bab 33Pov juita. Sepulangnya dari kafe tadi Juita Langsung menghampiri rumah seseorang, yang akan menjalakan misi darinya Tok tok... Juita mengetuk pintu rumah mewah di depannya"Baron, buka pintunya ini aku Juita," ujarnya di depan pintu. Tak berselang lama pintu di buka oleh pria paruh baya bertubuh kekar dan banyak tato di sekujur tubuhnya karena dia hanya menggunakan kaos singlet dan celana pendek saja , bahkan prawakannya sangat sangar siapa pun yang melihatnya pasti akan berdigik ngeri. "Masuk," ujar Baron datar.Juita tak memperdulikan ekspresi Baron dan segera mengekor di belakangnya, "Ada apa kamu menemuiku," tanya Baro thotepoin.Saat mereka sudah duduk di ruang tamu."Aku hanya butuh bantuanmu," ujarku pada Baron. "Culik anak ini," aku merogoh tas dan menaruh foto anak Risma di atas meja. "Apa untungnya aku jjka aku meculik anak ini," Baron berujar sambil meraih foto yang Juita letakkan di atas meja. "Jika kamu berhasil aku akan memberimu upah yang setimpal," aku
bab 34Andre menghubungi semua anak buahnya dan menyuruh meraka untuk melacak keberadaan penculik Alvin, karena anak buah Andre sangat lihai dalam menangani kasus seperti ini. "Saya mau kamu secepatnya menemukan penculik itu," ujar Andre berbicara di telepon dengan anak buahnya. "Baik Bos percayakan saja pada saya, dalam waktu kurang dari 5jam pasti saya akan menemukan keberadaan penculik itu," ujarnyaSetelah mendengar jawaban dari anak buahnya Andre langsung mematikan sambungan teleponnya.Para ibu-ibu yang belum pulang ikut membantu bu Lastri untuk membuat Risma sadar. "Alvin mana Bu," ujar Risma dengan surasa pelannya. "Alhamdulillah akhirnya kamu sadar juga Ris,""Kamu yang sabar Ris, berdoa saja semoga Alvin baik-baik saja." ujar bu Emi pasa Risma yang menangis sesegukan saat sudah ingat bahwa Alvin sedang di culik. "Bagaimana aku bisa tenang Bu, kalau keberadaan Alvin saja aku tak tau," ujatku pada bu Emi. "Maafkan ibu Ris, karena kelalaian ibu menjaga Alvin sehingga memb
bab 35"Bagaimana Tan, apakah anak buah tante berhasil," Kalista menanyakan tentang penculikan Alvin dari seberang telpon pada Juita. "Awalnya mereka berhasil Lis, tapi Andre malah lebih dulu menemukan keberadaan Baron sebelum tante mengambil anak Risma itu," jawab Juita dengan nada kesal. Mendengar jawaban Juita membuat Kalista mengumpat, "Si*l, terus bagamana Tan, untuk membuat Risma menjauh dari Andre, aku takut Andre malah jatuh cinta sama Risma," Ujar Kalista dengan nada cemas."Kamu tak usah khawatir Lis, sampai mati pun tante tak akan merestui hubungan mereka,""Makasih ya tante sudah mau berada di pihakku," "Ya Lis, sudah dulu sepertinya ada orang di luar," ujar Juita Langsung mematikan sambungan teleponnya."Jika cara penculikan itu gagal maka tak ada cara lain, selain melenyapkan Risma untuk selamanya." ucap kalista dalam hati sambil meremas ponsel dalam genggamannya.š¹š¹Hari begitu cepat berlalu sejak kejadian penculikan yang terjadi pada Alvin 6 bulan yang lalu kini k
bab 36Pov 3Saat membuka mata, Risma meringis kesakitan karena merasakan kepalanya begitu nyeri serta tubuhnya yang terasa remuk, saat sadar bahwa dirinya tengah di ikat Risma meronta sekuat tenaga di berusaha melepaskan ikatan pada tangannya. Ingin berteriak dia tak bisa karena mulutnya di sumpal dengan kain. "Wah, wah, wah, baguslah akhirnya kamu sadar juga," ujar Kalista yang baru memasuki ruangan tempat Risma di sekap. Risma terbelalak kala melihat Kalista yang memasuki ruangan, dan merasa takut karena Kalista membawa pist*l di tangannya.Risma ingin bicara tapi tak bisa, karena sumpalan di mulutnya belum di buka. "Buka sumpalannya," Kalista memeribtah anak buahnya untuk membuka kain yang ada di mulut Risma. Tanpa banyak bicara bawahannya pun segera melangkah mendekati Risma dan membuka kain di mulut Risma. "Apa salahku Lis, sehingga kamu ingin menyakitiku," Risma berteriak pada Kalista. yang berdiri tak jauh darinya. "Kamu masih bertanya apa salah mu padaku, biar aku inga
Setibanya di tempat Risma di sekap, mereka mengamati gudang tua itu dari kejauhan, karena tak mungkin mereka langsung menerobos masuk ke sana, karena sama saja mereka cari mati, karena mereka tak memiliki senjata.Andre turun dari mobil, di ikuti oleh Adam dan Rizki yang juga turun dari mobilnya.Mereka melangkah mengendap-endap, mulai mendetaki gudang itu dan bersembunyi di balik semak-semak.Melihat ada 2 orang penjaga di depan gudang yang mondar-mandir terus mengawasi keadaan sekitar. Mereka dapat menyimpulkan kali ini dalang di balik penculikan ini, bukalah orang sembarangan."Apakah kamu yakin Dam para polisi akan membantu kita," Andre bertanya dengan berbisik pada Adam."Baguslah, semoga saja polisi cepat sampai, dan kita sekarang bagi tugas, Rizki kamu alihkan perhatian mereka, sedangkan aku akan masuk kedalam untuk menyelamarkan Risma," tutur Andre. "Ok, aku setuju," balas Rizki. "Hati-hati Riz," ujar Adam sebelum Rizki berlari keluar dari tempat persembunyian mereka. "Siap
Setelah sadar bu Yana, ibunya Rizki langsung bertetiak memanggil nama Rizki, "Rizkii, Rizki mana pah, dia masih hidupkan pa, ini semua cuma mimpikan pa, jawab mama pa, jangan diam saja," ujar Bu Yana menatap pak Rohman yang diam dengan ekspresi sedih. "Yang sabar Ma, ikhlaskan Rizki agar dia bisa tenang," tutur pak Rohman sambil memeluk istrinya, walaupun dia juga merasa kehilangan tapi dia tak ingin terlihat rapuh di depan istrinya, dia harus pura-pura tegar, untuk menguatkan istrinya."Ayo, ma, kita bawa pulang jenazah Rizki," ujar pak Rohman sambil membantu bu Yana turun dari brangkar.Setelah sampai di ruangan jenazah, bu Yana kembali histeris kala melihat tubuh anaknya sudah terbaring kaku, dia menangis sambil memeluk tubuh Rizki."Kenapa kamu tega ninggalin Mama, bawa mama Riz, mama tak akan sanggup bila harus kehilangan kamu," "Sabar, Ma, mungkin ini sudah takdir," ujar pak Rohman parau, dia juga tak sanggup menahan air matanya kala melihat kesedihan sang istri dan harus kehi
bab 39Malam harinya, Risma dan Andre sedang asik menikmati malam pertama mereka. "Sayang," suara Andre terdengar serak, dia sudah tak dapat menahan lagi keinginannya, untuk menyentuh tubuh istrinya. Tanpa menunggu lama Andre, pun kembali melumat bibir Risma dengan lembut, Andre menurunkan ciumannya pada leher jenjang Risma, membuat Risma mengerang menikmati setiap sentuhan lembut dari Andre. Mendengar erangan Risma membuat Andre semakin bersemangat untuk melanjutkan aktivitas mereka ranjang mereka. Hingga larut malam aktivitas keduanya belum juga usai, membuat Risma kerkulai lemas di bawah kukungan Andre. "Aaakk, sayang," Andre mengerang penuh kenikmatan saat sudah sampai pada puncaknya. Nafas keduanya berderu, keringat pun membasahi tubuh keduanya. "Makasih sayang," Andre mencium kening Risma lalu menutupi tubuh mereka dengan selimut, tak butuh waktu lama mreka berduapun langsung terlelap. ***Sinar matahari menembus elah-celah gorden, tapi kedua insan yang masih bergulung d
bab. 40Jika aku boleh jujur aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di muka bumi ini, rasanya aku begitu menyesal karena dulu sempat meragukan ketulusan Mas Andre. Bahkan aku juga sempat menolaknya hingga pada akhirnya aku luluh juga kala melihat Mas Andre begitu serius padaku. "Sayang," Tangan Mas Andre memeluk tubuhku dari belakang. "Apa yang kamu fikirin, kok Mas perhatiin dari tadi kamu melamun aja.""Gak papa Mas aku cuman lagi bahagia aja, karena kita pada akhirnya bisa bersama juga, aku juga minta maaf karena dulu pernah meragukan kamu," Ucapku jujur pada Mas Andre. "Yang lalu biarkan berlalu sayang, kamu tak usah mengingatnya lagi, Mas mengerti dulu mungkin kamu meragukan Mas karena kamu pernah mengalami kegagalan, dan Mas akan membuat kamu melupakan semuanya, perlahan tapi pasti Mas akan menyembuhkan luka masa lalumu itu.""Makasih Mas, karena kamu telah membuatku bahagia, aku harap bukan hanya saat ini saja kamu memperlakukanku seperti ini, aku hanya berharap set
50Kehidupan Risma dan Andre semakin tentram dan bahagia, dulu Risma mendapat seorang suami yang tega menalaknya dan memilih wanita lain, namun Risma sekarang sangat bersyukur karena Allah telah memberinya seorang pengganti yang lebih menyayangi dirinya bahkan bisa di bilang Risma selalu di ratukan oleh Andre, Andre tak pernah sekalipun berbuat kasar pada Risma bahkan meninggikan suaranya pun Andre belum pernah. "Sayang lagi ngelamunin apa sih.?" Andre memeluk tubuh Risma dari arah belakang."Nggak ada apa-apa kok Mas.""Kinara boboknya nyenyak banget ya." ucap Andre menoleh kearah kasur di mana Kinara sedang tertidur dengan pulas, Kinara memang masih satu kamar dengan Risma walaupun Risma sudah menyewa seorang baby sitter namun Risma tak ingin lepas tangan begitu saja, apalagi Kinara masih asi. "Makasih ya Mas.""Untuk,?" Tanya Andre sambil membalik tubuh Risma. "Untuk semuanya, makasih karena Mas selama ini tak pernah berlaku kasar padaku, bahkan Mas tak pernah protes walaupun k
49 Satu tahun telah berlalu kini kehidupan Reza semakin tak karuan bahkan Emeli memilih meninggalkan Reza yang semakin gila dengan minuman dan tak hentinya melakukan judi membuat Emeli tak kuat dengan sifat abangnya itu, Emeli memilih ngontrak tak lagi mau tinggal serumah dengan abangnya. "Mel, gimana Abang Lo masih gak berubah dia masih doyan minum.?""Nggak tau gue udah lama banget gak bertemu dia, dan udah gak tau kabarnya lagi.""Lo gak pernah pulang ke rumah lagi Mel.?""Nggak gue masih tinggal di kontrakan gak mau gue lihat bang Reza yang tiap harinya pulang mabuk dan selalu saja gemar berjudi hingga hutangnya di mana-mana.""Mungkin ini adalah hukuman buat bang Reza dulu dia jahat banget sama mbak Risma bahkan menalak mbak Risma saat mbak Risma tengah hamil, dan malah memilih menikah dengan wanita lain. Dan sekarang kehidupan bang Reza malah semakin tak karuan, entahlah gue bingung sebenarnya gue merasa kasian melihat keadaan bang Reza tapi gue juga merasa kecewa sama bang Re
48Reza baru saja pulang karena mendapat kabar jika ibunya sudah tiada, Reza memasuki rumahnya, kakinya tiba-tiba lemas saat melihat tubuh ibunya yang sudah terbaring kaku di tutupi oleh lain jarik, banyak warga yang membacakan surat yasin di samping sang ibu, Emeli menangis tergugu, di samping ibunya. Dengan langkah berat Reza mendekati jasad sang ibu, Reza membuka kain yang menutup wajah ibunya, saat melihat wajah sang ibu yang sudah pucat pasi, Reza tak kuasa manahan air matanya, rasa penyesalan tiba-tiba menelusup kerongga dadanya. "Apakah Mas puas, melihat ibu yang sudah tak bernyawa seperti ini,?" Ujar Emeli, dengan suara lirih. Namun Reza tak menanggapi ucapan adiknya itu, Reza memeluk tubuh bu Lusi diiringi oleh isak tangisnya."Maafkan Reza bu, maaf," lirih Reza sambil tergugu. Jasad bu Lusi pun di mandikan oleh warga, selesai di mandikan dan di kafanin, barulah jenazah itu di salatkan. Setelahnya mereka membawa jasad bu Lusi untuk di kebumikan. Dipemakaman umum yang ada
47Reza masih saja bersenang-senang dengan wanita sewaannya, dia tak memikirkan keadaan sang ibu yang sedang koma di rumah sakit, ibunya yang sedang bertaruh antara hidup dan mati, namun Reza malah asik bersenang-senang dengan wanita di club malam. "Ada apa dengan ibu dok,?" Emeli bertanya dengan nada cemas saat melihat raut wajah dokter yang sangat sendu. "Maaf mbak, saya harus menyampaikan jika ibu mbak sudah tak tek tertolong," Lirih dokter itu, membuat Emeli syok dan hampir saja limbung jika tangannya tak berpegangan pada tembok. "Jangan bercanda dok, ibu saya gak mungkin mati, ibu saya pasti masih hidup, dokter bohongkan,?" Emeli mengguncang tubuh dokter itu. "Maaf mbak, saya tak sedang bercanda saya serius," Jawab dokter itu dengan sungguh-sungguh membuat Emeli jatuh bersimpu di lantai. "Nggak, nggak mungkin, ibu gak mungkin pergi secepet ini," Raung Emeli di iringi dengan tangissannya yang mulai pecah. "Yang sabar mbak, agar ibu mbak bisa tenang di alam sana, saya permisi
46"Aku harus apa sekarang bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan uang banyak untuk biaya pengobatan ibu, sedangkan bang Reza malah seperti itu," Emeli hanya bisa menghela nafas kasar. Kala memikirkan biaya rumah sakit yang pastinya tak sedikit jumlahnya nanti yang harus ia tanggung. "Mel," Teman-teman Emeli datang mengunjungi Emeli yang sedang ada di rumah sakit."Kalian kesini,?" Emeli bangkit menyapa teman-teman nya. "Gimana kabar nyokap Lo Mel,?""Masih koma, gak tau gue lihat kondisi nyokap kek gini,""Yang sabar Mel, doakan saja, semoga nyokap lo cepat sadar.""Makasih loh, kalian udah mau repot-repot datang kesini,""Santai aja kali Mel, kita kan bestie.""Abang Lo mana,?""Gak tau, tadi dia keluar,""Boleh gak sih kita lihat kondisi nyokap Lo,""Boleh aja tapi harus gantian,""Ok lah,"Teman-teman Emeli masuk secara bergantian keruang rawat Bu Lusi. ***Malam harinya Risma dan Ande masih menikmati masa-masa pengantin barunya, Risma merasa sangat bahagia mendapat perlak
45 bu Lusi lumpuh. Saat Risma dan Andre telah pergi Emeli kembali duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat ibunya itu. "Ya Allah apakah Ini adalah karma untuk ibu," gumam Emeli yang kembali mengingat semua kenangan buruk di masalalu yang pernah ibunya lakukan pada Risma. "Apa yang kamu pikirin Mel," ucap Reza yang baru saja kembali. "Abang dari mana,?" Emeli malah balik bertanya. "Abang dari luar, ini abang beliin cemilan buat kamu juga," Reza mengulurkan sebuah bungkusan kearah Emeli. Namun Emeli enggan menerima cemilan yang Reza belikan. "Di situasi begini abang masih bisa foya-foya, abang sebenarnya kasian gak sih sama ibu, yang sedang terbaring koma, seharusnya uang yang di beri mbak Risma tadi abang simpan untuk biaya pengobatan ibu, bukan untuk foya-foya, kita akan membayar dengan apa biaya rumah sakit ini bang, kalau kita gak punya uang, apalagi abang sekarang sudah gak kerja. Begitu pun aku yang hanya kerja paruh waktu dengan penghasilan yang tak seberapa aku tak yak
44Risma yang mendengar kabar jika mantan ibu mertuanya kecelakaan pun berinisiatif untuk menjenguk karena bagaimana pun mantan mertuanya itu masih nenek Alvin. "Aku boleh kan Mas menjenguk bu Lusi,?" Tanya Risma pada Andre. "Boleh aja nanti bira Mas yang antar kamu kerumah sakit," Balas Andre. "Ok, mas," "Sekarang kita sarapan aja dulu, kamu mau ikut mas ke kantor nggak,?""Mau sih Mas, sama Alvin juga kan,""Iya sama Alvin,"***Siang harinya Andre mengantarkan Risma untuk kerumah sakit, sesuai dengan perkataannya tadi pagi. "Dimana ya Mas ruangan rawatnya,?""Kamu tanya aja sama perawat disini,""Permisi Sus, ruangan rawat pasien bernama bu Lusi di mana ya sus,?""Ada di sebelah kanan bu, ibu maju aja kamar pasien ada di sana.""Makasih sus,""Sama-sama bu,""Ayo mas, Al,"Mereka pun melangkah menuju ruangan bu Lusi sesuai petunjuk suster tadi.. "Itu sepertinya Mas Reza, dan Emeli mas," Risma menunjuk Reza dan yang Emeli yang sedang duduk di kurai depan ruang rawat. "Ayo ki
43"Hallo Za, ibumu sekarang ada di rumah sakit kamu cepat kesini," Ujar bu Juli pada Reza saat panggilannya telah di angkot oleh Reza. "Ini siapa ya, ibu saya sedang di pasar jadi gak usah mengada-ngada," Balas Reza yang merasa tak percaya. "Saya bu Juli Za, saya serius cepat kamu kesini kondisi ibumu sangat memprihatinkan." Ujar bu Juli, Reza pun langsung bangkit dari tempat duduknya lalu segera berlari keluar dari dalam rumahnya dia benar-benar khawatir dengan keadaan ibunya saat mendengar perkataan Bu Juli. **Sedangkan di rumah sakit Bu Lusi sudah di tangani oleh dokter, namun semua dokter yang ada di sana malah menghilangkan kepalanya saat detak jantung Bu Lusi semakin lemah. "Ini gimana dok, detak jantung pasien semakin menurun.?" "Kita akan coba sebaik mungkin jika pasien tetap tak bisa kita selamatkan, mungkin ini memang jalan takdirnya.""Bu, ibu sana gimana keadaannya,?"Tanya Reza yang baru saja sampai di rumah sakit. "Belum tau dokter masih belum ada yang keluar, ib
42 karma"Terserah ibu dan Abang saja, aku tak mau ikutan dalam rencana kalian," Ujar Emeli. "Awas aja kamu juga minta uangnya kalau ibu dan abangmu berhasil," Balas bu Lusi, pada anak gadisnya itu. "Gak akan bu," jawab emeli berlalu keluar dari rumahnya. "Ini kita harus ngapain bu, jika kita hanya berdiam diri saja, maka otomatis kita tak akan pernah bisa menguasi Alvin.""Kita ambil paksa aja Za, kalau mereka gak mau ngasih secara baik-baik," usul bu Lusi, padahal dulu dia sendiri yang tak ingin mengakui Alvin sebagai cucunya, namun sekarang setelah Alvin lahir, bu Lusi dengan seenaknya ingin mengambil Alvin, bukan karena benar-benar sayang namun hanya ingin memanfaatkan Alvin hanya demi uang. "Kalau di ambil paksa secara terang-terangan jelas itu tak akan bisa bu, secara Andre memberikan penjagaan yang ketat pada Alvin, kita harus mencari waktu yang tepat untuk bisa mengambil Alvin dari sana.""Lalu kita harus gimana Za, kalau kita menculikanya yang ada kita malah masuk penjar