“Nanti juga bakal sembuh sendiri,” balas Sonia.Reza tidak berbicara dan hanya mengerutkan keningnya. Dia membuka kotak P3K, lalu meletakkan kaki Sonia di atas pahanya. Gerakan Reza sangatlah lembut.Sonia menyadari Reza begitu peduli terhadapnya. Dia pun mencondongkan tubuhnya, lalu meniup-niup pergelangan tangan Sonia.Hanya saja, Sonia merasa agak geli. Dia pun ingin tertawa. Setelah dipikir-pikir, dia tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya.Reza mencium lengan Sonia, lalu beralih mencium pundak, leher, dagu ….Ciuman yang diberikan Reza sangatlah lembut. Dia seolah-olah sedang memeluk barang berharga saja.Sonia mengangkat kepalanya, lalu membaringkan tubuhnya ke atas sofa. Dia memeluk si lelaki membiarkan si lelaki mengecupnya.Entah sudah berapa lama, tiba-tiba Reza menghentikan aksinya. Keningnya menempel di atas dagu Sonia. Dia memejamkan matanya berusaha untuk menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian, Reza baru berbicara dengan suara serak, “Ada luka di tubu
Siska terbengong dan air mata spontan menetes dari ujung matanya.Reza tersenyum sinis. “Kamu kira setelah kamu block dia, riwayat percakapan kalian sudah hilang?”Air mata Siska semakin bercucuran lagi. Dia menggeleng, lalu berkata, “Jivan sering bercanda sama aku. Dia mengajakku untuk menyaksikan pertunjukan seru. Aku bahkan nggak kepikiran pertunjukan yang dimaksud ada hubungannya sama Sonia. Serius!”“Jadi, kenapa kamu block dia?” tanya Reza.“Aku juga malas untuk meladeni dia. Tapi dia terus menggangguku!” Siska melanjutkan dengan terisak-isak, “Dia suruh aku pergi ke rumahnya. Aku tentu tahu apa yang ingin dia lakukan sama aku. Jadi, aku marah dan langsung block dia!”Siska menunjukkan ekspresi lugunya. “Pak Reza, aku benar-benar nggak tahu masalah itu! Aku mohon! Dilihat dari aku sudah mempersembahkan keperawananku kepadamu, aku harap Pak Reza jangan mengakhiri kontrakku. Kelak aku akan lakukan semua perintahmu. Aku janji akan dengar semua ucapanmu! Pak Reza, waktu itu benar-ben
Siska malah masih memikirkan ucapan Gina tadi. Benar! Mungkin Reza suka tipe wanita sepertinya. Reza bisa menyukai Sonia juga karena dia tutor dari keponakannya Reza. Makanya, dia punya kesempatan untuk mendekati Reza.Jika tidak, mana mungkin Reza menghukum semua orang kecuali Siska. Sepertinya Reza memang tidak tega bersikap kasar padanya!Sore harinya.Ketika Gina sedang mengganti pakaian di ruang rias, Sonia datang untuk membantunya memilih busana dan aksesori yang akan digunakan.Gina menyuruh asistennya keluar. Dia menuangkan segelas jus untuk Sonia, lalu bertanya dengan perhatian, “Luka di tanganmu baik-baik saja? Kalau kamu merasa nggak enak badan, aku bisa bantu kamu untuk minta izin sama Pak Nathan.”“Terima kasih. Aku baik-baik saja!” balas Sonia, lalu menundukkan kepalanya lanjut bekerja.Terlintas sedikit ekspresi marah di wajah Gina. “Siang hari tadi aku sempat ngobrol sama Siska. Dia malah pamer sama aku, dia bilang Reza hukum semua orang selain dirinya. Aku sungguh mara
Setelah Kelly mengakhiri panggilan, dia menaiki taksi, lalu pergi ke restoran tempat ibunya bekerja.Sesampainya di sana, Kelly berdiri di aula, lalu menghubungi ibunya. Ibunya memberi tahu Kelly untuk langsung masuk ke ruangan VIP.Kelly mencari nomor ruangan, lalu masuk ke dalam. Ketika melihat ada begitu banyak makanan di atas meja, Kelly pun bertanya dengan tersenyum, “Ibu, ada urusan apa? Kenapa Ibu memesan begitu banyak makanan? Buang-buang uang saja!”Sandora spontan berdiri. Dia membantu Kelly melepaskan tasnya, lalu membalas dengan tersenyum, “Sudah lama kita nggak pernah makan bareng. Aku sibuk, kamu juga sibuk. Jarang-jarang kita bisa berkumpul hari ini. Jadi, aku pesan beberapa makanan kesukaanmu.”“Ibu!” Kelly memeluk ibunya. “Kita lupakan masalah sebelumnya. Ibu selamanya adalah ibu kandungku!”Sandora pun terisak-isak. “Kenapa kamu patuh sekali?”“Aku memang berpikir seperti itu. Kelak aku ingin mendapatkan banyak uang. Jadi, Ibu nggak usah susah-susah lagi!” Nada bicara
“Tentu saja, Bibi Sandora itu bibiku,” ucap Yerin dengan tersenyum.“Terima kasih!” Mata Kelly sudah membengkak. Dia lalu berkata dengan kegirangan, “Aku berjanji aku pasti akan kembalikan uang itu dalam 1 atau 2 tahun. Pokoknya, aku pasti akan kembalikan.”“Kita itu sekeluarga, ngapain dikembalikan? Lagi pula, cuma uang 1 miliar saja, aku juga nggak kekurangan!” Yerin tersenyum. “Kamu nggak usah kembaliin uang itu. Tapi aku punya satu persyaratan.”Kelly segera bertanya, “Katakan saja … apa persyaratannya?”Yerin menatap Sandora, lalu berkata, “Bibi, tolong ambilkan air kelapa.”Sandora melirik Kelly sekilas. Dia mengiakan, lalu menyeka air matanya, baru keluar ruangan.Setelah pintu ditutup, Kelly bertanya, “Apa persyaratannya? Katakan saja?”Yerin menjawab dengan perlahan, “Aku ingin kamu bantu aku untuk dapatin … Jason!”Kelly tertegun di tempat.Sebenarnya Kelly sudah menebaknya. Persyaratan Yerin pasti ada hubungannya dengan Jason. Hanya saja, dia tidak menyangka persyaratan Yeri
Setelah Kelly berjalan keluar restoran, langit pun sudah gelap, hujan masih belum berhenti. Rintik-rintik hujan menetes di tubuh Kelly, membuatnya merasa kedinginan hingga menggigil.Kelly tidak mengenakan payung dan juga tidak menaiki taksi. Dia pulang ke tempat tinggalnya dengan berjalan kaki.Banyak pejalan kaki yang hilir mudik dan banyak juga mobil yang lalu lalang. Hanya saja, semua orang memiliki kegundahan masing-masing. Jadi, tidak ada yang peduli dengan Kelly yang kehujanan itu ….Raut wajah Kelly tampak memucat dan tatapannya juga tampak linglung. Dia bagai sudah kehilangan semangat hidupnya saja.Mengenai masalah Chelsea sebelumnya, Yvonne memaksa Kelly untuk menandatangani surat permohonan maaf dari keluarganya Chelsea. Kelly merasa bersalah pada anggota keluarganya jika tidak menandatangani surat itu!Sekarang Yerin malah memaksa Kelly untuk mengkhianati Jason. Apabila Kelly tidak bersedia, dia secara tidak langsung akan menjadi perenggut nyawa ibunya!Kenapa semua masala
Kelly menaiki taksi bergerak menuju rumah sakit swasta di dekat restoran tempat ibunya bekerja. Saat ini tampak seorang pelayan restoran dan juga Yerin berdiri di dalam kamar pasien.“Ibu!” Kelly langsung berlari ke sisi ranjang. Dia terlihat sangat panik.Dokter memasuki ruangan, lalu bertanya, “Siapa anggota keluarganya Sandora?”“Aku!” Kelly segera berdiri. “Gimana kondisi ibuku?”Dokter yang mengenakan jubah putih melihat hasil laporan di tangan sambil menjelaskan, “Pasien sudah berhasil diselamatkan. Sebentar lagi pasien akan menyadarkan diri. Hanya saja, kondisi pasien sudah tidak optimis, perlu segera dioperasi. Semakin cepat melakukan operasi, semakin besar kesempatan untuk sembuh. Kalau ditunda lagi, sepertinya kecil kemungkinan nyawa pasien bisa diselamatkan lagi!”Ketika Kelly yang sedang sakit mendengar ucapan dokter, raut wajahnya spontan memucat. Dia terus mengangguk dengan kepanikan.Rekan kerja Sandora sudah meninggalkan rumah sakit. Saat ini Kelly duduk di samping ranj
Setelah mereka berdua kembali ke rumah, Sonia memasukkan belanjaan Kelly ke dalam kulkas. Dia menyuruh Kelly untuk beristirahat di sofa. Sonia akan mengukur suhu badannya. Untung saja, panasnya sudah turun.Tak lama kemudian, pelayan hotel datang untuk mengantar makanan, ada enam jenis sayuran dan satu jenis sup. Semuanya sangat hambar.Reza beralasan Kelly sedang sakit, ingin Sonia makan makanan yang agak polos.Kali ini, Sonia juga tidak berkomentar lain. Dia mencedok sop obat iga untuk Kelly dan juga dirinya.Kelly bertanya, “Gimana pekerjaanmu di lokasi syuting? Apa ada yang mempersulit kamu?”Gina adalah artis papan atas. Semua orang di lokasi syuting pasti akan menyanjungnya. Jadi, Kelly khawatir Gina akan mempersulit Sonia.“Nggak, semuanya baik-baik saja!” Sonia menelan brokoli, lalu membalas dengan tersenyum ringan.Belakangan ini, syuting memang agak lancar. Jivan tidak datang berkunjung dan orang-orang pun jarang bergosip. Siska dan Gina juga tidak mencari gara-gara terhadap
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m