Mereka mengobrol sejenak, kemudian Welmus baru mengatakan maksud kedatangannya hari ini. Keluarga Dikara membuka sebuah studio untuk Stella. Jadi, dia ingin meminta sedikit arahan dari Juno. Selain itu, Welmus juga bermaksud ingin menggunakan nama Aska untuk mengiklankan studionya.Membuka studio adalah permintaan Stella. Dia tidak ingin mengikuti kemauan Reviana untuk menikah dini. Dia masih ingin memanfaatkan Keluarga Dikara untuk merintis kariernya. Stella ingin memperkukuh kedudukannya di Keluarga Dikara. Dengan begitu, dia baru bisa menginjak Sonia.Kali ini Stella merendahkan egonya, lalu berkata dengan tulus, “Masalah sebelumnya itu salahku. Berhubung aku masih muda dan tidak pengertian, Pak Juno, kamu maafkan aku, ya!’Nada bicara Juno sangatlah dingin. “Asalkan kamu tidak mengungkit masalah ini lagi, semuanya pun akan berlalu.”Stella mengerti Juno sedang mengisyaratkan masalah dirinya berkali-kali melakukan penjiplakan dan memfitnah Sonia, dia pun terlihat canggung. “Terima k
“Apa tahun ini Morgan kembali?” tanya Juno dengan suara datar.Tatapan Sonia menjadi tajam. “Nggak, Kak Morgan menerima misi baru. Jadi, dia nggak bisa pulang untuk rayain hari raya.”Juno terlihat sangat serius. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Morgan itu pahlawan tanpa jasa. Pak Jemmy dan kamu seharusnya merasa bangga sama dia.”Sonia menatap matahari yang menggantung di atas langit. Dia berkata dengan suara rendah, “Kakak memang adalah cahaya di dalam kehidupanku!”Waktu itu, Sonia dibawa Morgan ke dalam organisasi dan mengikuti pelatihan keras. Kemudian, dia masuk ke dalam tim dan menjalankan misi pertama. Setelah itu, Sonia baru tahu sebenarnya apa pekerjaan kakaknya.…Jalanan sangatlah macet. Sonia mengirim pesan untuk mengabari Reza.Setibanya di Imperial Garden, langit pun sudah gelap. Dia berpamitan dengan Juno, lalu naik ke lantai atas dengan perlahan.Pintu rumah dibuka. Tampal lampu di ruang makan dan dapur sedang dalam keadaan menyala. Sonia segera melepaskan ja
Yeni dan Sonia adalah murid SMA Estetika Jembara. Hanya saja, mereka bukan teman sekelas. Relasi pertemanan Yeni sangatlah luas, dia pun bergaul dengan banyak tempat dari kelas lain.Saat ini, Yeni sudah mengirim tangkapan layar percakapan kepada Sonia. Sonia mulai membacanya.Seorang wanita yang bernama Mina mengetik.[ Sepertinya Sonia tidak begitu sukses. Itulah sebabnya dia tidak bersedia menghadiri acara reuni! ]Seseorang yang bernama Aurell menimpali.[ Apa kamu memahami kondisi Sonia dalam belakangan ini? Ada cerita apa? Coba ceritakan! ]Mina membalas.[ Sewaktu liburan bulan Juni kemarin, ada yang melihat dia bekerja sebagai pelayan di Kasen. ][ Apa mungkin? Gimanapun dia itu tamatan Jembara University. Meski dia hanya ingin bekerja paruh waktu, dia juga nggak seharusnya bekerja di tempat seperti itu! ][ Kamu kira dia jadi pelayan di sana? ]Ada yang menimpali.[ Apa kamu kira Sonia bisa masuk Jembara University karena kemampuannya? Aku masih curiga sampai sekarang. ]Sonia
Diana mereservasi ruangan privat di Nine Street Mansion. Pada sekitar enam sore, Reza dan Sonia pun tiba di luar ruangan. Pintu ruangan dibuka, lalu tampak Diana, George, dan Tandy sedang duduk di dalam.Diana pun berdiri, lalu memanggil dengan ramah, “Sonia!”Sonia mengangguk sedikit kepalanya, lalu berkata, “Bu Diana, Pak George.”George membalas senyumannya. “Duduklah.”Sonia melepaskan luarannya. Reza dengan refleks mengambil jaket dan menggantungnya di samping. Kemudian, dia menarik kursi untuk diduduki Sonia.Diana pun tersenyum. “Sejak kapan tuan muda yang satu ini jadi begitu perhatian?”Sonia menunduk sambil menyesap teh, berlagak tidak terjadi apa-apa.Reza tersenyum dengan tenang. “Kalau aku tidak perhatian lagi, sepertinya aku tidak akan punya pacar!”“Jelas-jelas seleramu terlalu tinggi. Ibu juga berpesan untuk kenalkan wanita di saat hari raya nanti,” balas Diana.Reza melirik Sonia sekilas, lalu membalas dengan suara datar, “Suruh Ibu jangan sibuk-sibuk. Kalau ada waktu
Di depan pintu toilet terdapat satu pot tumbuhan yang lumayan tinggi. Sonia bersembunyi di belakang. Jadi, Stella tidak menyadarinya. Dia pun membalas senyuman Mina. “Kalian juga makan di sini?”Mina membalas dengan tersenyum, “Iya, hari ini ada reuni sama teman SMA.”Stella berkata dengan tersenyum, “Aku lagi makan bareng orang tuaku!”Saat SMA 1, Mina sudah mengenal Stella. Stella sangatlah cantik, pintar, dan juga berbakat. Dia tergolong tokoh terkemuka di dalam OSIS. Mina adalah penggemar Stella, dia pun memilih untuk bergabung dengan OSIS.Berhubung lama tidak berjumpa, Mina merasa sangat gembira ketika bertemu dengan Stella lagi. “Kak Stella, dengar-dengar kamu sudah punya studio sendiri, ya? Hebat sekali!”Stella tersenyum ramah. “Baru dibuka saja!”“Hebat sekali!”Stella pun bertanya dengan nada perhatian layaknya seorang kakak senior, “Kamu kuliah di mana?”“Di Mindara University!”“Oh di sana!”Mereka berbincang-bincang beberapa saat. Tiba-tiba Mina berkata, “Kak Stella, kam
Ternyata sejak saat itu, Stella sudah mulai merencanakan semuanya untuk mengusir Sonia dari Kediaman Dikara! Ditambah lagi dengan provokasi yang dilakukan Stella, alhasil sikap Reviana terhadap dirinya semakin ketus saja.Waktu itu, Sonia masih sangat polos. Dia tidak kepikiran bahwa Stella adalah wanita bermuka dua. Dia mengira perubahan sikap Stella baru terjadi pada belakangan waktu ini saja.Leher Stella dicekik. Dia pun terkejut spontan meronta. “Sonia, lepaskan aku! Lepaskan!”“Stella!” Tiba-tiba terdengar suara panik dari belakang. Tanpa menoleh, Sonia juga tahu itu suara Reviana.Sonia langsung menjatuhkan Stella ke lantai. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Reviana.Saat ini, Reviana sedang memapah Stella. “Stella, kamu baik-baik saja, ‘kan?”Stella langsung menangis tersedu-sedu. “Ibu, Kakak … dia ingin membunuhku!”Reviana spontan melayangkan tatapan marah ke sisi Sonia. “Apa yang ingin kamu lakukan?”“Apa yang telah terjadi?” Hendri juga berlari keluar ruan
Sonia melihat Reviana. “Sebelumnya Stella berbohong dan menjiplak hasil karyaku, tapi kalian malah memilih untuk mengabaikan masalah ini. Itu yang dimaksud lugu?”“Tentu saja!” Reviana langsung menimpali, “Stella itu anaknya baik hati. Justru karena dia baik hati, makanya dia baru bisa ditindas sama kamu!”“Kalau begitu, aku akan beri tahu kalian, semua itu hanya sandiwaranya saja!” Selesai berbicara, Sonia langsung menatap Stella. “Aku akan ulangi sekali lagi alasan kenapa aku bisa memukulmu!”Stella menyeka air matanya, lalu menunjukkan wajah lugunya. “Aku juga nggak tahu kenapa Kakak tiba-tiba bisa marah.”Sonia tersenyum sinis. Dia berkata pada Reviana dan Hendri, “Ingat ucapanmu dan sikapmu sekarang!”“Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?” Reviana sudah tidak bisa bersabar lagi.Sonia mengeluarkan ponselnya. Kebetulan Reza mengirim pesan kepadanya.[ Sayang, kenapa kamu masih belum kembali? ]Sonia membalas pesannya dulu.[ Sebentar lagi. ]Selesai membalas pesan, Sonia membuka
Sonia berjalan keluar ruangan. Tiba-tiba terdengar suara jerit Hendri yang sedang memanggilnya. Namun, dia tidak menoleh sama sekali.Begitu Sonia keluar ruangan, kebetulan tampak Reza sedang membelok ke arahnya. Dia sedang menelepon Sonia. Sonia pun mengangkat ponselnya dan menggoyangnya di hadapan Reza.Reza berjalan mendekat, lalu bertanya dengan senyum hangat, “Kamu ke mana? Kenapa selama ini?”Sonia menatap lelaki tampan dan tinggi di hadapannya. Dia pun tidak segalak tadi lagi. Sonia tersenyum langsung memeluk Reza tanpa menghiraukan di mana mereka sekarang dan … kemungkinan akan dipergoki oleh Diana.“Paman Reza.”Tatapan Reza seketika berubah tajam. Dia membelai rambut lembut si wanita. Suaranya juga melembut. “Kenapa?”“Nggak kenapa-napa!” Sonia membenamkan kepalanya ke dalam pelukan Reza, lalu menggeleng.Reza menunduk melihat Sonia. “Kamu ketemu sama siapa?”Sonia pun membalas, “Teman masa SMA dulu. Mereka nggak suka sama aku. Sekarang aku baru tahu mereka nggak suka sama ak
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi