Kelly menaiki taksi bergerak menuju rumah sakit swasta di dekat restoran tempat ibunya bekerja. Saat ini tampak seorang pelayan restoran dan juga Yerin berdiri di dalam kamar pasien.“Ibu!” Kelly langsung berlari ke sisi ranjang. Dia terlihat sangat panik.Dokter memasuki ruangan, lalu bertanya, “Siapa anggota keluarganya Sandora?”“Aku!” Kelly segera berdiri. “Gimana kondisi ibuku?”Dokter yang mengenakan jubah putih melihat hasil laporan di tangan sambil menjelaskan, “Pasien sudah berhasil diselamatkan. Sebentar lagi pasien akan menyadarkan diri. Hanya saja, kondisi pasien sudah tidak optimis, perlu segera dioperasi. Semakin cepat melakukan operasi, semakin besar kesempatan untuk sembuh. Kalau ditunda lagi, sepertinya kecil kemungkinan nyawa pasien bisa diselamatkan lagi!”Ketika Kelly yang sedang sakit mendengar ucapan dokter, raut wajahnya spontan memucat. Dia terus mengangguk dengan kepanikan.Rekan kerja Sandora sudah meninggalkan rumah sakit. Saat ini Kelly duduk di samping ranj
Setelah mereka berdua kembali ke rumah, Sonia memasukkan belanjaan Kelly ke dalam kulkas. Dia menyuruh Kelly untuk beristirahat di sofa. Sonia akan mengukur suhu badannya. Untung saja, panasnya sudah turun.Tak lama kemudian, pelayan hotel datang untuk mengantar makanan, ada enam jenis sayuran dan satu jenis sup. Semuanya sangat hambar.Reza beralasan Kelly sedang sakit, ingin Sonia makan makanan yang agak polos.Kali ini, Sonia juga tidak berkomentar lain. Dia mencedok sop obat iga untuk Kelly dan juga dirinya.Kelly bertanya, “Gimana pekerjaanmu di lokasi syuting? Apa ada yang mempersulit kamu?”Gina adalah artis papan atas. Semua orang di lokasi syuting pasti akan menyanjungnya. Jadi, Kelly khawatir Gina akan mempersulit Sonia.“Nggak, semuanya baik-baik saja!” Sonia menelan brokoli, lalu membalas dengan tersenyum ringan.Belakangan ini, syuting memang agak lancar. Jivan tidak datang berkunjung dan orang-orang pun jarang bergosip. Siska dan Gina juga tidak mencari gara-gara terhadap
Selesai Siska syuting, dia pergi mencari Gina yang sedang minum kopi. “Kak Gina, Sonia sudah datang. Dia lagi ngobrol sama cowok yang namanya Darren. Mereka berdua kelihatannya mesra banget. Sebenarnya aku cukup salut sama dia. Dia selalu bisa didekati banyak cowok.”Gina meletakkan cangkir kopi di tangannya, lalu mengambil buku skenario untuk menghafal dialognya. “Namanya dia hebat.”“Dia memang hebat!” Siska mengangkat-angkat bahunya, lalu mendekatkan diri ke sisi Gina. “Tapi aku tahu ada seseorang yang bisa menghadapinya!”Gina mengangkat keningnya dan tidak berbicara.Siska pun melanjutkan dengan tersenyum, “Nancy!”Kesan Nancy tidaklah bagus di hati Gina. Padahal aktingnya juga biasa-biasa saja, temperamennya malah buruk sekali. Dia lalu bertanya dengan perlahan, “Kalian berdua kenal?”“Nggak kenal, tapi asalkan aku minta tolong sama Nancy, Sonia pasti bisa diusir dari lokasi syuting!” ucap Siska dengan yakin.Gina berkata dengan tersenyum, “Memangnya Nancy sehebat itu?” Kemudian,
Saat ini, Siska baru berbicara dengan perlahan, “Ini sudah cerita lama. Saat itu, aku dan Pak Nathan janjian makan bareng Tuan Melvin di Nine Street Mansion. Tuan Melvin datang bersama Sonia. Hubungan mereka berdua kelihatannya akrab sekali. Tuan Melvin bahkan minta toko dessert Keluarga Jatmadi untuk Sonia hanya karena Sonia suka makan yang manis-manis.”Tiba-tiba Nancy kepikiran sosok wanita di toko dessert. Dia pun bertanya dengan menyipitkan matanya, “Flower Garden Bakery?”Siska mengangguk. “Iya, benar.”Seketika rasa cemburu langsung tumbuh di hatinya. Dia merasa geram dan juga kesal. Hanya saja, Nancy menunjukkan ekspresi tidak peduli, lalu berbicara dengan tersenyum sinis, “Waktu itu aku masih belum jadian sama Melvin! Meski dia pernah jadian sama Melvin, bukankah dia sudah jadi masa lalu Melvin!”Siska pun membalas dengan tersenyum, “Waktu itu, Tuan Melvin baik banget sama Sonia. Hanya saja, semua itu memang sudah masa lalu. Kamu juga nggak perlu masukin ke hati.”“Emm.” Nancy
Meski Delon merasa sangat marah, dia tetap memasang senyum manis di atas wajahnya. “Kalau begitu, coba aku nanya Sonia dulu.”Delon langsung bertanya pada Sonia, “Sonia, gimana kalau kamu jadi asistennya Nancy dalam beberapa hari ini?”Sonia membalas dengan dingin, “Maaf, aku punya kerjaanku sendiri.”Selesai berbicara, Sonia langsung berjalan pergi.Nancy menatap bayangan punggung Sonia dengan tatapan kaget. “Berani-beraninya sok hebat di hadapanku?”Delon langsung berkata, “Sonia nggak pernah jadi asisten artis. Dia nggak ngerti aturan. Ditambah lagi dia sangat keras kepala, dia pasti nggak bisa melayanimu. Aku akan carikan asisten lain untukmu. Aku jamin kamu pasti menyukainya.”Nancy menggeleng dengan wajah sinis. “Aku nggak mau orang lain. Aku cuma mau Sonia jadi asistenku. Pokoknya, kalau dia nggak mau layani aku, aku nggak mau syuting lagi!”Lagi-lagi, Delon memaki dalam hati. Hanya saja, dia terpaksa mengucapkan kata-kata halus. Setelah dibujuk dalam waktu panjang, Nancy masih
Mereka berdua pun sudah tiba di ruang rias Nancy. Delon membawa Sonia ke dalam, lalu berkata dengan tersenyum lebar, “Nona Nancy, Sonia akan jadi asistenmu. Ini pertama kalinya dia jadi asisten artis. Kalau ada yang salah, jangan marahi dia, ya! Kasihan!”Nancy pun tersenyum menatap Delon. “Pak Delon perhatian banget sama seorang asisten?”Sepertinya tersimpan makna tersirat di dalam ucapan Nancy. Sonia menatap Nancy dengan raut wajah datar dan tidak berbicara.Delon segera menjawab, “Ini perintah dari Pak Nathan. Sonia cukup berbakat dalam dunia desain. Pak Nathan sangat mengaguminya.”Delon sengaja berbicara seperti ini agar Nancy tidak memperlakukan Sonia dengan keterlaluan.Nancy berkata dengan tersenyum, “Oke, aku mengerti!”Kemudian, Delon memerintah Sonia, baru pergi sibuk dengan pekerjaannya sendiri.Masih ada dua asisten lain di sisi Nancy. Mereka sedang membantu Nancy untuk mengganti pakaiannya, lalu siap-siap untuk syuting. Nancy melirik Sonia dan berkata, “Jangan cuma berdi
“Kamu pergi sana. Nanti kalau ada perlu, aku baru panggil kamu.” Nancy melambaikan tangannya dengan tidak sabaran.Sonia berjalan meninggalkan mereka. Kemudian, dia pergi mengambil nasi kotak. Hanya saja, nasi kotak sudah tidak bersisa lagi.Waktu istirahat makan siang sudah berlalu. Sonia bahkan tidak sempat untuk makan di restorannya Yandi lagi. Jadi, pada akhirnya Sonia tidak sempat untuk makan.Sonia kembali ke tempat duduknya untuk melukis sketsa. Darren pun datang menyerahkan nasi kotak kepadanya. “Ini aku simpan buat kamu. Aku baru panasi. Cepat dimakan!”Sonia pun tidak sungkan lagi. Dia langsung mengambilnya. “Terima kasih!”Darren duduk di samping Sonia, lalu berkata dengan mengerutkan keningnya, “Bukannya aku suruh kamu jaga jarak sama Nancy? Kenapa kamu malah jadi asistennya?”“Dia bersikeras ingin aku jadi asistennya,” jawab Sonia sambil makan dengan perlahan.“Semuanya juga tahu kalau dia ingin persulit kamu. Dia sudah gila, ya?” Darren merasa kesal. “Sepertinya dia meman
Reza mengirim pesan. [ Kamu lagi ngapain? ]Sonia mengetik.[ Aku baru saja pulang dari toko dessert. ][ Kerja sambil makan dessert? ]Sonia juga tidak menjelaskan panjang lebar. Dia langsung mengalihkan topik pembicaraan.[ Beli untuk orang lain. Kamu nggak sibuk?][ Baru selesai rapat, jadi istirahat bentar. ]Tak lama kemudian, masuk pesan baru dari Reza.[ Aku merindukanmu! Kalau aku nggak sibuk, aku selalu merindukanmu! ]Sonia menundukkan kepalanya spontan tampak senyuman di wajahnya.Darren menatap Sonia, lalu bertanya, “Pacarmu?”Sonia mengangguk dengan tersenyum. “Iya!”“Kamu suka banget sama dia?” Terdengar nada cemburu dari ucapan Darren. “Aku nggak pernah lihat kamu senyum selembut ini.”Belum sempat Sonia menjawab pertanyaan Darren, dia pun menerima pesan baru dari Reza.[ Sibuk? Kalau begitu, aku nggak ganggu kamu lagi. Aku juga sudah harus bekerja. Nanti malam aku pergi jemput kamu. ]Padahal Reza sudah membelikan mobil untuk Sonia, Reza pun jarang melihat Sonia mengen
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m