan itu, Lizbeth terus menghantui pikiran Lucien. Ia tak bisa melupakannya. Suara lembut Lizbeth, aroma tubuhnya, hingga tanda lahir kecil di telinga kirinya. Semuanya terekam jelas di ingatannya. Lucien memanfaatkan semua koneksi yang ia miliki untuk mencari wanita itu, bahkan memerintahkan Kilian memeriksa rekaman CCTV di seluruh penjuru New York.Kamera demi kamera diperiksa. Setiap gerakan Lizbeth dilacak sejak ia meninggalkan hotel malam itu. Dari sinilah mereka tahu tempat-tempat yang dikunjungi Lizbeth sebelum pertemuan mereka yang kedua di kantor.Lucien tak sekadar yakin, ia sudah tahu. Semua petunjuk mengarah pada satu nama, Lizbeth. Wanita itu menyembunyikan kecantikannya ... tidak hanya dari dunia, tapi juga dari dirinya sendiri. Ketika Lucien tahu kebenarannya, ia tak hanya merasa terkejut... tapi terpukul.

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Nyawaku!

    “Tidak. Terima kasih,” jawab Lizbeth tersenyum lalu pergi.Lucien tersenyum, lalu dia mandi. Lizbeth masuk ke dalam kamarnya yang berseberangan dengan kamar Lucien.Lizbeth mengambil ponsel dalam tasnya. Dia melihat ada beberapa pesan masuk ke dalam ponselnya.[Aku sudah mengatur perjodohanmu. Kamu harus menikahi pria yang kupilih. Tidak ada penolakan. Ini kesempatan terakhirmu. Jika kamu menolak, aku tidak akan memberikan saham perusahaan sepeserpun padamu. Jangan salahkan aku jika aku membongkar makam ibumu.]Lizbeth tercengang dengan isi pesan menohok dari Mateo. Lizbeth mengepal tangannya, dia tidak menyangka Mateo sampai seperti ini menekannya. Lizbeth menghela napas, ia membenamkan wajahnya dan menunduk.“Apa yang harus aku lakukan sekarang. Keluar dari rumah pun, kau masih mengancamku.”Sejujurnya Lizbeth sudah tidak ingin berurusan dengan sang ayah. Bagaimanapun, dia sudah kecewa. Kesabarannya juga ada batasannya. Selama ini dia selalu mengalah dan mengalah, dia sudah mengorba

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kisah Romantis

    ‘Di dunia ini tidak ada yang boleh menghinamu lagi. Kau hanya boleh menangis karenaku.’Lizbeth memegang tangan Lucien yang kini memeluknya. Jika cinta sejati itu memang ada, jika ketulusan itu memang ada. Dapatkan Lizbeth merasakannya, mendapatkan kasih sayang yang sebenarnya. Mendapatkan kebahagiaan yang dia dambakan? Bukan sekadar pelangi, lalu pergi.***Esok harinya Lucien dan Lizbeth meninggalkan villa bersama. Para pelayan yang bekerja di villa membungkuk kepada Lucien. Mereka masuk ke dalam mobil yang dikendarai langsung oleh Lucien.Saat di perjalanan, mobil Lucien dan mobil yang dikendarai Kilian berpapasan. Lucien tersenyum miring, Lizbeth yang menangkap ekspresi di wajah Lucien itu terheran. Kilian yang tiba di villa langsung masuk ke dalam dan mengumpulkan seluruh pelayan di villa yang berjumlah 10 orang.“Saya sudah mentransfer gaji terakhir kalian, beserta bonus. Hari ini juga kosongkan villa ini.”Para pekerja terkejut mendengarnya. Kilian membalikkan badan, para pelay

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status