Setelah kembali ke belakang, Delon menuangkan minuman khusus untuk Sonia. “Dik, kamu hebat sekali, aku salut sekali sama kamu! Gimana kalau kamu masuk ke dunia akting saja? Aku jamin aku pasti akan membuatmu terkenal!”Sonia sudah mengganti pakaiannya. Dia sedang menyusun busana untuk syuting nanti sore. Ketika mendengar ucapan wakil sutradara, Sonia menoleh dengan tersenyum tipis. “Sudahlah, aku nggak berencana untuk jadi artis.”“Sekarang juga belum terlambat!” Delon mengikuti langkah Sonia berusaha untuk membujuknya, “Meskipun aku cuma seorang wakil sutradara, relasiku cukup luas di dunia hiburan ini. Aku jamin … aku akan buat kamu terkenal hanya dalam waktu 1 tahun. Mungkin ketenaranmu tidak akan bisa dibandingkan dengan Gina, tapi setidaknya bisa mengimbangi Siska.”Sonia masih tidak termakan omongan Delon. “Jangan buang-buang waktu lagi! Aku hanya suka desain saja, aku nggak tertarik sama akting!”“Kamu pertimbangkan dulu. Serius! Coba kamu pikirkan lagi, kalau kamu terkenal, kam
Darren berkata, “Kamu jangan tanya lagi. Pokoknya orang itu cukup hebat. Dia cukup terkenal dengan sikap arogannya. Siapa pun nggak berani untuk singgung dia!”Sonia mengangguk dan tidak bertanya lagi. Selesai menyantap buah ceri, dia segera membereskan barang bersiap-siap untuk pulang.Di perjalanan pulang, Sonia menerima panggilan dari Reza. Suara si lelaki sangatlah lembut. “Sudah pulang kerja? Aku pergi jemput kamu.”Sonia membalas dengan suara lembut, “Lagi di jalan. Bentar lagi juga sampai rumah.”“Kalau begitu, kamu pulang dulu. Nanti aku akan pergi jemput kamu. Hari ini si Bondan ulang tahun. Dia undang kita untuk rayain bersama,” balas Reza.“Oke!”Sonia mengakhiri panggilan. Dia berpikir sejenak, lalu menghubungi Ranty. Begitu panggilan terhubung, dia langsung bertanya, “Hari ini Bondan ulang tahun, dia mau traktiran. Aku seharusnya kasih apa, ya?”Sepertinya Ranty sedang mengendarai mobil. Dia pun membalas, “Kalau cowok, boleh dikasih dasi, korek api, jam tangan ….”Sonia ke
Melvin tersenyum. “Aku akan pulang besok. Nanti aku bantu kamu untuk lampiaskan amarahmu. Tak peduli siapa lelakinya, aku pasti akan suruh mereka minta maaf sama kamu!”“Emm, nanti telepon aku kalau kamu sudah sampai di Kota Jembara!”Nancy dan Melvin mengobrol beberapa saat. Saat panggilan diakhiri, tampak Sonia sudah keluar toko dengan menenteng kantong belanjaan. Dia pun melirik Sonia dengan tatapan sinis. Rasakan besok!*Saat Sonia kembali ke Imperial Garden, kebetulan Reza juga sudah kembali. Melihat Sonia sedang menenteng sebuah kantongan belanja, dia pun bertanya, “Apa itu?”Sonia menyerahkan kepada Reza. “Hadiah ulang tahun buat Bondan. Nanti kamu kasih sama dia.”Reza mengeluarkannya dan tampak isinya adalah sebuah korek api. Dia pun merasa agak cemburu. “Kamu saja tidak pernah kasih hadiah untukku. Sekarang kamu malah beli hadiah khusus untuk dia.”Sonia memiringkan kepalanya. “Kapan hari ulang tahunmu?”Reza menjawab dengan nada agak ketus. “Kamu bahkan tidak tahu kapan har
“Jangan!” Bondan berkata dengan tersenyum, “Ampuni aku, Kak Reza!”Reza tersenyum tipis. “Jangan dengarkan omong kosong dia!”“Kenapa aku jadi omong kosong?” Jason tahu mereka tidak menyembunyikan hubungan mereka lagi. Jadi, Jason pun menyindirnya, “Makan terlalu dingin nggak boleh, makan terlalu panas juga nggak boleh. Banyak sekali aturannya!”Bondan dan yang lainnya juga ikut menyindir.“Dulu kenapa kami nggak tahu kalau Kak Reza begitu pintar dalam menjaga orang!”“Itu karena belum ketemu sama Sonia!”“Kak Reza sungguh hebat! Kita semua harus banyak belajar sama Kak Reza supaya bisa dapat pacar secantik Sonia!”…Sonia merasa agak malu. Dia mengabaikan sindiran yang lain, mulai menyantap kuenya. Bondan memang terlalu baik langsung memberikan satu potong kue tar sebesar ini kepadanya.Reza berkata dengan tersenyum tipis, “Sudahlah, hari ini hari ulang tahunnya Bondan. Kalian jangan terus bahas masalah aku!”*Area sofa sana sangatlah ramai. Gina samar-samar mendengar suara tawa dari
Frida dan Kelly tidak datang. Wanita-wanita lainnya juga sedang mengerumuni Gina. Jadi, Sonia terpaksa menyendiri.Sonia bersandar di atas pagar, melihat pemandangan malam di luar sana sambil menikmati kue tar.Bondan berjalan kemari. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Aku sudah telepon Kelly. Dia bilang dia masih ada kerjaan, nggak bisa kemari. Belakangan ini dia lagi sibuk apa, sih? Kenapa dia masih kerja di malam hari? Kerja keras sekali.”“Kelly baru saja kerja di perusahaan. Jadi, dia perlu lebih giat lagi,” balas Sonia dengan tersenyum.“Dia juga mesti jaga kesehatan. Jangan sampai kecapekan!”Sonia mengangguk. “Emm, nanti aku sampaikan kalau aku ketemu sama Kelly.”Bondan dan Sonia mengobrol beberapa saat. Ketika melihat para wanita sedang mengerumuni Gina, dia pun tahu kalau mereka semua sedang mengucilkan Sonia. Dia pun segera berkata, “Aku suruh Valencia buat temani kamu.”Valencia adalah kekasih baru Bondan.“Nggak usah,” tolak Sonia sambil menggeleng.Bondan tahu Sonia sang
Gina sedang berbicara dengan orang di sampingnya. Hanya saja, matanya refleks mengintip ke luar balkon. Tampak Reza mencium Sonia di depan publik, bahkan mengusap kepala Sonia dengan lembut. Gina tidak pernah melihat ekspresi selembut itu di wajah Reza ….Tiba-tiba Gina merasa usahanya sudah berakhir sia-sia. Memangnya kenapa kalau Gina dikerumuni orang banyak? Memangnya kenapa kalau Sonia dikucilkan? Asalkan orang itu berdiri di samping Sonia, dia seorang diri sudah sanggup mengalahkan semuanya.Kekasih Bondan, Valencia, mengambil segelas anggur berjalan ke sisi Jason.“Tuan Jason!” Si lelaki mengenakan rok ketat menonjolkan lekuk tubuhnya yang bahenol.Jason tidak tergolong asing dengan Valencia. Sebelumnya, mereka berdua pernah bertemu di sebuah pesta malam. Saat itu, Jason membawa seorang pendamping. Jika tidak, hubungan mereka berdua tidak mungkin hanya seperti sekarang ini. Mungkin … malam ini adalah sebuah kesempatan bagus.Raut wajah Jason malah terlihat agak dingin. “Nona Val
Jason tidak akan membantunya seperti dulu lagi. Sejak hari itu, mereka berdua sudah menjadi orang asing.Si kurir pengantar makanan masih terus memelas, tapi si tamu malah tidak ingin mengalah. Orang-orang di sekitar berkerumun untuk menyaksikan keramaian. Setelah mendengar kronologis permasalahan, semuanya membantu si kurir pengantar makanan, berharap si wanita bisa menerima kue tar itu.Si wanita akhirnya bersuara, tapi dia malah mengajukan permintaan yang agak mempersulit Kelly. “Telat itu salah kamu sendiri. Kuenya sudah terlalu lama di luar sana. Jadi, kamu balikin uang 50% kepadaku!”Kedua mata Kelly terbelalak. Dia menggeleng, lalu berkata, “Aku nggak sanggup untuk ganti rugi.”Kue tar ini harganya 5 juta. Kalau mesti dibalikkan 50%, itu berarti Kelly mesti mengembalikan uang 2 juta.Kelly melebarkan matanya, lalu berkata dengan menggeleng, “Aku nggak sanggup untuk ganti rugi.”“Kamu pilih sendiri, ganti rugi atau bawa pergi kuenya!” Si wanita melipat kedua tangan di depan dada,
Melihat wanita itu tidak bersedia untuk menjualnya, akhirnya semua orang mengerti maksud tujuannya.“Ternyata ada pemerasan!”“Meremehkan cewek pengantar makanan lagi! Aku rasa etikanya bahkan lebih buruk daripada seorang kurir pengantar makanan!”“Mempersulit orang lain hanya demi uang 2 jutaan. Menyebalkan sekali! Dia cari uangnya juga susah tahu!”Wanita memelototi orang-orang di sekitar. “Apa hubungannya sama kalian? Pergi sana!”Lelaki yang dimaki lantaran membela Kelly tadi kembali berkata, “Bukannya tadi kamu bilang kamu akan jual kalau ada yang beli? Sekarang sudah ada yang ingin beli, kenapa kamu malah tidak ingin menjualnya!”Raut wajah si wanita berubah semakin canggung lagi. Dia merasa serba salah. Pada akhirnya, dia terpaksa menerima uang Sonia, lalu pergi dengan emosi.Kelly langsung berterima kasih kepada orang-orang yang membelanya. Kemudian, orang-orang itu pun membubarkan diri.Sonia mengambil kue tar, lalu berkata pada Kelly, “Semuanya lagi di atas. Gimana kalau kamu
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m