Stella mengedipkan matanya. Dia memutar otak dengan cepat, lalu berkata dengan wajah percaya diri, “Coba saja dicek!”Ekspresi di wajah Wendy dingin. Dia menelepon ruang pemantauan CCTV di lantai bawah. Tak lama kemudian, ada orang yang membawakan rekaman CCTV yang lengkap. Di dalam rekaman itu bisa terlihat, Sonia memang menerima telepon sebelum pergi ke meja Stella.Namun, karena angle kamera CCTV-nya, mereka tidak bisa melihat laci itu isinya alamat atau draf desain. Ditambah lagi, tubuh Sonia menghalangi pandangan, jadi mereka tidak bisa melihat dengan jelas.Stella buru-buru berkata, “Pasti Sonia yang sudah memikirkan alasannya sebelum diam-diam melihat desainku, makanya dia pura-pura menelepon terlebih dahulu.”Mandy meliriknya dan berkata, “Kalau begitu, Sonia hebat sekali, sampai membuat persiapan lengkap sebelum menjiplak, bahkan mencoba menutupinya dengan menelepon. Kalau dia berpikir sampai segitunya, kenapa dia nggak kepikiran kamera CCTV? Bukankah itu sangat kontradiktif?”
Sebelum Wendy membuka suara, Stella sudah maju selangkah terlebih dahulu. Air matanya berlinang dan dia berkata dengan sedih, “Pak Juno, Sonia menjiplak draf desain yang aku buat dan menggunakannya untuk berpartisipasi dalam pemilihan desainer kostum film. Hasilnya, Kak Silvia dan aku kalah dalam pemilihan itu. Bapak harus menegakkan keadilan di sini!”Juno melirik Sonia dan mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan datar, “Maksud kamu, Sonia memplagiat desainmu?”Stella langsung mengangguk dan berkata, “Iya!”Juno tersenyum dan maksud ekspresi di wajahnya tidak mudah ditebak. Dia menoleh ke Sonia dan berkata, “Ternyata ada masalah seperti itu?”Ekspresi Sonia rumit. Dia tidak mengatakan apa-apa.Wendy berkata, “Kalau dilihat dari rekaman CCTV, memang benar Sonia melihat draf desain Stella.”Mandy langsung berkata, “Pak Juno, masalahnya seperti ini. Saat itu, Stella menelepon dan meminta Sonia untuk membantunya mencari sebuah alamat di dalam laci. Kalau dari rekaman CCTV-nya, nggak bi
Mellie bertanya dengan heran, “Kenapa kamu bisa memutar ulang keseluruhan proses desainmu?”Mandy tampak lebih santai, tersenyum dan berkata, “Teman Sonia yang memperbarui software-nya, menambahkan banyak fungsi canggih. Sebelumnya kamu pernah ditanya mau atau nggak, kamu bilang nggak perlu.”Mellie ingat, dia memang pernah ditanyai seperti itu.Sonia sendiri tidak menyangka, dia meminta Frida untuk membantunya memperbarui software desainnya tanpa tujuan apapun. Namun, hal itu malah membantunya saat ini!Mandy menghela nafas lega dan berkata, “Oke, semuanya sudah jelas sekarang! Kurasa sudah jelas, kan, siapa yang menjiplak siapa!”Silvia tampak malu, menoleh ke arah Stella dan bertanya dengan suara dingin, “Apa yang terjadi?”Wajah Stella pucat. Dia merasa panik dan kesal dalam hati. Ternyata komputer Sonia bisa memutar ulang keseluruhan proses gambarnya. Kenapa tidak bilang dari awal dan baru menunjukkannya setelah Juno datang?Dia memandang Silvia dengan panik, menggelengkan kepalan
Silvia menjadi pucat karena marah. Dia segera berkata kepada Juno dan Wendy, “Aku benar-benar nggak tahu tentang hal ini. Aku nggak mungkin menjiplak desain dari seorang asisten! Stella yang melakukannya sendiri!”Mandy mencibir, “Sebelumnya waktu memfitnah Sonia, bukan hanya Stella, kan!”Silvia sangat cemas dan rasanya ingin menangis, “Aku terlalu percaya padanya, sama sekali nggak menyangka kalau dia orang yang seperti itu!”Mellie berkata di samping, “Semua ini benar-benar mengejutkan!”Stella merasa malu dan terus menangis sambil menutupi wajahnya.Pada saat ini, resepsionis datang membawakan makan siang yang dipesan. Juno bangkit dan menatap Wendy dengan dingin. “Kalau nggak ada bukti yang kuat, jangan langsung mengambil kesimpulan. Kamu bisa menghancurkan hidup seseorang!”Wendy berkata dengan malu, “Iya, aku juga bersalah atas masalah ini. Aku minta maaf pada Sonia!”Setelah mengatakan itu, dia menatap Sonia dan berkata dengan canggung, “Maafkan aku!”Sonia menjawab dengan data
Reviana berkata dengan takut, “Stella, kamu di mana? Apa yang terjadi? Jangan impulsif. Beri tahu Mama kamu ada. Mama akan segera menemuimu!”Stella terus menangis di telepon.Hati Reviana hancur mendengarnya. “Kamu lagi kerja? Mama akan segera ke sana. Stella, jangan melakukan hal bodoh. Mama akan menyelesaikannya untukmu. Kamu tunggu Mama datang!”Reviana tidak berani menutup telepon dan menyetir dengan cepat. Ketika melihat Stella duduk di pinggir jalan sambil menangis, dia segera berlari dan memeluk putrinya. “Stella!”Mata Stella merah dan bengkak karena menangis. Dia melemparkan dirinya ke pelukan Reviana dan berkata, “Ma, mereka semua menindasku!”“Siapa yang menindasmu?” Reviana berkata dengan marah, “Rekan-rekan kerjamu? Mama akan mencari mereka!”Setelah mengatakan itu, dia bangkit dan hendak berjalan ke gedung kantor.“Ma, jangan!” Stella memeluk Reviana dan berkata, “Jangan ke sana. Aku ingin pulang. Aku hanya ingin pulang sekarang!”“Oke, oke. Ayo pulang dulu!” Melihat sua
Setelah mengatakan itu, Hendri langsung menutup telepon.Reviana merangkul Stella dan terus menghiburnya, “Jangan menangis. Papa dan Mama membelamu, kok. Kami pasti akan menuntut keadilan untukmu!”“Terima kasih, Ma, Pa!” Stella menghempaskan dirinya ke dalam pelukan Reviana sambil menangis dengan tersedu-sedu.***Sonia menutup telepon dan berkata dengan ekspresi tenang, “Papa kandungku memintaku pulang sekarang, mungkin karena Stella.”Juno mendongak dan berkata sambil mencibir, “Mereka itu bodoh!”Sonia sudah kenyang, jadi dia mengemasi kotak makan siangnya dan bangkit. “Aku pulang ke rumah dulu!”Juno mengambil jasnya yang digantung di kursi dan berkata, “Aku akan ikut bersamamu.”“Hah?” Sonia menoleh ke belakang dengan bingung.Juno berkata dengan ekspresi dingin, “Kenapa? Kamu mau membiarkan mereka bertiga menindasmu?”“Aku akan menjelaskannya pada mereka. Kalau mereka nggak percaya, itu urusan mereka,” ujar Sonia dengan datar.“Aku yang akan menjelaskannya!” kata Juno. “Aku bosm
Reviana pun tertegun ketika melihat Juno.Begitu pula dengan Hendri dan Stella, mereka juga terbengong di tempat. Tak disangka Sonia akan datang bersama Juno.Raut wajah Stella semakin pucat lagi. Dia merasa panik dan juga kesal. Bagaimana ceritanya Juno tahu Sonia barulah anak kandung Keluarga Dikara? Pasti Sonia yang memberitahunya! Sonia memang murahan!Saking bencinya, Stella pun mengepalkan tangannya dengan kuat.Reviana kenal dengan Juno. Dia adalah murid andalan Aska. Hanya saja, Reviana merasa malu ketika disalahkan oleh seorang junior. “Ternyata Pak Juno, kebetulan kamu ke sini. Tolong beri penjelasan untuk Stella!”Juno berjalan ke dalam ruang tamu sambil menatap Stella dengan sinis. Kemudian, Juno bertanya, “Penjelasan apa? Apa yang sudah dikatakan Stella kepada kalian?”Hendri menyuruh pembantu untuk menyuguhkan minuman, lalu berkata dengan tersenyum, “Pak Juno, silakan duduk.”Juno terlihat agak kaget. “Kamu cuma persilakan aku untuk duduk? Gimana dengan putrimu?!”Hendri
Ucapan panjang lebar Juno membuat Stella merasa sangat malu. Dia menatap Juno dengan kesal, dan air mata mulai menetes.Reviana juga merasa kesal. “Pak Juno, kalian pasti sudah dibohongi sama Sonia! Dia nggak pernah belajar desain, bahkan nggak tamat kuliah. Mana mungkin dia bisa desain? Kamu kenal sendiri sama Stella. Dia adalah murid didikan Welmus. Hasil karyanya juga sering dipuji sama Welmus. Mana mungkin Stella akan menjiplak hasil karya Sonia?”Kali ini, Hendri pun bersuara, “Pasti kalian sudah salah paham. Aku harap Pak Juno bisa menyelidiki masalah ini sampai tuntas!”Juno melirik Hendri dan Reviana sekilas. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengalihkan tatapannya ke sisi Sonia. “Tiba-tiba aku ngerti kenapa kamu tinggal di luar.”Raut wajah Reviana berubah muram. “Pak Juno, apa maksudmu? Sebenarnya apa hubunganmu dengan Sonia?”Juno melirik Reviana dengan sinis. “Kamu mau spekulasi apa lagi?”Reviana tertegun tidak bisa berkata apa-apa. Dia terpaksa memalingkan wajahnya ke s
Regan menunduk dengan panik, lalu menjelaskan dengan suara kecil, “Setelah datang ke sini, hidup kita sudah nggak ada pilihan lagi. Kalau aku tidak bermanfaat sama sekali, aku pun sudah dibunuh ketika membantu Hallie untuk menyelamatkanmu.”Sonia mengangguk. Kali ini, dia tidak mengatakan apa pun, langsung meninggalkan kamar.Setiap orang memiliki pengalaman hidup dan pilihan masing-masing. Tidak ada orang yang bisa benar-benar merasakan pengalaman hidup orang lain, juga tidak bisa menilai benar atau salahnya pilihan hidup orang lain!Tiba-tiba Regan berkata, “Nona Sonia, aku harap kamu tidak beri tahu masalah ini kepada Hallie. Biarkan dia mengira aku serakah dan sudah mengecewakannya.”Sonia berucap, “Oke, aku akan bantu kamu rahasiakan masalah ini!”Tatapan Sonia kelihatan berkilauan. “Aku sungguh berterima kasih karena sudah menyelamatkanku. Kalau kamu butuh bantuanku, kamu bisa mencariku kapan saja!”Ekspresi Regan kelihatan sedikit linglung. Dia mengangguk dengan perlahan. “Aku t
Pohon Natal setinggi belasan meter kelihatan berkilauan di tengah istana. Rayden menyuruh pelayannya untuk menggantung hadiah berupa emas, perak asli, dan perhiasan lainnya di bagian teratas. Ada banyak orang ingin memanjat ke bagian teratas untuk merebut berlian sepuluh karat itu. Mereka semua saling memukul, tidak sedikit orang terjatuh dari paling atas.Ketika Sonia dan Theresia melewati, mereka melihat ada yang terjatuh hingga muntah darah, tetapi tidak ada yang menyelamatkan mereka. Mereka malah diinjak oleh yang lain demi bisa memanjat ke atas.Theresia berkata dengan tersenyum, “Orang-orang di sini bagai nggak punya arwah saja.”Hanya ada rasa serakah di diri mereka.Sonia berucap, “Apa kamu nggak merasa Rayden sengaja memperbesar rasa serakah mereka?”Theresia mengangkat-angkat alisnya. “Memang begitu. Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?”Sonia menggeleng. “Aku hanya merasa orang itu aneh sekali!”Malam hari ini, Rayden melakukan jamuan. Bondala dan Kase diundang. Sonia dan
Sonia memutar bola matanya. Angin sepoi-sepoi mengembus rambut di samping telinga Sonia. Rambut itu melayang ke pipi putih mulus Sonia. Kelembutannya sungguh meluluhkan hati orang-orang yang melihatnya.Pada saat ini, Sonia menggigit bibirnya sembari tersenyum. “Kalau nggak, kamu cari dia untuk bahas soal energi terbarukan.”Reza tersenyum dingin. “Aku lebih ingin bahas soal papan nama Suki di altar persembahan kediamannya!”Sonia menarik napas dalam-dalam. “Kamu sudah tahu?”Reza menyipitkan matanya. “Ternyata kamu juga tahu! Kamu beri tahu dia kalau kamu itu Suki?”Sonia segera menggeleng. “Nggak!”Suki sudah “meninggal”. Sonia tidak mungkin mengungkitnya terhadap siapa pun!Tatapan Reza masih kelihatan dingin. “Sebelumnya kalian sudah saling kenal? Apa kalian punya hubungan dekat sewaktu di medan perang?”Sonia berpikir sejenak. “Jujur saja, sebelum bertemu dengan dia, aku sama sekali nggak mengingatnya.”“Bagaimana setelah bertemu dengannya? Ketika melihat dia membangun altar untuk
Kase berkata dengan serius, “Banyak sekali pekerjaanku, contohnya mesti menghadapi wajah muram si Rayden setiap hari.”Sonia terdiam membisu. Ketika melihat wajah Kase, tiba-tiba Sonia kepikiran dengan sosok Melvin.Tidak! Melvin jauh lebih imut daripada Kase!…Sore harinya, Sonia menghubungi Johan dan Frida. Dia menyuruh mereka untuk tetap tinggal di Hondura dan jangan bertindak gegabah. Sonia sudah menemukan sasarannya. Dia akan mulai menyusun rencana pembunuhannya. Kemudian, dia akan mengutus orang untuk memasukkan Firda dan Johan ke dalam Istana Fers.[ Eka: Bos, apa Kak Reza marah sekali? Dia tidak persulit kamu, ‘kan? ][ Ariel: Kamu lagi mencemaskan Bos? Tapi kenapa sekarang kamu kelihatan sangat bersemangat? Apa maksudmu? ][ Eka: Kenapa kamu membongkarku? ][ Ariel: Aku hanya nggak berharap Bos dikelabui saja! ]Tidak ada lagi yang bersuara. Beberapa menit kemudian, Eka baru mengirim pesan lagi.[ Kita bahas soal serius dulu! Bos, bagaimana dengan sasaran kita? ][ Sonia: Sed
Kaki panjang Reza menindih Sonia. Lengannya menopang di samping wajah si wanita. Dia memberi ciuman hangat dan membara kepada Sonia. Saking lamanya ciuman yang diberikan Reza, sekujur tubuh Sonia terasa lemas. Dia mengangkat tangannya untuk menahan wajah Reza, menggigit bibirnya dengan perlahan dengan mata berlinang air mata.“Reza, pergilah! Tinggalkan Istana Fers! Kamu bisa tunggu aku di Hondura. Setelah misiku selesai, aku akan pergi mencarimu.”Lantai B12 itu bukanlah tempat yang sederhana. Demi menghalangi kepergian Tensiro, Rayden pasti bukan hanya mengandalkan bujukan dan iming-iming.Begitu senjata gelombang mikro diaktifkan, seluruh Istana Fers akan berubah menjadi puing-puing.Sonia memiliki firasat kuat jika Rayden benar-benar diprovokasi, dia akan melakukan tindakan yang sangat gila. Ini adalah misi yang dijalankan Sonia. Dia juga tidak berharap gara-gara dirinya, semuanya akan terjebak dalam bahaya.Reza menyandarkan dagunya di atas kening Sonia, seolah-olah dia tahu apa
Tidak lama kemudian, Rayden menyadari Bondala sedang menatapnya. Dia segera mengalihkan pandangannya, lalu menyuruh Winston untuk mempersiapkan data energi terbarukan.Tatapan Reza menjadi suram, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.…Saat kembali ke vila tempat tinggal sementara Reza, Theresia menutupi pintu. Nada bicaranya seketika menjadi santai. “Mau minum apa? Gimana kalau alkohol?”“Tidak usah, cukup air saja!” ucap Sonia dengan suara lembut.“Kalau begitu, kopi saja, deh. Rayden suruh anggotanya untuk antar biji kopi berkualitas tinggi. Aromanya cukup wangi!” Theresia berjalan ke depan meja, lalu mulai membuatkan kopi untuk Sonia.Sonia duduk di kursi tinggi depan meja bar sembari menatap Theresia yang sedang menimbang biji kopi dan menggilingnya. Gerakannya kelihatan sangat santai dan elegan.Saat pertama kali bertemu, kesan Sonia terhadap Theresia sangat bagus. Pada saat itu, dia kira Theresia adalah temannya Ranty.Saat bertemu kali ini, dia baru menyadari sebenarnya semua
Langit biru jernih membentang luas. Sungai kecil mengalir deras. Rerumputan hijau tumbuh lebat di tepiannya. Bayangan pohon willow keemasan terpantul di permukaan air, mengikuti aliran sungai. Sementara di seberang sungai sana, pegunungan menjulang dengan lanskap yang begitu luas dan megah.Theresia berjalan ke tepi sungai. Airnya kelihatan sungguh nyata. Saking jernihnya, terlihat batu-batu kerikil yang indah di bawah sana. Bahkan, beberapa ekor ikan kecil dan udang juga kelihatan sedang berenang di dalamnya.Apakah mereka benar-benar sedang berada di lantai 12 bawah tanah?Wanita berambut pirang duduk di bawah tenda. Di atas taplak meja yang bersih itu diletakkan berbagai jenis buah-buahan dan juga camilan. Ada juga ayunan dengan dua tempat duduk di sebelah. Sepertinya biasanya wanita berambut pirang dan Tensiro sering bersantai di sini.Setelah duduk beberapa saat di sini, wanita berambut pirang membawa Sonia dan Theresia kembali ke koridor. Pintu yang satu lagi dibuka, terlihat pa
Rayden membawa orang-orang untuk berjalan melewati koridor. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat amat luas. Di dalamnya terdapat ruang baca, ruang tamu, ruang makan, dan juga kamar.Saat ini, ada seorang pria berusia sekitar 40-an berpakaian putih dan bermasker sedang duduk di ruang tamu. Dia berdiri di depan komputernya. “Tuan Rayden.”Rayden memperkenalkan kepada mereka, “Dia adalah penanggung jawab di sini, Profesor Tensiro!”Tensiro kelihatan sangat waspada ketika melihat kedatangan banyak orang. Dia mengamati mereka sejenak, lalu mengangguk dengan perlahan.Sonia spontan menurunkan tangannya. Pria itu memang mengenakan masker, tetapi Sonia bisa mengenali pria itu dari sepasang matanya. Pantas saja Sonia tidak bisa menemukannya selama ini!Ketika melihat lingkungan sekitar, sepertinya pria ini akan selalu tinggal di tempat ini. Kedua mata Sonia berkilauan. Dia menatap bayangan punggung Reza. Tiba-tiba dia bisa mengajukan untuk berkunjung ke laboratorium gelomba
Himawan datang untuk menyapa, “Tuan Kase, Nona Ruila, Tuan Rayden tahu kalian akan ke sini. Dia sudah menunggu kalian dari tadi!”Kase pun berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, ayo kita ke atas!”“Silakan, Tuan Kase!” Himawan sedikit menunduk. Rambut ikal cokelat keemasan yang agak panjang tergerai di sisi telinganya, membuatnya kelihatan sangat tegas dan serius.Semua orang berjalan bersama menuju lantai atas dan masuk ke kantor Rayden. Saat ini, Rayden dan Winston langsung melangkah maju untuk menyambut mereka.Setelah berbasa-basi, mereka duduk di tempat. Kali ini, Rayden berkata dengan serius, “Pertama-tama, aku ucapkan selamat datang kepada Raja Bondala dan Tuan Kase ke Istana Fers. Kalau jamuanku kurang memuaskan, aku harap kalian bisa memakluminya.”“Anggota Istana Fers, sudah mengerahkan tenaga dan uang banyak dalam pengembangan energi terbarukan. Sekarang kami butuh kalian berdua sebagai mitra kerja sama untuk mengembangkannya ke pasaran. Kalau kalian punya persyaratan atau