Hardy sangat membenci Sonia dan juga Liana. Hanya saja, Liana adalah wanitanya Brian, dia pun tidak berani menyinggung Liana. Dia hanya berbicara dengan nada ketus, “Kamu serahkan berlian kepada Sonia. Kita bicarakan masalah ini nanti.”Tanpa berbasa-basi, Hardy pun langsung berjalan pergi. Liana mengangkat tangannya menjambak rambut Haven. “Sialan.”Belum sempat Liana selesai berbicara, Haven pun menjerit menarik perhatian kru di sekitar.Liana langsung mendorong Haven. “Dasar murahan!”Haven yang terjatuh menunduk dan tidak berbicara.Liana membelalakinya, lalu mengambil kotak berlian pergi mencari Sonia.Sonia sedang bekerja saat ini. Liana berdiri beberapa saat di luar sana, lalu berjalan masuk dengan wajah dingin, membanting kotak berlian ke meja. “Semuanya di sini!”Setelah berjemur selama satu jam, rambut Liana sudah basah semuanya. Bahkan, riasan di wajahnya juga sudah luntur. Penampilannya saat ini boleh dikatakan sangat berantakan.Sonia meliriknya sekilas dan tidak berbicara
Reza menatap mobil Sonia semakin menjauh, lalu membalikkan kepalanya menatap Thalia. “Ayo, pergi!”Kedua mata Thalia berkilauan. Dia lekas mengikuti langkah si lelaki.…Keesokan harinya, saat Sonia pergi bekerja, Gina masuk ke ruangannya. Dia memegang segelas kopi sembari bersandar di dekat jendela. “Baru beberapa hari aku nggak datang, aku malah melewatkan pertunjukan seru!”Sonia yang sedang melukis sketsa berkata, “Kalau kamu ingin nonton, kamu bisa bikin pertunjukan sendiri.”Gina meliriknya, lalu tersenyum sinis. “Jangan-jangan kamu kira Liana yang sudah lakuin semua ini?”Gerakan tangan Sonia terhenti. Dia tidak menjawab.Gina melanjutkan dengan tersenyum, “Kamu berani taruhan nggak? Masalah ini pasti ulah Thalia. Dia menyuap asistennya Liana, kemudian memanfaatkan Pak Hardy untuk mengusirmu! Siapa sangka kamu nggak bodoh, ditambah lagi ada bantuan Reza, masalah pun terbongkar. Jadi, dia terpaksa menggunakan ide terakhirnya, dia menyuruh Haven mendorong semua kesalahan ke diri L
Bondan mengakhiri panggilan, lalu segera menghubungi Reza. “Kak Reza, apa kamu lagi di perusahaan?”Reza baru saja selesai rapat. Dia sedang duduk di ruangannya sembari mengecek dokumen. “Ada urusan apa?”“Sebelumnya kamu terluka karena aku. Aku sungguh merasa bersalah. Malam ini kita makan bersama, ya. Aku ingin traktir kamu,” ucap Bondan dengan tulus.“Tidak usah!” balas Reza, “Kamu tidak perlu bersikap sungkan.”“Bukan sungkan!” Bondan pun tersenyum. “Aku akan ajak Sonia juga. Calon istriku ingin berterima kasih langsung sama dia. Nanti malam kita makan bersama.”Reza meletakkan pena di tangannya, lalu berpikir sejenak. “Kita bicarakan lagi nanti malam.”“Oke, nanti malam aku hubungi kamu lagi!”“Emm!”Reza mengakhiri panggilan, lalu berpikir sejenak. Dia menelepon Chandra, lalu berpesan, “Nanti kamu wakili aku untuk hadiri acara makan bersama nanti malam. Aku ada urusan.”Chandra membalas, “Baik, Pak Reza!”Reza menutup panggilan. Dia mendorong kursinya ke belakang, lalu berjalan k
“Nggak terlambat! Nggak, kok! Kami juga baru sampai!” Bondan tersenyum tipis.Tiffany pun pindah duduk di samping Bondan. Kemudian, Reza langsung duduk di samping Sonia.Suasana di ruangan seketika menjadi aneh.Tiffany mengambil menu makanan. “Sonia, kamu mau pesan apa?”Bondan pun tersenyum. “Sonia suka makan yang manis-manis. Kamu pesankan saja yang manis.”Tiffany pun tersenyum. “Makan yang manis-manis itu adalah hobi semua wanita. Es krim di restoran ini enak. Gimana kalau satu orang pesan dua scoop?”Ketika mengatakan soal makanan, kedua mata Tiffany pun berkilauan.Belum sempat Sonia mengangguk, tiba-tiba Reza berkata, “Cukup satu saja. Dua hari ini Sonia tidak boleh makan yang terlalu dingin.”Semuanya juga bukan anak-anak. Tentu saja mereka semua juga mengerti apa maksud Reza.Tiffany terkejut. Dia menatap Sonia dan Reza dengan kaget. Seketika dia bingung dengan hubungan mereka berdua.Dari tadi Sonia bersikap sangat sungkan. Dia bahkan kelihatan lebih dekat dengan Bondan dari
Bondan memalingkan kepalanya, lalu tersenyum. “Sayang, kita sudah tunangan. Nggak masalah kalau kamu nggak izinkan aku untuk mencium atau menidurimu, sekarang kamu malah nggak izinkan aku untuk menggandengmu?”Tiffany meletakkan tangan di belakang punggung, berusaha tidak tergoda dengan ketampanan si lelaki. Dia berkata dengan tersenyum hangat, “Permisi, Tuan Bondan, aku ingin tanya apa masalah Valencia sudah diselesaikan? Masalah pernikahan kita masih belum dipastikan. Jangan panggil aku dengan semesra itu. Aku juga nggak akrab sama kamu!”Bondan melihat wanitanya, lalu tersenyum. “Siapa juga yang nggak punya masa lalu. Dengar-dengar, kamu juga punya mantan yang begitu kamu cintai? Semuanya juga punya masa lalu, jangan diungkit lagi.”Kata “mantan” sungguh menyayat hati Tiffany. Raut wajahnya seketika menjadi datar. “Aku nggak punya selera makan. Aku pulang dulu.”Bondan meraih pergelangan tangannya. “Kenapa? Ketika mengungkit mantanmu, kamu malah jadi kesal? Apa kamu masih menyukain
“Masalah kamu sama Thalia nggak ada hubungannya sama aku!” Sonia memotong pembicaraan Reza dengan tenang. “Aku pernah bilang sebelumnya, kita sudah putus. Sejak kita putus, aku nggak cinta lagi sama kamu!”Reza sungguh kaget dan hatinya terasa sangat sakit. Rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya.Reza menatap Sonia, lalu berkata, “Kalau kamu bisa menghentikan perasaanmu kepadaku dengan secepat itu, itu berarti kamu tidak mencintaiku!”“Sepertinya begitu!” balas Sonia.Tatapan sinis si lelaki terus tertuju pada diri wanita.“Betul, rasa cintamu tidak sedalam aku. Meskipun kita sedang bersama, kamu juga tidak pernah mengatakan kamu mencintaiku. Setiap kali berpisah, hanya aku saja yang tidak merelakanmu dan merindukanmu. Bagaimana dengan kamu? Kamu selalu bersikap tenang. Meskipun kamu melihat aku bersama dengan wanita lain, kamu juga bersikap sangat tenang. Aku kira kamu bukan orang yang pintar mengutarakan perasaanmu, sebenarnya perasaanmu terhadapku kurang mendalam.”“Hanya gara-
Sonia berjalan keluar restoran. Dia berjalan di trotoar dalam waktu lama dan baru menyadari dia lupa untuk mengambil mobilnya. Pada akhirnya, Sonia meninggalkan restoran begitu saja.Siang harinya, Sonia sangatlah sibuk. Dia hanya makan seadanya di siang hari. Sekarang perutnya pun terasa sakit.Sonia melihat sekeliling. Dia pun menemukan sebuah kedai terdekat di Jembara University. Dia pun langsung makan mi di jalan Antik.Masih di restoran yang sering dikunjunginya dulu. Pemilik kedai segera menjamu Sonia, lalu bertanya dengan tersenyum, “Mau makan apa?”Pemilik kedai mengenali Sonia. Dia pun merasa terkejut ketika bertemu dengan tamu lamanya. “Ternyata kamu, sudah lama kamu tidak datang. Sudah tamat belum?”Sonia mengangguk dengan tersenyum. “Dua tahun ini aku tinggal di luar negeri.”“Pantas saja!” Pemilik kedai juga tidak berubah. Dia masih suka mengobrol seperti dulu. “Sepertinya kamu sudah lama tidak ke sini. Pacarmu itu malah sering ke sini.”Sonia terkejut. “Pacar?”“Iya! Cowo
Tandy berpamitan dengan Fadin, lalu berlari ke lantai atas. Dia tidak kembali ke kamarnya, melainkan berlari ke lantai tiga.Setelah pintu diketuk, Tandy masuk ke dalam dan tampak lampu di dalam ruang tamu masih menyala. Reza sedang duduk di sofa sendirian.Ketika mendengar adanya suara, Reza memalingkan kepalanya dan bertanya dengan suara seraknya, “Tidak bisa tidur?”Tandy berjalan menghampirinya, lalu melihat tumpukan sisa rokok di dalam asbak. Dia pun mengerutkan keningnya. “Paman sudah rokok berapa batang?”Reza berdiri, lalu membuka jendela kamar. Dia membiarkan udara dengan percikan hujan menghilangkan bau rokok di dalam kamar.Saat Reza berdiri, Tandy melihat ada selembar foto di atas sofa. Foto itu dalam keadaan tertutup. Baru saja Tandy hendak membalikkan foto, Reza pun sudah membalikkan tubuhnya.Tandy duduk di seberangnya, lalu berkata, “Paman, luka di tubuhmu baru sembuh. Kurangi rokokmu.”Reza mengangguk. “Aku mengerti.”“Paman, apa kamu masih menyukai Bu Sonia?” Tiba-tib
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m