27Pov 3Andre tak bisa tidur dia terus terbayang saat bersama dengan Risma, Entahlah dia juga merasa tak mengerti dengan perasaan nya saat ini, karena semenjak dulu mendapat penghianatan dari Kalista dia tak pernah lagi menjalin hubungan dengan wanita mana pun, bahkan dia selalu bersikap dingin pada semua wanita.Tapi saat bersama Risma perasaannya berbeda, seperti ada getaran aneh dalam dirinya, apalagi saat melihat perubahan Risma saat di salon itu, sungguh tak dapat di pungkiri bahwa saat itu Risma sangatlah cantik, tapi karena gengsi dia tak mau mengakui itu semua, dan melilih bersikap cuek pada Risma.Dan yang membuat Andre tertarik pada Risma, dia tak seperti para wanita lainnya yang selalu berusaha mendekati nya dan ingin membuat nya tertarik.Risma bahkan sering tak perduli dan bahkan terkesan sangat cuek terhadapnya. Setelah menjadi pacar kontrak pun Risma masih sama dia tak menunjukan tanda-tanda ketertarikannya pada Andre, hingga membuatnya tertantang untuk mendapatkan Ri
bab 28Tak ingin berdiam diri saja Andre segera masuk ke dalam mobilnya dan menyusul mobil Rizki. 🌹🌹Rizki yang sudah sampai di rumah sakit langsung menggendong tubuh Risma. "Suster-suster, tolong bantu teman saya" Rizki berteriak di pintu masuk rumah sakit, ada dua suster yang menghampiri nya sambil mendorong brangkar ke arahnya. Rizki meletakan tubuh Risma di atas brangkar dan juga ikut mendorong bragkar dengan tergesah-gesah, dia begitu khawatir melihat wajah Risma yang masih pucat pasi di tambah Risma juga tak kunjung sadar.Sedangkan Dewi ikut berlari mengejar brangkar yang membawa Risma ke ruang UGD. Setelah Risma di masukan ke dalam ruang UGD salah satu suster menahan Riski dan Dewi di luar pintu."Maaf Mas dan Mbaknya bisa tunggu di luar sebentar biar dokter bisa menangani pasien" ujat sang perawat dan langsung menutup pintu ruangan. "Semoga Risma baik-baik saja" Gumam Dewi yang begitu khawatir dengan keadaan Risma."Do,akan saja semoga Risma tak apa-apa" Balas Rizki.?
bab 29Ketika mobil Rizki memasuki halaman Rumah, ada bu Juli yang sedang mengobrol dengan Ibu di teras Rumah, Bu Juli juga sedang memangku Alvin. "Loh kok tumben pulang cepat kamu Ris, dan laki-laki itu siapa?," ujar bu Juli terlihat kepo saat melihat Rizki keluar dari dalam mobil.Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya dan mencium punggung tangan ibu. "Saya gak enak badan bu, makanya pulang cepat dan itu teman saya," balas ku pada bu Juli. "Kalau gak salah bukannya dia yang sering kesini bersama Adam ya" ujar nya lagi sambil menelisik ke arah Rizki, "ya bu, dia juga teman Adam" jawab ku lagi sambil meraih Alvin yang terus mengulurkan tangannya ke arah ku. "Kamu istirahat dulu Ris, muka mu pucet banget, lagian tadi ibu sudah melarang mu untuk bekerja tapi kamu aja yang bandel" bu Lastri mengomel pada Risma, sambil mengambil alih Alvin dari gendongan Risma. "Ah, ibu sampai lupa untuk menyuruh mu duduk Riz" Ujar bu Lastri pada Rizki yang masih berdiri sedangkan Risma sudah masu
Pov 3Kalista dan Juita saat ini sedang berada di sebuah kafe mereka tengah menyusun rencana untuk menjebak Risma."Kamu harus bisa membuat Andre benci sama wanita pelayan itu, tante tak ingin mempunyai menantu miskin seperti dia,"ujar juita pada Kalista. "Tante tenang saja, sekarang aku sudah mempunyai rencana yang sangat bagus untuk membuat Andre membenci si Risma itu,"ujar Kalista sambil membisikkan sesuatu pada telinga Juita, setelah mendengar bisikan itu membuat mereka berdua tertawa jahat.Entahlah apa yang sedang Kalista rencanakan saat ini, tapi yang pasti itu akan membahanyan Risma. "Kamu pancing dia agar mau menenui mu nanti malam, dan jangan sampai kamu gagal dalam misi ini,"ujar Juita dengan nada serius. "Jika kamu memang menginginkan Andre, maka kamu harus bisa menyingkirkan wanita miskin itu,"ujarnya lagi. "Tante tenang saja serahkan semuanya pada ku, Tante tinggal menerima beresnya saja,"Kalista berujar dengan tersenyum jahat. 🌹🌹Sedang Rizki kini datang ke kafe
bab 31Author povMalam harinya saat Risma ingin menidurkan Alvin, ponselnya berderinh saat ia lihat ternyata nomor yang tidak di kenal, tapi Risma tetap mengangkatnya. "Halo, siapa ya,"Risma bertanya setelah panggilan terhubung."Aku ingin bicara sesuatu sama kamu Ris, bisa nggak kamu menemuiku di jalan melati aku akan menunggumu di sana,"ujar orang yang ada di sebrang sana. "Sebutkan dulu siapa kamu, jika kamu ingin aku menemui mu,"tanya Risma lagi. "Hiks hiks hiks, a-aku Kalista Ris, tolong temui aku, aku benar-benar ingin bicara hal penting sama kamu,"ujatnya sambil menangis, hingga membuat Risma bersimpati padanya.Walaupun Kalista sering melontakan kata-kata kasar padanya tapi dia juga tak tega mendengar tangisan pilu Kalista, siapa tau kali ini dia benar-benar ingin berbicara hal penting. "Ok, aku akan menemuimu tunggu afu di sana,"jawab Risma akhirnya menyetujui ajakan Kalista. "Terima kasih Lis,"jawab Kalista dari seberang telpon. Setelah panggilan terbupus Kalista tert
Bab 32"Kenapa kamu bod*h sekali percaya pada Kalista, jika tadi aku tak melawati jalan ini mungkin kamu sekarang sudah menjadi santapan para preman cabul itu, " Andre memarahi Risma yang duduk diam tanpa berbicara sepatah katapun. "Saya fikir tadi Kalista benar-benar ingin berbicara hal penting pak, makanya saya mau menemuinya apalagi saat berbicara pada ku tadi dia sambil menangis," ujarku berusaha membela diri. "Kamu itu polos atau bod*h sih Ris, hingga mudah percaya sama Kalista yang licik itu," Lagi-lagi Andre memarahi Risma."Ya pak, saya minta maaf," aku menunduk karena merasa menyesal sudah mempercai Kalista yang hampir membuat ku celaka. HehPak Andre mehela nafas kasar. 🌹🌹Saat sudah sampai di rumah aku segera turun dan meminta pak Andre untuk mampir karena aku ingin mengobati lukanya,"Duduk di sini dulu pak, saya mau ambil kotak obat dulu sama kompresan untuk mengompres luka bapak," ujar ku menyuruh pak Andre untuk duduk di kursi teras rumah, aku pun langsung melangk
bab 33Pov juita. Sepulangnya dari kafe tadi Juita Langsung menghampiri rumah seseorang, yang akan menjalakan misi darinya Tok tok... Juita mengetuk pintu rumah mewah di depannya"Baron, buka pintunya ini aku Juita," ujarnya di depan pintu. Tak berselang lama pintu di buka oleh pria paruh baya bertubuh kekar dan banyak tato di sekujur tubuhnya karena dia hanya menggunakan kaos singlet dan celana pendek saja , bahkan prawakannya sangat sangar siapa pun yang melihatnya pasti akan berdigik ngeri. "Masuk," ujar Baron datar.Juita tak memperdulikan ekspresi Baron dan segera mengekor di belakangnya, "Ada apa kamu menemuiku," tanya Baro thotepoin.Saat mereka sudah duduk di ruang tamu."Aku hanya butuh bantuanmu," ujarku pada Baron. "Culik anak ini," aku merogoh tas dan menaruh foto anak Risma di atas meja. "Apa untungnya aku jjka aku meculik anak ini," Baron berujar sambil meraih foto yang Juita letakkan di atas meja. "Jika kamu berhasil aku akan memberimu upah yang setimpal," aku
bab 34Andre menghubungi semua anak buahnya dan menyuruh meraka untuk melacak keberadaan penculik Alvin, karena anak buah Andre sangat lihai dalam menangani kasus seperti ini. "Saya mau kamu secepatnya menemukan penculik itu," ujar Andre berbicara di telepon dengan anak buahnya. "Baik Bos percayakan saja pada saya, dalam waktu kurang dari 5jam pasti saya akan menemukan keberadaan penculik itu," ujarnyaSetelah mendengar jawaban dari anak buahnya Andre langsung mematikan sambungan teleponnya.Para ibu-ibu yang belum pulang ikut membantu bu Lastri untuk membuat Risma sadar. "Alvin mana Bu," ujar Risma dengan surasa pelannya. "Alhamdulillah akhirnya kamu sadar juga Ris,""Kamu yang sabar Ris, berdoa saja semoga Alvin baik-baik saja." ujar bu Emi pasa Risma yang menangis sesegukan saat sudah ingat bahwa Alvin sedang di culik. "Bagaimana aku bisa tenang Bu, kalau keberadaan Alvin saja aku tak tau," ujatku pada bu Emi. "Maafkan ibu Ris, karena kelalaian ibu menjaga Alvin sehingga memb
50Kehidupan Risma dan Andre semakin tentram dan bahagia, dulu Risma mendapat seorang suami yang tega menalaknya dan memilih wanita lain, namun Risma sekarang sangat bersyukur karena Allah telah memberinya seorang pengganti yang lebih menyayangi dirinya bahkan bisa di bilang Risma selalu di ratukan oleh Andre, Andre tak pernah sekalipun berbuat kasar pada Risma bahkan meninggikan suaranya pun Andre belum pernah. "Sayang lagi ngelamunin apa sih.?" Andre memeluk tubuh Risma dari arah belakang."Nggak ada apa-apa kok Mas.""Kinara boboknya nyenyak banget ya." ucap Andre menoleh kearah kasur di mana Kinara sedang tertidur dengan pulas, Kinara memang masih satu kamar dengan Risma walaupun Risma sudah menyewa seorang baby sitter namun Risma tak ingin lepas tangan begitu saja, apalagi Kinara masih asi. "Makasih ya Mas.""Untuk,?" Tanya Andre sambil membalik tubuh Risma. "Untuk semuanya, makasih karena Mas selama ini tak pernah berlaku kasar padaku, bahkan Mas tak pernah protes walaupun k
49 Satu tahun telah berlalu kini kehidupan Reza semakin tak karuan bahkan Emeli memilih meninggalkan Reza yang semakin gila dengan minuman dan tak hentinya melakukan judi membuat Emeli tak kuat dengan sifat abangnya itu, Emeli memilih ngontrak tak lagi mau tinggal serumah dengan abangnya. "Mel, gimana Abang Lo masih gak berubah dia masih doyan minum.?""Nggak tau gue udah lama banget gak bertemu dia, dan udah gak tau kabarnya lagi.""Lo gak pernah pulang ke rumah lagi Mel.?""Nggak gue masih tinggal di kontrakan gak mau gue lihat bang Reza yang tiap harinya pulang mabuk dan selalu saja gemar berjudi hingga hutangnya di mana-mana.""Mungkin ini adalah hukuman buat bang Reza dulu dia jahat banget sama mbak Risma bahkan menalak mbak Risma saat mbak Risma tengah hamil, dan malah memilih menikah dengan wanita lain. Dan sekarang kehidupan bang Reza malah semakin tak karuan, entahlah gue bingung sebenarnya gue merasa kasian melihat keadaan bang Reza tapi gue juga merasa kecewa sama bang Re
48Reza baru saja pulang karena mendapat kabar jika ibunya sudah tiada, Reza memasuki rumahnya, kakinya tiba-tiba lemas saat melihat tubuh ibunya yang sudah terbaring kaku di tutupi oleh lain jarik, banyak warga yang membacakan surat yasin di samping sang ibu, Emeli menangis tergugu, di samping ibunya. Dengan langkah berat Reza mendekati jasad sang ibu, Reza membuka kain yang menutup wajah ibunya, saat melihat wajah sang ibu yang sudah pucat pasi, Reza tak kuasa manahan air matanya, rasa penyesalan tiba-tiba menelusup kerongga dadanya. "Apakah Mas puas, melihat ibu yang sudah tak bernyawa seperti ini,?" Ujar Emeli, dengan suara lirih. Namun Reza tak menanggapi ucapan adiknya itu, Reza memeluk tubuh bu Lusi diiringi oleh isak tangisnya."Maafkan Reza bu, maaf," lirih Reza sambil tergugu. Jasad bu Lusi pun di mandikan oleh warga, selesai di mandikan dan di kafanin, barulah jenazah itu di salatkan. Setelahnya mereka membawa jasad bu Lusi untuk di kebumikan. Dipemakaman umum yang ada
47Reza masih saja bersenang-senang dengan wanita sewaannya, dia tak memikirkan keadaan sang ibu yang sedang koma di rumah sakit, ibunya yang sedang bertaruh antara hidup dan mati, namun Reza malah asik bersenang-senang dengan wanita di club malam. "Ada apa dengan ibu dok,?" Emeli bertanya dengan nada cemas saat melihat raut wajah dokter yang sangat sendu. "Maaf mbak, saya harus menyampaikan jika ibu mbak sudah tak tek tertolong," Lirih dokter itu, membuat Emeli syok dan hampir saja limbung jika tangannya tak berpegangan pada tembok. "Jangan bercanda dok, ibu saya gak mungkin mati, ibu saya pasti masih hidup, dokter bohongkan,?" Emeli mengguncang tubuh dokter itu. "Maaf mbak, saya tak sedang bercanda saya serius," Jawab dokter itu dengan sungguh-sungguh membuat Emeli jatuh bersimpu di lantai. "Nggak, nggak mungkin, ibu gak mungkin pergi secepet ini," Raung Emeli di iringi dengan tangissannya yang mulai pecah. "Yang sabar mbak, agar ibu mbak bisa tenang di alam sana, saya permisi
46"Aku harus apa sekarang bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan uang banyak untuk biaya pengobatan ibu, sedangkan bang Reza malah seperti itu," Emeli hanya bisa menghela nafas kasar. Kala memikirkan biaya rumah sakit yang pastinya tak sedikit jumlahnya nanti yang harus ia tanggung. "Mel," Teman-teman Emeli datang mengunjungi Emeli yang sedang ada di rumah sakit."Kalian kesini,?" Emeli bangkit menyapa teman-teman nya. "Gimana kabar nyokap Lo Mel,?""Masih koma, gak tau gue lihat kondisi nyokap kek gini,""Yang sabar Mel, doakan saja, semoga nyokap lo cepat sadar.""Makasih loh, kalian udah mau repot-repot datang kesini,""Santai aja kali Mel, kita kan bestie.""Abang Lo mana,?""Gak tau, tadi dia keluar,""Boleh gak sih kita lihat kondisi nyokap Lo,""Boleh aja tapi harus gantian,""Ok lah,"Teman-teman Emeli masuk secara bergantian keruang rawat Bu Lusi. ***Malam harinya Risma dan Ande masih menikmati masa-masa pengantin barunya, Risma merasa sangat bahagia mendapat perlak
45 bu Lusi lumpuh. Saat Risma dan Andre telah pergi Emeli kembali duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat ibunya itu. "Ya Allah apakah Ini adalah karma untuk ibu," gumam Emeli yang kembali mengingat semua kenangan buruk di masalalu yang pernah ibunya lakukan pada Risma. "Apa yang kamu pikirin Mel," ucap Reza yang baru saja kembali. "Abang dari mana,?" Emeli malah balik bertanya. "Abang dari luar, ini abang beliin cemilan buat kamu juga," Reza mengulurkan sebuah bungkusan kearah Emeli. Namun Emeli enggan menerima cemilan yang Reza belikan. "Di situasi begini abang masih bisa foya-foya, abang sebenarnya kasian gak sih sama ibu, yang sedang terbaring koma, seharusnya uang yang di beri mbak Risma tadi abang simpan untuk biaya pengobatan ibu, bukan untuk foya-foya, kita akan membayar dengan apa biaya rumah sakit ini bang, kalau kita gak punya uang, apalagi abang sekarang sudah gak kerja. Begitu pun aku yang hanya kerja paruh waktu dengan penghasilan yang tak seberapa aku tak yak
44Risma yang mendengar kabar jika mantan ibu mertuanya kecelakaan pun berinisiatif untuk menjenguk karena bagaimana pun mantan mertuanya itu masih nenek Alvin. "Aku boleh kan Mas menjenguk bu Lusi,?" Tanya Risma pada Andre. "Boleh aja nanti bira Mas yang antar kamu kerumah sakit," Balas Andre. "Ok, mas," "Sekarang kita sarapan aja dulu, kamu mau ikut mas ke kantor nggak,?""Mau sih Mas, sama Alvin juga kan,""Iya sama Alvin,"***Siang harinya Andre mengantarkan Risma untuk kerumah sakit, sesuai dengan perkataannya tadi pagi. "Dimana ya Mas ruangan rawatnya,?""Kamu tanya aja sama perawat disini,""Permisi Sus, ruangan rawat pasien bernama bu Lusi di mana ya sus,?""Ada di sebelah kanan bu, ibu maju aja kamar pasien ada di sana.""Makasih sus,""Sama-sama bu,""Ayo mas, Al,"Mereka pun melangkah menuju ruangan bu Lusi sesuai petunjuk suster tadi.. "Itu sepertinya Mas Reza, dan Emeli mas," Risma menunjuk Reza dan yang Emeli yang sedang duduk di kurai depan ruang rawat. "Ayo ki
43"Hallo Za, ibumu sekarang ada di rumah sakit kamu cepat kesini," Ujar bu Juli pada Reza saat panggilannya telah di angkot oleh Reza. "Ini siapa ya, ibu saya sedang di pasar jadi gak usah mengada-ngada," Balas Reza yang merasa tak percaya. "Saya bu Juli Za, saya serius cepat kamu kesini kondisi ibumu sangat memprihatinkan." Ujar bu Juli, Reza pun langsung bangkit dari tempat duduknya lalu segera berlari keluar dari dalam rumahnya dia benar-benar khawatir dengan keadaan ibunya saat mendengar perkataan Bu Juli. **Sedangkan di rumah sakit Bu Lusi sudah di tangani oleh dokter, namun semua dokter yang ada di sana malah menghilangkan kepalanya saat detak jantung Bu Lusi semakin lemah. "Ini gimana dok, detak jantung pasien semakin menurun.?" "Kita akan coba sebaik mungkin jika pasien tetap tak bisa kita selamatkan, mungkin ini memang jalan takdirnya.""Bu, ibu sana gimana keadaannya,?"Tanya Reza yang baru saja sampai di rumah sakit. "Belum tau dokter masih belum ada yang keluar, ib
42 karma"Terserah ibu dan Abang saja, aku tak mau ikutan dalam rencana kalian," Ujar Emeli. "Awas aja kamu juga minta uangnya kalau ibu dan abangmu berhasil," Balas bu Lusi, pada anak gadisnya itu. "Gak akan bu," jawab emeli berlalu keluar dari rumahnya. "Ini kita harus ngapain bu, jika kita hanya berdiam diri saja, maka otomatis kita tak akan pernah bisa menguasi Alvin.""Kita ambil paksa aja Za, kalau mereka gak mau ngasih secara baik-baik," usul bu Lusi, padahal dulu dia sendiri yang tak ingin mengakui Alvin sebagai cucunya, namun sekarang setelah Alvin lahir, bu Lusi dengan seenaknya ingin mengambil Alvin, bukan karena benar-benar sayang namun hanya ingin memanfaatkan Alvin hanya demi uang. "Kalau di ambil paksa secara terang-terangan jelas itu tak akan bisa bu, secara Andre memberikan penjagaan yang ketat pada Alvin, kita harus mencari waktu yang tepat untuk bisa mengambil Alvin dari sana.""Lalu kita harus gimana Za, kalau kita menculikanya yang ada kita malah masuk penjar