“Lucien, jangan, uuuh!”
Lizbeth merasakan napas Lucien mulai tidak beraturan, dia juga menyadari kalau Lucien tidak akan mudah melepaskannya.
Kini kemeja Lizbeth terbuka sepenuhnya, memperlihatkan bra dan tanda merah yang belum sepenuhnya memudar. Lucien membuat tanda di tempat yang sama, dan ciuman Lucien semakin naik ke atas dan mengulum bibir Lizbeth.
Tubuh Lucien benar-benar mendominasi. Tubuhnya hampir sepenuhnya menindih tubuh Lizbeth, membuat Lizbeth sama sekali tidak bisa melawan, ciuman Lucien semakin liar dan tangannya telah merobek sepenuhnya bagian belakang stocking yang dikenakan oleh Lizbeth.
“Berhenti!” pinta Lizbeth, takut dia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Namun, Lucien sama sekali tidak mengindahkan perkataannya. Dia terus menciumi bagian tubuhnya. Saat Lucien menyesap tengkuk Lizbeth, suara Lizbeth terdengar. “Aku Mengingatmu!”
Setelah mendengar jawaban dari Lizbeth, Lucien tidak menghentikan aksinya. Dia mendaratkan bibirnya kembali di bibir Lizbeth, membuat Lizbeth hampir kehilangan napas. Lucien menarik dirinya dan menatap teduh mata Lizbeth.
“Katakan sekali lagi.”
“Aku mengingatnya, aku sudah mengingatnya!” jawab Lizbeth. “Sekarang, bisakah kamu melepaskanku?”
Lucien tampak enggan melepaskan Lizbeth. Lizbeth mengerutkan keningnya kembali berbicara. “Maaf, jika aku menyinggungmu. Aku tidak tahu kalau kamu bakalan menjadi bosku! Aku juga tidak pernah tahu kalau aku akan bekerja di perusahaan mu.”
Lizbeth menutupi dadanya, dan perlahan turun dari meja dan mengancingkan kemejanya. Sementara Lucien masih dalam posisinya saat ini.
“Itu hanyalah one night stand. Anda bukan yang pertama, tolong lupakan malam panas itu, Pak!”
Lizbeth membungkuk dan pergi usai merapikan pakaian dan rambutnya. Lucien mengepal tangannya. Lucien tersenyum miring, mana mungkin bukan yang pertama. Jelas-jelas, Lizbeth baru pertama kali melakukanya dengan Lucien.
Darah Lucien berdesir mengingat kenangan panas yang membakar tubuhnya dan membuatnya tidak dapat melepaskan hasrat yang ingin dituang kembali.
“Lupakan katamu?” Lucien memejamkan matanya. “Mulai hari ini aku tidak akan membuat hidupmu tenang!”
Lizbeth yang baru keluar dari ruangan kerja Lucien, menghela napas. Tubuhnya masih terasa lemas dan jantungnya masih berdegup kencang.
“Huh, apa yang harus kulakukan sekarang?”
Lizbeth kembali ke bawah, dia tidak lagi semangat. Dia mencemaskan jika Lucien tidak akan melepaskannya begitu saja.
Lizbeth pergi toilet, setelah memeriksa tidak ada satupun orang di dalam sana. Dia mulai melihat lehernya yang tampak merah. Lizbeth menghela napas dan melepaskan stocking yang dia kenakan, lalu membuangnya ke tong sampah.
Sampai detik ini, rasanya napas Lucien masih menguasai pikirannya. Setelah itu Lizbeth kembali ke meja resepsionis. Angela yang melihat Lizbeth kembali, mengerutkan keningnya. Dia melihat Lizbeth berbeda dengan Lizbeth sebelum masuk ke ruangan CEO.
“Eh, kacamatamu?”
Lizbeth baru tersadar kalau dia sudah tidak menggunakan kacamata. Angela juga melihat dari atas sampai ujung kakinya.
“Apa mungkin kamu dimarahi?”
“Aku terjatuh di saat di toilet barusan, kacamataku patah.”
“Lalu, apa kamu bisa bekerja tanpa kacamatamu?”
Lizbeth menganggukkan kepalaanya. Lagi pula itu bukan kacamata mins. Lizbeth sengaja memakaikannya untuk menutupi dirinya.
***
Hari sudah hampir gelap, Lizbeth baru kembali ke penginapannya. Dia tampak lelah, dia pulang membawa belanjaan. Tanpa Lizbeth sadari, ada mobil di seberang sana yang mengawasinya.
“Sepertinya Lizbeth masih belum menemukan tempat tinggal setelah diusir dari rumah orangtuanya,” ucap Kilian kepada Lucien yang kini masih memperhatikan ke arah kamar penginapan tempat Lizbeth berada.
Lucien tidak menyahuti, dia melirik ponsel genggamnya. Lalu, mobil itu pergi meninggalkan penginapan tempat Lizbeth berada.
Lizbeth yang baru saja selesai mandi, mendengar suara ketukan pintu di luar sana. Lizbeth pun melihatnya, dilihatnya seorang kurir pengantar makanan.
“Anda pasti Lizbeth, saya mengantarkan makanan untuk Anda. Tolong tandatangan di sini.”
Lizbeth melirik ke tangan pria pembawa bingkisan itu. “Maaf, sepertinya kau salah orang. Aku tidak memesan semua makanan itu.” Lizbeth hendak menutup pintu.
“Tidak. Pemesannya dan nama alamatnya juga benar Anda. Tenang saja, ini sudah dibayar. Tolong diterima. Sepertinya ini dari penggemar Anda,” kata pria itu memberikan bingkisan itu secara paksa kepada Lizbeth.
Sebelum Lizbeth mengembalikan kembali makanan itu, pria itu sudah pergi. Lizbeth membawa masuk makanan itu ke dalam, dan membukanya. Dia terkejut, ternyata itu makanan dari sebuah restoran ternama.
Lizbeth bertanya-tanya, siapakah yang mengirim semua ini? Tidak mungkin ayah atau temannya. Di dunia ini Lizbeth tidak memiliki seseorang yang mendukungnya. Awalnya dia sempat berpikir kalau ibu tirinya ingin menjebaknya. Namun, dilihat dari mana asal makanan ini, Lizbeth teringat seseorang.
“Tidak mungkin dia, kan?”
Lizbeth menatap makanan itu selama beberapa saat, ada keraguan di dalam hatinya, Takut di dalam makanan itu terdapat racun, atau yang lainnya. Namun, hidangan lezat seperti ini membuat perutnya semakin lapar.
“Jika aku keracunan, palingan aku masuk rumah sakit!”
Lizbeth pun memakannya dengan lahap. Di tempat yang berbeda Lucien baru saja tiba di rumahnya, yang berada di kawasan elit. Dimana para konglomerat tinggal, hanya saja tempat Lucien tinggal sedikit jauh dari rumah lainnya. Sebuah Mansion megah, yang dihuni oleh dirinya seorang diri.
Kedatangan Lucien, membuat para pelayan berdiri berjejer menyambut kepulangannya. Mereka sibuk menyiapkan bak mandi air hangat dan sebagiannya sibuk menyiapkan makan malam.
Kepala pelayan di rumah itu membungkuk kepada Lucien. “Selamat datang kembali, Tuan.”
Lucien mengayunkan kakinya masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Kilian.
“Apa ia sudah menerimanya?” tanya Lucien, saat Kian membantu Lucien melepaskan jasnya.
“Sudah. Dia juga belum keluar lagi dari penginapan.”
“Mulai sekarang, kirimkan dia makanan sesuai jadwalnya.” Lucien melepaskan kancing kemejanya.
“Anda sudah tidak membencinya?”
Alih-alih menjawabnya, Lucien masuk ke dalam kamar mandi. Dia berendam di jacuzzi, Kilian menuangkan segelas wine ke gelas milik Lucien. Suara musik klasik diputar untuk memberikan ketenangan.
Lucien menyisip wine miliknya. Sorot matanya mengatakan kalau dia memikirkan Lizbeth, serta ciuman hangat yang belum lama ini dilakukannya di dalam ruang kerjanya. Mengingat semua itu membangkitkan hasrat dan juga miliknya yang semula tertidur.
“Lizbeth Cassiel Llewellyn, takkan pernah kulepaskan!” ucap Lucien seraya menekan hasrat miliknya.
Seusai mandi, Lucien makan malam di bawah di temani oleh Kilian. Bukan sekali dua kali, Kilian memang kerap kali menemani Lucien makan bersama. Terkadang di meja besar ini, Lucien hanya makan seorang diri, bersama banyak hidangan lezat.Kepala pelayan perempuan bernama Freya membungkuk kepada Lucien.“Tuan, Nyonya meminta Anda untuk pulang di akhir pekan ini.” Setelah menyampaikan pesan itu, Freya mundur dan menjauh dari meja makan.Lucien yang sedang mengunyah makannya, kemudian meneguk segelas air putih.“Bukannya aku sudah memintamu untuk memberitahu dia, kalau aku sedang sibuk?”“Saya sudah memberitahu ibu Anda. Ibu Anda meminta saya mengosongkan jadwal Anda.”“Kau saja yang pergi mewakiliku.”Kilian diam menatap Lucien. Alasan Lucien malas bertemu dengan ibunya, karena sang ibu terus menjodohkannya dengan banyak gadis. Sedangkan gadis yang dicarikan ibunya tidak memenuhi standarnya. Di mata Lucien, mereka hanya menyukai paras tampannya. Juga uangnya, tidak ada yang tulus. Lucien
Lizbeth melotot, napas Lucien terasa hangat menyapu telinganya. Setelah mengatakan itu, Lucien tidak melanjutkan perkataannya. Lizbeth pun berdiri dengan tegak.“Nanti, Kilian akan memberitahumu. Kau … sama sekali tidak boleh menolak.”Lucien mengangkat tangannya sebagai isyarat, agar Lizbeth segera meninggalkan ruangan kerjanya. Tanpa mengucap kata, Lizbeth membungkuk lalu pergi.Lizbeth masuk ke dalam lift, saat di lift beberapa pegawai di kantor menatapnya sinis. Mereka juga sengaja berbisik di hadapan Lizbeth.“Kau sudah tahu, akhir-akhir ini dia sering sekali naik ke lantai tertinggi.”“Aku sudah mendengarnya. Dia pasti sedang menggoda CEO kita, wajar saja dia melakukan itu. Aku dengar kekasihnya pergi menikahi gadis lain, dia pasti frustasi!”Mendengar mereka membicarakannya membuat Lizbeth menatap mereka. Kedua pegawai di lift itu menatap balik Lizbeth.“Tolong jangan membuat berita yang tidak benar. Jika kalian penasaran dengan cerita aslinya, kalian bisa tanyakan padaku.”
“Uuuh —”Sentuhan hangat terasa membakar tubuh Lizbeth, saat bibir pria itu mendarat di tengkuknya. Tangannya yang gagah meraba ke dalam dres merah, menekan keindahan yang belum pernah terjamah.Ketika mata keduanya saling bertemu, pria tampan itu mendekap erat tubuh Lizbeth seraya mendaratkan bibirnya, menciumnya dengan lembut. “Mmmmptth.”Ciuman itu mampu menghipnotis Lizbeth. Dalam waktu singkat pakaian yang dikenakan mereka saling berjatuhan ke lantai. Lizbeth memeluk pria itu, seraya membalas setiap ciuman yang diberikan pria itu. Semakin Lizbeth menciumnya, semakin tenggorokannya terasa kering, membuatnya semakin tidak bisa berhenti menciumnya.Napas yang semakin memburu membuat keduanya semakin tidak bisa menahan gejolak di dada. Sentuhan tangannya menyapu punggung halus Lizbeth yang terekspos. “Aku pasti akan memuaskanmu,” ucapnya seraya membelai wajah Lizbeth.Kelopak mata Lizbeth bergetar, saat sesuatu yang hangat baru saja menyapu tengkuk hingga dadanya. Rasanya hangat da
Lizbeth baru saja kembali ke sebuah resort di tepi pantai di kota New York, dimana tadinya dia akan melangsungkan pernikahan hari ini.Saat Lizbeth kembali pemberkataan pernikahan telah selesai, tinggal menunggu resepsi nanti malam. Kedua keluarga berkumpul di salah satu ruangan di dalam resort itu. Sedangkan para tamu undangan masih berada di sekitar lokasi pernikahan.Saat ini Lizbeth tengah mengemasi pakaiannya ke dalam koper, karena hari ini dia sudah memesan pesawat untuk kembali ke Los Angeles.Saat dia hendak meninggalkan kamar hotel, dia berpapasan dengan Martha, ibu tirinya. Tatapan Martha penuh senyuman penghinaan. Seolah dia sedang menertawakan kekalahan Lizbeth. “Aku hanya pulang untuk mengambil barangku.”Martha bersedekap seraya tersenyum miring. “Jangan muncul di hadapan para tamu undangan. Perempuan jelek sepertimu tidak pantas untuk Elmer, jangan salahkan Valeria, semua ini salahmu karena tidak becus menjaga pacarmu.”Lizbeth melotot, tatapan matanya membuat Marth
Waktu telah berlalu, akhirnya Lizbeth kembali bekerja. Setelah satu minggu menghabiskan masa cutinya dipenginapan. Sebelum berangkat kerja, dia memakan sepotong roti. Lalu pergi menaiki bus menuju tempat kerjanya. Lizbeth bekerja di sebuah perusahaan Real Estate sebagai resepsionis.Setibanya di perusahaan, dia mendengar bisikan teman-temannya yang satu divisi dengannya.“Aku dengar pernikahannya gagal! Kekasihnya lebih memilih menikahi kakaknya.”“Kasihan sekali. Pasti kakaknya lebih cantik, sampai hari inipun aku heran. Bisa-bisanya si cupu seperti dia bekerja di sini.”“Aku dengar, dia menggoda kepala divisi kita.”Lizbeth yang berada di loker pura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan. Dia mengabaikannya begitu saja. Hingga sebuah suara terdengar membanting pintu loker.“Jaga bicara kalian. Hati Lilibeth, jauh lebih cantik daripada mulut kalian berdua!” tegur Grace teman dekat Lizbeth.Kedua perempuan yang membicarakan Lizbeth pergi. Grace menghampiri Lizbeth yang kini menu
‘Mungkin ini hanya perasaanku saja.’“Sebaiknya kamu jangan melamun. Jika CEO killer melihatnya, kamu bisa habis diomelinya.”“CEO Killer?” Lizbeth dan Angela berjalan ke arah meja resepsionis.“Kamu tidak tahu CEO kita?”Lizbeth menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu apapun.”Angela memperhatikan Lizbeth dari atas sampai ujung kakinya. Angela menggelengkan kepalanya.“Jujur saja kamu tidak cantik. Sebagai seorang resepsionis, kita harus tampil cantik. Ada bagusnya kamu tidak lagi memakai kacamata, sebaiknya kamu memakai lensa kontak, dan make up mu ini, aduh … lalu, gaya rambutmu ini kuno sekali. Sepertinya kamu tidak akan lama bekerja di sini.”Lizbeth terkejut mendengarnya. “Apa maksudmu?”“Ada desas desus kalau bos kita keturunan mafia! Dia sangat kejam, resepsionis sebelummu, dia hanya hanya bertahan selama satu minggu!” bisik Angela.“Hah?”Setelah itu Angela tidak lagi memberitahu kelanjutan ceritanya. Lizbeth dan Angela mulai fokus kepada pekerjaan masing-masing.Lucien, y
Rapat itu menjelaskan mengenai strategi dan penjualan untuk properti baru yang akan segera digarap oleh KINGSLEY properti. Mereka menargetkan perumahan kelas elit untuk para orang kaya raya. “Update kembali izin pembangunan. Untuk desainnya, kali ini saya ingin mengadakan sayembara, mengenai keuangan kalian bisa diskusikan dengan sekretaris saya. Rapat selesai.”Lucien berdiri dan diikuti oleh Lucien. Lucien dan Kilian menaiki lift, Lucien memegang ponselnya.“Beritahu keluargaku, aku tidak bisa makan malam bersama mereka.”“Baik, Pak.”Usai lift terbuka, Lucien masuk ke dalam ruangan kerjanya. Tidak selang lama, Kilian masuk membawakan sebuah dokumen yang berhubungan dengan informasi Lizbeth.Dokumen itu berisi tentang informasi pribadi Lizbeth, serta keluarganya. Riwayat pendidikannya, serta hubungan asmaranya yang belum lama ini kandas. Lucien menyunggingkan bibirnya usai membaca semua itu.“Bagaimana dengan rekaman cctv di tempat yang lain?” tanya Lucien.Kilian mengambil sebuah
Lizbeth melotot, napas Lucien terasa hangat menyapu telinganya. Setelah mengatakan itu, Lucien tidak melanjutkan perkataannya. Lizbeth pun berdiri dengan tegak.“Nanti, Kilian akan memberitahumu. Kau … sama sekali tidak boleh menolak.”Lucien mengangkat tangannya sebagai isyarat, agar Lizbeth segera meninggalkan ruangan kerjanya. Tanpa mengucap kata, Lizbeth membungkuk lalu pergi.Lizbeth masuk ke dalam lift, saat di lift beberapa pegawai di kantor menatapnya sinis. Mereka juga sengaja berbisik di hadapan Lizbeth.“Kau sudah tahu, akhir-akhir ini dia sering sekali naik ke lantai tertinggi.”“Aku sudah mendengarnya. Dia pasti sedang menggoda CEO kita, wajar saja dia melakukan itu. Aku dengar kekasihnya pergi menikahi gadis lain, dia pasti frustasi!”Mendengar mereka membicarakannya membuat Lizbeth menatap mereka. Kedua pegawai di lift itu menatap balik Lizbeth.“Tolong jangan membuat berita yang tidak benar. Jika kalian penasaran dengan cerita aslinya, kalian bisa tanyakan padaku.”
Seusai mandi, Lucien makan malam di bawah di temani oleh Kilian. Bukan sekali dua kali, Kilian memang kerap kali menemani Lucien makan bersama. Terkadang di meja besar ini, Lucien hanya makan seorang diri, bersama banyak hidangan lezat.Kepala pelayan perempuan bernama Freya membungkuk kepada Lucien.“Tuan, Nyonya meminta Anda untuk pulang di akhir pekan ini.” Setelah menyampaikan pesan itu, Freya mundur dan menjauh dari meja makan.Lucien yang sedang mengunyah makannya, kemudian meneguk segelas air putih.“Bukannya aku sudah memintamu untuk memberitahu dia, kalau aku sedang sibuk?”“Saya sudah memberitahu ibu Anda. Ibu Anda meminta saya mengosongkan jadwal Anda.”“Kau saja yang pergi mewakiliku.”Kilian diam menatap Lucien. Alasan Lucien malas bertemu dengan ibunya, karena sang ibu terus menjodohkannya dengan banyak gadis. Sedangkan gadis yang dicarikan ibunya tidak memenuhi standarnya. Di mata Lucien, mereka hanya menyukai paras tampannya. Juga uangnya, tidak ada yang tulus. Lucien
“Lucien, jangan, uuuh!”Lizbeth merasakan napas Lucien mulai tidak beraturan, dia juga menyadari kalau Lucien tidak akan mudah melepaskannya.Kini kemeja Lizbeth terbuka sepenuhnya, memperlihatkan bra dan tanda merah yang belum sepenuhnya memudar. Lucien membuat tanda di tempat yang sama, dan ciuman Lucien semakin naik ke atas dan mengulum bibir Lizbeth. Tubuh Lucien benar-benar mendominasi. Tubuhnya hampir sepenuhnya menindih tubuh Lizbeth, membuat Lizbeth sama sekali tidak bisa melawan, ciuman Lucien semakin liar dan tangannya telah merobek sepenuhnya bagian belakang stocking yang dikenakan oleh Lizbeth.“Berhenti!” pinta Lizbeth, takut dia tidak bisa mengendalikan dirinya.Namun, Lucien sama sekali tidak mengindahkan perkataannya. Dia terus menciumi bagian tubuhnya. Saat Lucien menyesap tengkuk Lizbeth, suara Lizbeth terdengar. “Aku Mengingatmu!”Setelah mendengar jawaban dari Lizbeth, Lucien tidak menghentikan aksinya. Dia mendaratkan bibirnya kembali di bibir Lizbeth, membuat L
Rapat itu menjelaskan mengenai strategi dan penjualan untuk properti baru yang akan segera digarap oleh KINGSLEY properti. Mereka menargetkan perumahan kelas elit untuk para orang kaya raya. “Update kembali izin pembangunan. Untuk desainnya, kali ini saya ingin mengadakan sayembara, mengenai keuangan kalian bisa diskusikan dengan sekretaris saya. Rapat selesai.”Lucien berdiri dan diikuti oleh Lucien. Lucien dan Kilian menaiki lift, Lucien memegang ponselnya.“Beritahu keluargaku, aku tidak bisa makan malam bersama mereka.”“Baik, Pak.”Usai lift terbuka, Lucien masuk ke dalam ruangan kerjanya. Tidak selang lama, Kilian masuk membawakan sebuah dokumen yang berhubungan dengan informasi Lizbeth.Dokumen itu berisi tentang informasi pribadi Lizbeth, serta keluarganya. Riwayat pendidikannya, serta hubungan asmaranya yang belum lama ini kandas. Lucien menyunggingkan bibirnya usai membaca semua itu.“Bagaimana dengan rekaman cctv di tempat yang lain?” tanya Lucien.Kilian mengambil sebuah
‘Mungkin ini hanya perasaanku saja.’“Sebaiknya kamu jangan melamun. Jika CEO killer melihatnya, kamu bisa habis diomelinya.”“CEO Killer?” Lizbeth dan Angela berjalan ke arah meja resepsionis.“Kamu tidak tahu CEO kita?”Lizbeth menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu apapun.”Angela memperhatikan Lizbeth dari atas sampai ujung kakinya. Angela menggelengkan kepalanya.“Jujur saja kamu tidak cantik. Sebagai seorang resepsionis, kita harus tampil cantik. Ada bagusnya kamu tidak lagi memakai kacamata, sebaiknya kamu memakai lensa kontak, dan make up mu ini, aduh … lalu, gaya rambutmu ini kuno sekali. Sepertinya kamu tidak akan lama bekerja di sini.”Lizbeth terkejut mendengarnya. “Apa maksudmu?”“Ada desas desus kalau bos kita keturunan mafia! Dia sangat kejam, resepsionis sebelummu, dia hanya hanya bertahan selama satu minggu!” bisik Angela.“Hah?”Setelah itu Angela tidak lagi memberitahu kelanjutan ceritanya. Lizbeth dan Angela mulai fokus kepada pekerjaan masing-masing.Lucien, y
Waktu telah berlalu, akhirnya Lizbeth kembali bekerja. Setelah satu minggu menghabiskan masa cutinya dipenginapan. Sebelum berangkat kerja, dia memakan sepotong roti. Lalu pergi menaiki bus menuju tempat kerjanya. Lizbeth bekerja di sebuah perusahaan Real Estate sebagai resepsionis.Setibanya di perusahaan, dia mendengar bisikan teman-temannya yang satu divisi dengannya.“Aku dengar pernikahannya gagal! Kekasihnya lebih memilih menikahi kakaknya.”“Kasihan sekali. Pasti kakaknya lebih cantik, sampai hari inipun aku heran. Bisa-bisanya si cupu seperti dia bekerja di sini.”“Aku dengar, dia menggoda kepala divisi kita.”Lizbeth yang berada di loker pura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan. Dia mengabaikannya begitu saja. Hingga sebuah suara terdengar membanting pintu loker.“Jaga bicara kalian. Hati Lilibeth, jauh lebih cantik daripada mulut kalian berdua!” tegur Grace teman dekat Lizbeth.Kedua perempuan yang membicarakan Lizbeth pergi. Grace menghampiri Lizbeth yang kini menu
Lizbeth baru saja kembali ke sebuah resort di tepi pantai di kota New York, dimana tadinya dia akan melangsungkan pernikahan hari ini.Saat Lizbeth kembali pemberkataan pernikahan telah selesai, tinggal menunggu resepsi nanti malam. Kedua keluarga berkumpul di salah satu ruangan di dalam resort itu. Sedangkan para tamu undangan masih berada di sekitar lokasi pernikahan.Saat ini Lizbeth tengah mengemasi pakaiannya ke dalam koper, karena hari ini dia sudah memesan pesawat untuk kembali ke Los Angeles.Saat dia hendak meninggalkan kamar hotel, dia berpapasan dengan Martha, ibu tirinya. Tatapan Martha penuh senyuman penghinaan. Seolah dia sedang menertawakan kekalahan Lizbeth. “Aku hanya pulang untuk mengambil barangku.”Martha bersedekap seraya tersenyum miring. “Jangan muncul di hadapan para tamu undangan. Perempuan jelek sepertimu tidak pantas untuk Elmer, jangan salahkan Valeria, semua ini salahmu karena tidak becus menjaga pacarmu.”Lizbeth melotot, tatapan matanya membuat Marth
“Uuuh —”Sentuhan hangat terasa membakar tubuh Lizbeth, saat bibir pria itu mendarat di tengkuknya. Tangannya yang gagah meraba ke dalam dres merah, menekan keindahan yang belum pernah terjamah.Ketika mata keduanya saling bertemu, pria tampan itu mendekap erat tubuh Lizbeth seraya mendaratkan bibirnya, menciumnya dengan lembut. “Mmmmptth.”Ciuman itu mampu menghipnotis Lizbeth. Dalam waktu singkat pakaian yang dikenakan mereka saling berjatuhan ke lantai. Lizbeth memeluk pria itu, seraya membalas setiap ciuman yang diberikan pria itu. Semakin Lizbeth menciumnya, semakin tenggorokannya terasa kering, membuatnya semakin tidak bisa berhenti menciumnya.Napas yang semakin memburu membuat keduanya semakin tidak bisa menahan gejolak di dada. Sentuhan tangannya menyapu punggung halus Lizbeth yang terekspos. “Aku pasti akan memuaskanmu,” ucapnya seraya membelai wajah Lizbeth.Kelopak mata Lizbeth bergetar, saat sesuatu yang hangat baru saja menyapu tengkuk hingga dadanya. Rasanya hangat da