Aku mengulurkan tangan dan menyentuh kaki Beti untuk membangunkannya. Dia sudah tertidur selama hampir 2 jam. Kami berada di luar pantai Kuta dan aku memerlukannya untuk mengemudi agar aku bisa melihat truk Bobi pada semua hotel murah sekitar sini.
"Kita sudah sapai?" Gumamnya mengantuk dan duduk di kursinya.
"Hampir. Aku memerlukanmu untuk menyetir. Aku akan mencari truk milik Bobi."
Beti menatapku dengan bosan. Aku tahu dia melakukan ini hanya dengan harapan bisa membawaku kembali ke Kuta dan menjagaku di sana. Dia sama sekali tidak peduli tentang menemukan Bobi. Tapi aku butuh tumpangan. Aku akan pergi ke tempat Bobi. Dia dan aku akan bicara. Dia tidak punya hak untuk menemui Rudy. Aku hanya berharap dia tidak mengatakan pada Rudy tentang apa yang sudah ku beli.
Bukan berarti aku ingin menyembunyikan rahasia itu dari Rudy. Hanya saja aku tidak akan membiarkan semuanya hilang begitu saja. Aku perlu memprosesnya. Mencari tahu apa yang harus aku lakukan s
Aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk datang ke sini. berdiri di depan rumahnya. Segalanya masih terlalu jelas. Bagaimana di malam pertama kali aku tiba di sini dan juga bagaimana terakhir kali aku meninggalkan tempat ini.Aku berdiri di depan Rudy. Melihatnya. Dia tampak agak kacau. Kami berdiri agak lama dan diam."Halo Rudy." Kataku."Aileen." Katanya pelan.Aku mengulurkan tangan ke atas rambutku. Aku gugup. aku selalu melakukannya ketika aku gugup. Sudah tiga minggu aku tidak bertemu dengan Rudy. Dan hari ini aku mengumpulkan keberanianku untuk datang menemuinya."Bisakah kita bicara?" Tanyaku."Tentu saja." Jawabnya dan melangkah mundur agar aku bisa masuk. "masuklah."Aku berhenti dan melirik ke arah rumah. Apakah Ayahku dan ibunya ada di sini? Apakah Grizelle ada di sini juga? Aku tidak ingin bertemu dengan mereka. Jika mereka ada di sini, maka aku akan berbalik dan pergi dan mengurungkan niatku untuk bicara dengan
Seolah dia tahu kalau aku akan datang. Aku sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Jery. Aku rasa Jery tahu di mana aku harus menemukan Raka. Tetapi raka sudah menungguku di pintu saat aku membuka pintu masuk kantor belakang klub."Dan dia kembali. Sejujurnya aku pikir kau sudah tidak akan kembali lagi." Kata Raka saat pintu tertutup di belakangku."Mungkin hanya sebentar." Jawabku.Raka berkedip padaku dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara.""Oke." Kataku sambil mengikutinya."Beti sudah menelponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah ebertemu denganmu. Memastikan kau mendapat pekerjaanmu kembali." Kata Rasa sambil membuka pintu kantornya dan menahannya supaya aku bisa masuk ke dalam. "Tapi yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekita sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minguu lalu dan meni
Seolah dia tahu kalau aku akan datang. Aku sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Jery. Aku rasa Jery tahu di mana aku harus menemukan Raka. Tetapi raka sudah menungguku di pintu saat aku membuka pintu masuk kantor belakang klub."Dan dia kembali. Sejujurnya aku pikir kau sudah tidak akan kembali lagi." Kata Raka saat pintu tertutup di belakangku."Mungkin hanya sebentar." Jawabku.Raka berkedip padaku dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara.""Oke." Kataku sambil mengikutinya."Beti sudah menelponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah ebertemu denganmu. Memastikan kau mendapat pekerjaanmu kembali." Kata Rasa sambil membuka pintu kantornya dan menahannya supaya aku bisa masuk ke dalam. "Tapi yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekita sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minguu lalu dan meni
Seolah dia tahu kalau aku akan datang. Aku sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Jery. Aku rasa Jery tahu di mana aku harus menemukan Raka. Tetapi raka sudah menungguku di pintu saat aku membuka pintu masuk kantor belakang klub."Dan dia kembali. Sejujurnya aku pikir kau sudah tidak akan kembali lagi." Kata Raka saat pintu tertutup di belakangku."Mungkin hanya sebentar." Jawabku.Raka berkedip padaku dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara.""Oke." Kataku sambil mengikutinya."Beti sudah menelponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah ebertemu denganmu. Memastikan kau mendapat pekerjaanmu kembali." Kata Rasa sambil membuka pintu kantornya dan menahannya supaya aku bisa masuk ke dalam. "Tapi yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekita sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minguu lalu dan meni
Aku membutuhkan barang-barangku dan aku harus menjual trukku. Truk itu tidak bisa berjalan jauh lagi. Bobi sudah memeriksanya untukku minggu lalu setelah tahu kalau truk itu sudah rusak dan dia mengatakan kalau dia bisa memperbaikinya. Namun biaya untuk memperbaiki segala kerusakannya akan menghabiskan lebih banyak dari yang bisa aku keluarkan. Jika aku menelepon dan bertanya kepada oma atau Bobi untuk mengirim barang-barangku dan menjual trukku sepertinya tidak benar. Mereka layak mendapat penjelasan atau setidaknya oma harus mendapat penjelasan. Dia memberikanku tempat tinggal, dan memberiku makan selama tiga minggu. Aku sudah harus kembali ke sana untuk mengambil sendiri barang-barangku dan mengucapkan selamat tinggal pada oma. Raka sudah memberiku beberapa hari untuk menyelesaikan semua urusanku sebelum aku mulai kembali bekerja.Beti sudah meminta izin kemarin untuk membawaku mengajukan pemeriksaan untuk kandungan. Sudah waktunya aku untuk memeriksakan diri ke dokter, ta
Aku berjalan keluar dari apartemen Beti sambil membawa dua gelas kopi. Aku membuat teh untuk diriku sendiri dan satunya lagi kopi untuk Rudy. Aku masih berpikir kafein tidak bagus untuk si bayi. Aku melihat Rudy berjalan keluar dari sisi pengemudi mobilnya. Dia memakai celana jeans hitam dan kaos biru dengan jaket kulit dan kacamata hitam. Dia terlihat seperti seorang rockstar."Aku membawakanmu kopi karena kau sudah bangun pagi-pagi untukku. Aku tahu kalau bangun cepat bukanlah kebiasaanmu." Kataku tidak yakin dengan apa yang kukatakan setelah aku mendapatinya sedang sibuk melihat kakiku."Terima kasih." Jawabnya sambil tersenyum dan menerima gelas kopi yang kusodorkan.Aku cemas dan tidak bisa tidur sampai pagi. Berada dekat dengannya tanpa melewati kecanggungan sepertinya sangat tidak mungkin. Aku harap aku bisa naik bus. Rudy membukakan pintu mobil untukku agar aku bisa masuk. Aku tersenyum singkat yang dia balas dengan senyuman lebar sebelum menutup pintu d
Hari pertama kembali bekerja dan Raka menugaskan aku di ruang makan. Untuk shift sarapan dan makan siang. Tidak baik. Aku berdiri di luar dapur secara mental mempersiapkan diri untuk tidak berpikir tentang bau masakan. Bangun pagi disertai mual, aku memaksakan diriku untuk makan dua biskuit asin dan minum teh jahe , hanya itu yang bisa masuk ke perutku.Saat aku berjalan memasuki dapur, bau masakan masuk ke hidungku. Telur goreng… Oh Tuhan…“Kau tahu rasanya menyenangkan kalau kau sebenarnya disuruh bekerja disana,” kata Jery dari belakangku. Aku berbalik, terkejut dari konflik di batinku dan melihat dia tersenyum geli kepadaku. “Para juru masak tidak begitu buruk. Kau akan bisa mengatasi teriakannya dalam waktu yang singkat. Selain itu, terakhir kali kau membuat mereka akan melakukan apapun yang kau minta.”Aku memaksakan diri untuk tersenyum. “Kau benar. Aku bisa melakukan ini. Kurasa, aku hanya belum siap pada orang
Beti mengulurkan tangannya dan meremas tanganku. Dia berada di sampingku ketika aku duduk menunggu di dalam ruang dokter. Aku kencing di wadah kecil dan sekarang kami menunggu untuk mendengar hasilnya. Jantungku berdetak dengan kencang. Ada kemungkinan tapi sangat tipis kalau aku mungkin tidak hamil. Aku sudah mencari tahu mengenai hal itu semalam. Tes kehamilan yang beli di apotik dan di tes di rumah bisa saja salah dan bisa saja aku hanya merasa sakit karena di benakku berpikir aku hamil.Pintu terbuka dan seorang perawat masuk ke dalam. Dia tersenyum saat melirik dari Beti lalu ke arahku. “Selamat. Hasilnya positif. Anda hamil.”Beti meremas erat tanganku. Aku sudah tahu ini jauh di lubuk hatiku tetapi mendengar perawat mengatakannya membuat hal itu menjadi lebih nyata. Aku tidak akan menangis. Bayiku tidak perlu tahu kalau aku menangis ketika aku tahu aku hamil. Aku menginginkan dia baik laki-laki atau perempuan yang akan selalu merasa di cintai. Ini bu